sumber : dokpri ( pasca peserta pulang dari Gedung  Guru, saya abadikan selfi di Monumen GG Jakpus)
Tulisan ini bukanlah puisi yang indah sarat dengan kata-kata penuh makna dan hikmah. Â Lebih dekat dengan refleksis diri dan transformasi menghadapi fase hidup dan problematika di tahun mendatang. Â Jumat pagi di tanggal 30 Desember 2022 tinggal menyisakan 1 hari dan kita akan pondah ke tahun 2023 dengan segala keindahan dan kegetirannya.
Berlalunya tahun 2022 dengan segenap prestasi dan beberapa kendala yang terjadi di dalamnya kita jadikan refleksi dan evaluasi diri bagaimana agar hal-hal baik yang telah kita raih bisa kita tingkatkan atau minimal kita pertahankan. Lalu kita rancang agar di tahun yang akan datang kita akan punya langkah dan persiapan agar lebih baik.Â
Dalam Islam terkait masalah waktu ada 2 yang dapat kita jadikan sebagai pedoman. Pertama maklumat Allah SWT dalam surat al Asr yang menyatakan bahwa semua manusia itu hakikatnya merugi, terkecuali tiga golongan. Pertama  yang tak termasuk merugi adalah orang yang beriman, kedua orang yang senantiasa berbuat kebaikan atau amal shaleh, dan ketiga orang-orang yang selalu menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Pedoman kedua terkait masalah memanfaatkan waktu terdapat dalam sebuah hadits. Â Agar kita selalu memanfaatkan lima waktu yang ada sebelum datang lima waktu lainnya. Pertama agar kita memanfaatkan masa muda sebelum tiba masa tua, kedua agar kita memanfaatkan dengan sebaik-baiknya masa sehat sebelum datang masa sakit, ketiga agar memanfaatkan masa kaya sebelum tiba masa miskin, keempat agar manfaatkan masa senggang sebelum masa sempit, dan kelima agar manfaatkan masa hidup sebelum datang kematian.
Manusia yang punya tujuan agar bisa bahagia baik di dunia maupun akhirat, ia tak akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Apapun yang terjadi akan selalu siap menghadapi. Saat dapat karunia maka akan bersyukur dan saat ditimpa cobaan atau musibah maka akan bersabar.Â
Kemewahan dan kelimpahan harta tak menjadikannya sombong dan semena mena, namun dijadikan kesempatan untuk beramal dan membantu sesama. Menyadari bahwa yang dimiliki bukanlah milik pribadinya secara mutlak namun hanya titipan dari Tuhan, dan bisa saja akan diambil kembali sewaktu-waktu. Bisa pula malah kitanya yang diambil nyawanya oleh sang pencipta.Â
Sehingga yang dilakukannya adalah menjadikan hasil kerja berupa kelimpahan rejeki harta benda untuk  membantu  orang yang sedang kesulitan dan terkena bencana. Sehingga hartanya akan abadi, bukan hanya dinikmati di dunia, namun akan dinikmati pula di alam akhirat. Karena ssungguhnya harta yang kita infaq atau sedekahkan itu bukan diberikan sia-sia, namun ditabungkan dan akan ketemu kelak di alam keabadian dan menjadi penolong dan penyelamat pelakunya dari api neraka.
Semoga kita mampu menjadikan hal baik tahun 2022 sebagai acuan agar bisa menngkatkannya. Apa yang terjadi berupa hal buruk kita dapat lebih berhati-hati dan waspada agar tidak mengulangi hal serupa.
Saya tutup dengan sebuah pantun lawas yang pengarangnya no name :
Asam gendis asam gelugur
Kedua asam siang meriangÂ
Mayat menangis di dalam kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Pantun masa depan :Â
Jalan-jalan ke Jakarta
Membeli baju di tanah tinggi
Agar hidup bahagia
Mari selalu kita berbagi
Serang, 30 desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H