Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Mau Jalan Kaki!

15 Oktober 2022   11:55 Diperbarui: 15 Oktober 2022   12:33 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar jawaban dari abahnya, Mamat kecewa. Ada rasa marah, sedih dan kesal yang tiada tara. Abahnya punya banyak tanah dan beberapa ternak hewan. Menurutnya bisa sedikit dijual untuk biaya dirinya sekolah.  Namun ia tak kehabisan akal, ia rayu Ibunya sambil tunjukan Ijazah dan tanda lulusnya.

Ibunya memeluk dan sambil meneteskan air mata, bilang pada Mamat :

" Insya Allah kamu akan Ibu dukung untuk sekolah, tapi Ibu hanya bisa kasih kamu beras untuk bekal kalau mau mondok sambil sekolah".

Dengan gembira Mamat memeluk erat Ibu kesayangannya dan mengucapkan terima kasih. Sambil mengatakan :

" Terima kasih Bu, Mamat akan menjadi anak yang Ibu banggakan, dan nanti ibu tidak perlu numbuk padi lagi, kita beli beras saja kalau Mamat sudah jadi orang"

Ibunya mengamini, dan meminta Mamat untuk mengemas bekal pakaian dan perlatan yang dibutuhkan jika akan berangkat mondok. Selanjutnya Mamat berpikir mondok kemana yang ada sekolahnya, dan ia boleh mondok dan sekolah tapi tak perlu bayar, boleh bayar dengan bantu kerjaan kiyai atau Nyai?.

Setelah ia diskusi dengan Ibunya, maka ia setuju untuk mondok di KH. Halimi di Malanggah masih ada hubungan Famili jauh, namun pasti mengenal Ibunya.  Hari kebeangkatan tiba, dan Mamat pamit kepada Abahnya yang hanya terdiam melihat anaknya pergi. Tak memberikan bekal dan tak terucap kata-kata apapun.

Ibunya melepas kepergian Mamat dengan derai air mata dan membekali sedikit uang receh dari kutangnya ( zaman now BeHa) dan 10 liter beras yang ia tumbuk sendiri. Sampaikan salam Ibu kepada Pak Kiyai, dan ini ada pisang 2 sisir tolong berikan padanya.

Selama 3 tahun mamat mondok dan sekolah di Malanggah dengan Free, dan Pak Kiyai membolehkan santrinya bernama Mamat membayar biaya mondok dan makannya dengan mengerjakan kerjaannya dan Nyai. Mencari kayu bakar, menimba  air sumur / mengisi bak mandi serta cuci piring. Imbalannya Mamat bisa ikut makan malam, sehingga bekal berasnya hanya untuk makan siang atau sarapan.

Jika ingin uang jajan, Mamat ikut kuli manjat pohon kelapa mengambil kelapa kering untuk dibuat minyak keletik atau zaman now Coconut Oil. Dari keringatnya mengumpulkan ratusan buah kelapa ia dapat upah sekedar untuk beli garam atau  ikan asin.  Supaya ada lauk makan siang atau sarapan, karena  makan di dapur Pak kiyai  hanya malam saja.

Sebulan atau 2 bulan sekali jika beras sudah habis, Mamat pulang berjalan kaki yang jarak PP sekita 20 Km. Ia lakoni dengan  hati riang, karena ia yakin bahwa masa depannya akan bagus daripada teman-temannya yang kuli ke Betawi atau Tanjung Priuk.  Seperti biasa, saat berangkat kembali ke Pondok, hanya Ibunya yang membekali 10 Kg beras sambil memeluk dan mencium putranya yang semangat menuntut ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun