Lalu kami lanjut bertanya, Pak Dodi mana ya?, kok tak tampak, yang kami ajak mengobrol jawab : "pakDodi mana ya?" . Itu pak RT kami  di komplek Depag.  Si Bapak yang kami ajak mengobrol memang baik dan berkata apa adanya. Anaknya yang laki-laki itu ada yang pakai peci sedang beresin piring-piring bekas hidangan.
Setelah kami amati, kami kaget dan baru sadar, setelah 10 menit kami duduk di tempat tadi dan telah mencicipi hidangan yang tersedia, bahwa kami salah alamat. Â Macam lagu ayu ting-ting saja alamat palsu. Eit bukan alamat palsu ini mah, namun nyasar.
Ada rasa malu sebenarnya, namun kami berusaha tenang dan pamit kepada bapak-bapak yang kami ajak ngobrol dengan alasan kami agak jauh pulangnya. Setelah salaman , kami langsung balik kanan dan pulang. Di perjalanan kami kirimkan foto ke pak RT Dodi, dan beliau kasih motion senyum. Tak apalah pak Dail, sama saja di sana juga mendoakan sesama Muslim.
Pak RT  Dodi, sambil beri motion jempol  menambahkan, makanya zaman sekarang mah rukun iman itu ada tujuh. Yaitu kudu percaya  sama Mbah google alias share lokasi pak Dail. Saya jawab siap pak RT. Besok malam moga tak nyasar kami akan ikuti saja arahan dari google map. Sungguh pengalaman pertama yang luar biasa, ikut tahlil salah lokasi di kampung yang sama. Ini terjadi karena kami tak tahu nama almarhum bapaknya Pak RT Dodi. Saat kami tanya japri, belum dijawab mungkin karena sedang sibuk jamu tamu yang datang.     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H