YANG LALU BIARLAH BERLALU
Oleh : Damar Yasalam
Masa SD di Kampung
Masa belajar di tingkat Sekolah Dasar baca SD, Â Damar dilalui dengan ceria. Meski di kelas 1 SD sempat terjadi petengkaran antara Damar dengan salah satu temannya dan menyebabkan ia dipindahkan oleh abahnya ke MI Tunjung Teja, namun hikmahnya Damar mempunya teman banyak. Â Ada teman di SD Caringin teman sekolah pertama dan ada teman di MI Tunjung Teja. Jika teman di SD ada 20 dan di MI ada 20 maka total teman seangkatan Damar ada 40 orang.
Di Sekolah barunya, Damar pertama kali kenaikan kelas 3 mendapatkan peringkat kedua dan yang pertamanya Ahmad Yani, lalu yang ketiga Ahmad Murodi. Di kelas berikutnya saat kenaikan kelas 4,5 dan 6 Damar selalu peringkat pertama. Bisa jadi bukan karena Damar pintar karena rajin belajar, namun karena teman Damar yang lian nilainya di bawahnya. Sejak kelas 4 Damar dipilih jadi KM hingga kelas 6. Pada kegiatan upacara Senin, ditugaskan apa saja Damar mau, mulai dari pemimpin upacara, pembawa teks Pancasila, pembaca UUD 1945.
Ada sedikit rasa kecewa dalam diri Damar terhadap nilai Ijazah MI Nurul Falah Tunjung Teja, Damar merasa bahwa nilai rapor dari kelas 1 hingga kelas 6 nilai minimal 7 bahkan banyak yang 8 dan 9. Namun di ijazahnya hanya dapat nilai rata-rata 7,8 rasanya tak sesuai antara proses selama belajar 6 tahun dengan selembar Ijazah. Padahal rapor biasanya tak terpakai dan hilang. Sedangkan Ijazah akan berlaku sepanjang masa. Kini aku telah merelakannya karena hidup faktanya tak membutuhkan angka namun karya nyata. Untung saja Damar ikut ujian SDN Caringin dan nilainya tertinggi, sampai penyerahannya pun oleh Pak Camat. Nilai rata-rata Damar di STTB SD mencapai 8,8 untuk masa tahun 90, nilai tersebut tergolong amat baik.
Masa Belajar di SMP
Semangat belajar dan berkompetisi Damar semakin tertantang ketika ia masuk MTs Nur el Falah Kubang. Â Di jenjang SLTP ini banyak teman sekelasnya yang pintar luar biasa. Ada M. Thoip dan Mumun yang akhirnya kami dinobatkan sebagai juara kelas selamanya. Dari kelas 1 hingga kelas 3 MTs peringkat kami tak bisa bergeser selalu sama. Peringkat 1, 2 dan 3 ( Thoip, Dail dan Mumun).
Untuk nilai ijazah di MTs Nur el Falah Kubang lumayan baik, tak separah nilai ijazah di MI. Nilai ijazah Damar mencapai angka rata-rata 8,7 . Angka itu menempati nilai terbesar urutan ke-3 setelah Thoif, Mumun dan Dail). Rupanya mumun di nilai akhir ujian ada beberapa pelajaran yang lebih tinggi dari Damar, namun tak sampai bisa menyalip Thoip. Itulah persaingan ketat yang sudah Damar alami sejak MTs.
Entah karena faktor apa, saat Ujian nasional MTs, kami tak mengerjakannya di sekolah sendiri namun bergabu g dengan MTs Sabrang Petir. Tiap hari kami berangkat bersama selama 5 hari ke sabrang Petir naik angkot kadang pulang menumpang mobil truk. Kedisiplinan di MTs Nur El falah Kubang sudah terkenal galak sejak zaman dahulunya. Setiap hari kami berangkat pulul 06.00 dan pulang pukul 14.00 WIB. Senin bahkan kami harus beragkat setelah sholat subuh, karena upacara bendera akan dimulai tepat waktu pukul 07.15 dan yang terlambat akan diiqob ( hukum). Ada yangdiminta memungut sampah ada yang beberapa kali masih terlambat dan dihukum push up.Â
Masa Belajar di SMA
Lulus dari MTs melanjutkan ke MAN 1 Pandeglang, dan hanya bertahan 1 tahun kemudian pindah ke MAN 2 Serang. Dapat kelas A2 atau Fisika yang merupakan kelas unggulan. Terdiri dari 10 orang peringkat 1 dari kelas 1A hingga kelas 1J. Masih Damar ingat betapa kelasnya disegani kelas lain, setiap ada class meeting teman-temannya dari kelas lain sudah hope less bertanding dengan kelas Fisika, terutama pada mata lomba cerdas cermat. Damar merasa selama belajar di MAN 2 persaingannya sangat ketat. Tidak masuk sekolah 1 hari saja akan ketinggalan banyak pelajaran.
Belajar dengan suasana persaingan yang tinggi menjadikan Damar berlari dan selalu mengutamakan belajar daripada bermain, nongkrong atau berpacaran seperti remaja lain. Masuk pagi pukul 07.00 dan baru pulang ba'da ashar tak membuat Damar dan semua temannya di MAN 2 kelelahan. Bahkan di saat kelas 3 atau saat ini dikenal dengan kelas XII, Damar dan sebagian besar temannya ikut Bimbel, waktu  tahun 95 yang kerjasama dengan pihak sekolah adalah Bimbel Nurul Fikri. Damar beljar 2 kali sepekan dan merasa sangat bersyukur bisa gabung di Bimbel tersebut karena gurunya alumni ITB, yang sangat menguasai materi dan penyampaiannya enak, gaya anak muda.
Semester 2 di kelas XII, Damar dan seluruh murid ditawarkan untuk ikut seleksi masuk perguruan tinggi dengan jalur PMDK singkatan dari penelusuran minat dan kemampuan. Dan lulus di IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa Arab tahun 1996.
Masa kuliah di IKIP Jakarta / UNJ.
Kuliah awalnya tak terbayang oleh Damar, apalagi ke ibu kota Jakarta. Qodarullah saat ikut seleksi PMDK dari 13 orang yang diajukan hanya Damar yang diterima. Analisa dari wali kelas XII A2 bu Aida, karena grafik nilainya menaik. Bayaran uang pangkal  tahun 96 di IKIP Jakarta 400 ribu, dan persemester 250 ribu. Kuliah di Jakarta memang membutuhkan biaya yang lumayan, sedangkan Damar hanya anak dari Abahnya yang guru dengan gaji 500 ribu dan punya 7 anak. Untuk menyiasati kiriman uang bulanan dari abahnya yang mengirimi 250 ribu/bulan, Damar memilih tinggal di Panti asuhan anak yatim.
Dengan tinggal di Panti asuhan anak yatim, maka 2 masalah sudah terselesaikan. Pertama masalah bayar kost dan kedua masalah makan sehari-hari. Meski melelahkan harus tanggung jawab mengawasi dan mendidik anak yatim yang jumlahnya lumayan banyak ada 60 orang, Damar bersama 5 temannya yang juga mengabdi di panti tersebut meikhlaskan diri sambil belajar kesabaran bagaimana merawat dan mengasuh anak.
Tahun 98 terjadi reformasi 98 dimana kala itu mahasiswa se-Indonesia turun ke jalan menuntut turun Presiden Soeharto yang dianggap gagal menstabilkan ekonomi dengan melonjaknya harga-harga sembako dan lain-lain. Damar saat itu sudah pamit dari Panti asuhan dan pindah ke Asrama Sunan Gunung Jati baca ASGJ di jl Bunga no. 21 Matraman Jakarta Timur. Dalam kegiatan reformasi Damar ikut turun ke jalan demontrasi di gedung DPR/MPR. Â Di asrama ini Damar ditempa menjadi aktivis HMI. Mulai dari kegiatan membuat Proposal kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengurus PHBI (idul fitri dan idul adha) di lapangan Urip Sumiharjo Jatinegara dengan jamaah sholat Ied sekitar 20.000 orang.
Di hari idul qurban tahun 1999, karena Damar terpilih menjadi ketua ASGJ makai a pun merangkap sebagai ketua PHBI, maka ia pun mengkordinir kegiatan agar berjalan dengan baik da sukses. Mulai dari mencari khotib, meminjam lapangan, menyiapkan peralatan dan mempublikasikan acara sepekan sebelum hari raya. Pada hari ha, memberikan sambutan di podium yang dihadiri khatib, imam, tokoh ulama, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan dan polres Jakarta Timur. Damar menjalani semua perannya di ASGJ dengan baik dan penuh kesungguhan.
Masa Mencari Kerja, Menikah dan Berkeluarga.Â
Lulus kuliah selama 7 tahun atau 13 semester menjadikan Damar pribadi yang matang dan sabar. Ada beberapa peristiwa yang tak dapat dilupakan Damar saat kuliah di IKIP Jakarta, antara lain pertama saat masih Mahasiswa Baru baca Maba dipilih menjadi perwakilan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni dalam prosesi OSPEK. Untuk disematkan kartu peserta, kedua saat menjadi aktivis di UNJ dimana puncaknya, Damar pernah menjadi salah satu calon Presiden mahasiswa. Hanya meraih suara urutan kedua, dan akhirnya memilih menjadi pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM UNJ). Ketiga saat lulus atau wisuda dipilih menjadi pembaca ikrar wisudawan bagi sarjana D3, S1, S2 dan S3.
Kerja pertama setelah lulus, Damar jalani sebagai bagian admin di rental komputer Asyifa di Kelapa Dua Depok depan kampus Gunadarma. Hanya 1 tahun bertahan dan tahun 2003 Damar diajak Mbak Tatak bergabung di LP3ES di Slipi Jaya dalam kegiatan perhitungan cepat Pilpres 2004 (Quick Count). Menjadi koordinator Wilayah bersama Mas Dendi, Mas Tauhid, Mas Wisnu dan Mas Naufal serta Mas Fahmi. Atasan kami ada Mas Agung, Mba Tatak dan Pak Husain. Sukses acara Quick Count karena akurat memprediksi kemenangan capres 2004 dan hasil penghitungan menunjukan angka yang hampir sama dengan prediksi versi Quick Count Pilpres. Inilah kehebatan sebuah metodologi statistik dalam memilih sample untuk dijadikan objek penelitian Pilpres 2004.
Damar menikah pada 29 September 2009 dengan Ari Murwanti, SKM alumni FKM-UI Depok yang saat berkenalan sang istri bekerja di instalasi Gizi RS Karya Bhakti Bogor. Alhamdulillah pada 10 Agustus 2005 kami dikaruniai putri pertama yang kami beri nama Rida Naila Khairunnisa. Rida singkatan dari ayah dan mamah (Ari dan Dail). Tahun 2010 kami dikaruniai putra kedua bernama farhan Ali Rido. Kini Rida sudah duduk di bangku SMA kelas XII di MAN 2 Kota Serang, dan Farhan duduk di bangku MTsN 1 Kota Serang.
Lama tinggal di Jakarta, pindah ke Bogor, Damar dan keluarga pulang kampung pada tahun 2006 dan tinggal di Cipocok jaya Kota Serang. Pernah mengajar di MTs/SMP Kubang Petir, di Al Izzah Serang dan di SDI al azhar 10 Serang. Kini ketua YASALAM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H