Baca pula :Â
Ketiga : Buat WA grup antologi tersebut dan undang secara japri orang-orang yang dirasa punya minat untuk menulis dengan tema tersebut. Â Sisanya buat undangan umum tautan dan kirim ke beberapa grup yang kamu punya. Tapi ini rentan penyusup yang tak ikutan menulis dan hanya posting iklan pribadi saja. Mereka penyusup ini membuat anggota grup jengah dan bosan dengan iklannya. Malah kadang ada yang menipu, menjapri anggota grup untuk transaksi TF, padahal setelah itu nomor tak aktif. Maka kirimlah ke grup yang aman dimana semua anggotanya kita ketahui siapa mereka.
Keempat : buat aturan menulis yang jelas. Baik dari jenis huruf, ukuran huruf, spasi dan rata kanan kiri atas bawah. Misal TNR, 12, 1,5 lurus kanan kiri. Jangan lupa harus jelas pula halaman minimal dan maksimalnya termasuk untuk bionarasi penulis. Misalnya minimal naskah 3 dan maksimal 5 halaman termsuk bionarasi penulis.
Kelima : Tentukan Dead line atau batas waktu pengumpulan naskah, dan keterangan bila sampai DL yang ditentukan ada yang telambat, maka penulis yang belum kirim naskah dianggap mengundurkan diri atau tdak ikut gabung dalam buku antologi dan akan dikeluarkan dari grup.
Keenam jika ada iuran untuk menerbitkan buku harus jelas termauk ongkir atau ongkir diluar iuran. Karena pengiriman dari Jogja, atau solo ke Kalimantan atau ke Maluku dan NTT kadang ongkir lebih mahal dari iuran mencetak 1 buku tersebut. Jika tak dicantumkan khawatir penulis protes karena mengira sudah free ongkir. Â Memangnya buku bisa terbang ke penulisnya. Hihihi..
Demikian ulasan dari pengalaman pribadi semoga bermanfaat bagi pembaca Kompasiana. Salam literasi. Jayalah NKRI dengan gerakan literasi sampai ke sluruh pelosok negeri.
Baca kisah lahirnya 3 buku dalam bulan yang sama :Â
Tiga Buku terbit di Bukan Sama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H