Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memenangkan Quiet Quitting & Quiet Firing di Tempat Kerja

24 September 2022   09:27 Diperbarui: 24 September 2022   10:24 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: id.hrnote.id

Memenangkan Quiet Quitting & Quiet Firing di Tempat Kerja

Awalnya Qiuet Quitting  adalah suatu filosofi tentang tindakan bekerja yang mengarahkan supaya bekerja seperlunya sesuai jobdesk. Tidak melebihi kompensasi dan aspresiasi atasan atau perusahaan tempat bekerja. Bagi saya yang gak mau diam kecuali tidur, bekerja sesuai jobdesk malah tak  menyenangkan. Rasanya seperti robot saja, tak bernyawa, otak dan jiwa tidak terekspresikan.

Dalam perkembangannya Qiuet Quitting  dalam profesi apa saja akan terjadi dan dialami siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Bagaimana menyikapi terjadinya dan memenangkannya?. Karena Saya guru dan bekerja di dunia pendidikan, berdasarkan pengalaman, terjandinya Qiuet Quitting  biasa terjadi dari pimpinan atau Kepala Sekolah dan Wakil, dari rekan sesaae guru, atau bagian Tata usaha.

Sedangkan pada pimpinan kepala sekolah Qiuet Quitting  dapat datang dari Pengawas, Kepala Dinas, Ketua Yayaysan dan pimpinan lembaga yang berhubungan dengan para pimpinan sekolah. Mengapa melakukan Qiuet Quitting  ?. Bisa saja merasa tersaingi, atau karena keberadaan kita membuat eksistensinya terancam dan seterusnya.

Quiet Firing menjadi pilihan perusahaan untuk membuat karyawan keluar dengan sendirinya. Mereka tidak memberikan promosi posisi dan kenaikan gaji. Tidak ada proyek tambahan untuk karyawan, tidak ada dukungan, dan masih banyak hal lainnya yang membuat karyawan merasa tidak dihargai dan didukung lebih lanjut. Ujung-ujungnya si Karyawan akan mengundurkan dengan suka rela dan inilah yang diinginkan agar perusahaan tidak memberikan uang pesangon, dan hanya memberika uang kerahiman saja.

Bagaimana meyikapi Qiuet Quitting  dan Quiet Firing yang terjadi di dunia pendidikan, terutama bagi guru baru rekrutan PPPK, atau guru lama ?.  Anda dapat melakukan 7 langkah berikut :

1. Selalu bersyukur dan berterima kasih kepada siapa pun yang berjasa pada anda.

2. Mindfulness. Melatih pikiran dan konsentrasi agar bisa fokus dengan apa yang anda kerjakan di tempat kerja. Melatih mindfulness dengan bermeditasi. Meditasi dengan memperhatikan objek yang netral agar pikiran lebih terkonsentrasi dan tenang. Banyak karyawan di perusahaan besar melakukan hal ini.

3. Selalu memiliki motivasi yang memotivasi performa kerja. Pasang foto diri sendiri, orang tua, pasangan, anak-anak, dan apa saja yang bisa memberikan motivasi kerja pada anda.

4. Senantiasa menawarkan diri dalam kesempatan yang ada untuk suatu proyek. Proyek yang dikerjakan diselesaikan dengan baik dan benar akan memberikan poin besar di mata pimpinan dan rekan kerja.

5. Memiliki komunikasi yang baik dengan rekan kerja, ketua tim, supervisor, atasan, dan perusahaan. Sampaikan keluh kesah, usulan dan permintaan secara baik dan profesional.

6. Rajin dan tepat waktu. Tidak keluar jalur dari jobdesc. Jika ingin membantu rekan kerja dan kerja ekstra harus dengan sukarela, tidak berharap tambahan penghasilan, semata karena amal saja.

7. Bekerja dengan sunggu-sungguh, tekun dan bersemangat. Memiliki performa yang dinamis, aktif dan bermutu sewaktu bekerja di tempat kerja.

Bagi atasan atau perusahaan agar tidak  terjadi Qiuet Quitting  dan Quiet Firing hendaknya melakukan:

1. Memberikan keteladanan atau contoh yang baik terhadap para karyawan/ keteladanan. Mulai dari datang ke kantor tepat waktu, berbicara yang baik dan sopan, ulet, fokus, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan rendah hati.

2. Tidak semena-mena atau memperlakukan mereka secara tidak wajar. Jangan paksa mereka bekerja melebihi kapasitas mereka. Jika mereka letih, berikan mereka waktu untuk beristirahat.

3. Komunikasi yang baik. Lakukan meeting setiap dua minggu atau setidaknya setiap bulan. Di sana bisa diutarakan performa para karyawan.

4. Beri aspresiasi dan rewards untuk karyawan yang bekerja dengan baik dan melebihi target. Adanya employee of the month, makan siang yang gratis untuk karyawan setiap hari atau kapan saja secara rutin. Acara makan bersama, pesta perusahaan, dan masih banyak hal lainnya.

5. Adil. Memperlakukan semua karyawan secara adil dan sama rata. Jika ada proyek, maka bisa diumumkan secara terbuka bagi semua karyawan. Mereka yang ingin mengambil proyek bisa diberikan sesuai keterampilan dan kapasitas.

6. Manajemen Profesional. Semua sistem kerja ditata dengan rapi dan terstruktur. Jobdesk, waktu dan gaji yang jelas. Jika karyawan kerja over time, gaji pun harus extra.

Menciptakan kondisi atau iklim kerja yang nyaman bagi semua karyawan akan menumbuhkan motivasi kerja dan etos kerja yang dapat memicu prestasi. Dengan adanya prestasi dari tiap karyawan, atau guru dalam dunia pendidikan maka sekolah atau lembaga akan menjadi berprestasi pula. 

Mari lakukan yang terbaik dimanapun kita bekerja, dan abaikan hal-hal yang mengusik yang datangnya dari pihak eksternal.  Terus lalukan yang terbaik, yakinlah mereka yang awalnya kurang baik akan berangsur baik, karena cinta akan melahirkan kasih sayang. Dengan kasih sayang maka terjadi keharmonisan di tempat kerja, di keluarga, di masyarakat dan di sebuah Negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun