Anak kost di dekat rumahku yang kebanyakan dihuni mahasiswa UNTIRTA FKIP beasal dari berbagai daerah di Indonesia. Jarang yang orang Serang kota,  hampir semuanya orang jauh yang mereka memilih kost karena tidak mungkin ditempuh perkuliahannya dengan PP dari rumah ke kampus.  Sebagai mantan anak kost juga semasa kuliah, faham bahwa jatah kiriman dari orang tua untuk biaya hidup tidak semua anak kost mendapatkan anggaran berlebih, ada saja yang pas-pasan kebutuhan dasar malah ada yang perlu pengetatan anggaran.Â
Adanya kenaikan BBM terntu berdampak langsung minimal pada 4 pengeluaran mahasiswa yang kost ini. Pertama  harga kostan akan naik, kedua harga-harga makanan  minuman naik, ketiga harga Alat tulis kantor dan foto kopi naik, serta bisa saja keempat token pun akan lebih meninkat pemakaiannya.  Sementara penghasilan orang tua di kampung tak naik sehingga kiriman pun tetap.
Inilah bagian kecil obrolan yang terekam penulis di salah satu kedai bubur ayam dekat rumah yang biasa ramai anak mahasiswa sarapan bahkan hingga makan malam.
Tukang bubur : " Ya silahkan duduk Mas, mau pesan berapa porsi?" tanya Mas Bubur kepada 3 mahasaiswa yang barusan tiba dan mencari meja dan kursi kosong.
Mahasiswa 1 : " Tiga ya Mang, tapi masih tarip lama apa naik nih ?"  Jawab  salah satu mahasiswaÂ
Tukang Bubur : " Naik bos genap 10.000 kl 1 porsi , kalau setengah 8.000 !, jawab mamang bubur.Â
Mahasiswa 2 : " Kalau demikian, saya pesan setengah  ya Mang !"  pinta mahasiswa 2
Mahasiswa 3 : " idem mang, saya juga".Â
Tiga mangkok bubur ayam nikmat dengan taburan sewir ayam, krupuk, kacang, daun bawang dan sambal di pojok pun tiba dihadapan. Â Segera ketiganya menikmati hidangan itu.Â
Mahasiswa 1 :Â Bagaimana ini kita siasati kenaikan BBM Â yang kontan diikuti kenaikan semua?