Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tetangga dan Cara Hidup Nyaman Bersamanya

23 Oktober 2022   20:26 Diperbarui: 29 Oktober 2022   12:47 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyetel music pun dikecilkan jika kami sudah pulang dari tempat kerja. Hatiku merasa lega kini tetangga yang awalnya bikin tak betah, sudah mulai bisa saling memahami.

Setelah 1 tahun lebih mengontrak dan mencoba keberuntungan di daerah Bogor Jawa Barat ternyata belum menunjukkan titik terang, karena tetap saja dapat pekerjaannya di Jakarta yang karena jauh dan macetnya di perjalanan sehingga rasanya waktu habis di jalan. Sampai sempat kepikiran jika terus begini terus, bisa menua di jalan.

Karena lama tak dapat kerja di Bogor, aku ajukan kepada istriku untuk pulang kampung saja ke Serang Banten. 

Aku sampaikan alasan memilih pulang kampung dan apa yang bisa kami lakukan di sana, bahwa di tempat baru nanti, insya Allah skill kami masih dibutuhkan. Sedangkan di Bogor kan padat karena dari berbagai daerah di Indonesia banyak merantau ke Bogor sebagai kawasan Jabodetabek.

Tahun 2006 kami pindah menempati rumah pemberian abah dan ibuku yang begitu senangnya mendengar aku mau pulang setelah 10 tahun merantau dari sejak kuliah 1996 hingga menikah 2004. 

Anak pertama kami lahir di rumah kontrakan di Cemplang-Kota Bogor, dan saat kami pulang kampung usianya sudah 3 bulan.

Kedatangan kami di sambut para tetangga yang memang bukan orang lain. Mereka adalah kakak perempuanku, dan para kakak iparnya. Ada 4 rumah yang menjadi tetangga dekatku di rumah baru di Serang.

Cobaan di tempat baru dari segi gangguan tetangga tidak ada, semuanya baik, bahkan mereka menawarkan diri untuk mengasuh anak kami. Namun anak kami tak mau sehingga terpaksa dibawa ke Jawa Tengah ikut bersama Mbah Putri dan Mbah Kakung. Jika mereka di Serang, katanya khawatir rumah dan ternak ayamnya di kampung tak ada yang mengurusi.

Beda kontras dengan sikap tetanggaku yang sangat acuh dan nyaris tak bertegur sapa di Bogor. Tetanggaku di Serang sangat akrab, bahkan tanpa sungkan mereka membawa anak-anak mereka di sore hari main di teras rumahku sambil menyuapi makan malam. 

Kalau makan di rumah susah katanya, tapi jika sambil diajak main lebih gampang disuapinnya, tahu-tahu nasi di kuah sayur semangkok sudah tak sisa.

Beberapa hal yang membuat kami bahagia dan nyaman di rumah baru di Serang hidup bertetangga dengan 4 rumah di samping kanan kiri dan depan adalah pertama karena semuanya adalah saudara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun