Mohon tunggu...
MUHAMMAD DAIDIJ
MUHAMMAD DAIDIJ Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Flora&Fauna, Petani kecil

Hobi orang beda-beda, saya lebih memilih mengagumi Alam CiptaanNya dengan segala keindahan yang ada di dalamnya. Berusaha merawat Tanaman dan hewan dengan penuh Cinta merupakan aktivitas harian saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani: Solusi Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan Desa

18 November 2024   10:57 Diperbarui: 18 November 2024   11:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam upaya mendukung ketahanan pangan di tingkat lokal, peran Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi sangat strategis. Di Desa Kapedi, Kecamatan Bluto, pembinaan kelompok wanita tani dilakukan secara berkelanjutan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Salah satu kelompok yang aktif dalam program ini adalah **KWT Sumber Sari Indah**, yang rutin menerima pendampingan setiap dua minggu sekali. Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan sekaligus memberdayakan perempuan dalam pertanian berbasis komunitas.  

Muhammad Daidi J., S.P selaku PPL mengatakan, Langkah awal pembinaan adalah penguatan kelembagaan kelompok. Penguatan ini dilakukan agar tercipta solidaritas di antara anggota, sehingga mereka mampu bekerja sama dalam merancang dan menjalankan kegiatan pertanian yang efektif. Selain itu, penguatan kelembagaan juga bertujuan untuk membangun kepercayaan diri anggota dalam mengelola kelompok secara mandiri.  

dokumentasi PPL
dokumentasi PPL

Selanjutnya, para anggota kelompok diberikan pelatihan pembuatan pupuk organik. Salah satu materi pelatihan adalah pembuatan bokashi dari limbah ternak. Bokashi dipilih karena mudah dibuat, ramah lingkungan, dan efektif meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, anggota juga diajarkan cara membuat air lindi super menggunakan alat sederhana. Pupuk cair ini merupakan solusi praktis untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, terutama di lahan pekarangan yang menjadi fokus pembinaan.  

Tak hanya berfokus pada pupuk, pembinaan juga mencakup budidaya tanaman hortikultura. Anggota diajak menanam berbagai jenis tanaman seperti bawang merah, cabai rawit, semangka, sawi, dan labu madu yang belum pernah mereka coba sebelumnya. Untuk memastikan keberhasilan, tanaman-tanaman tersebut ditanam di lahan percobaan milik salah satu anggota KWT. Setiap pertemuan, anggota diajak langsung ke lapangan untuk memantau pertumbuhan tanaman dan mengamati kendala yang mungkin muncul. Pendekatan ini memungkinkan anggota untuk memahami materi penyuluhan secara lebih mendalam dan aplikatif.  

Salah satu aspek penting dalam keberhasilan program ini adalah kombinasi antara swadaya petani dan pendampingan dari PPL. Meskipun program dari pemerintah terbatas, PPL terus mendorong petani untuk memanfaatkan potensi lokal secara mandiri. Dengan bimbingan PPL, para petani dapat menemukan solusi sederhana namun efektif untuk mengelola lahan mereka, seperti penggunaan limbah ternak sebagai pupuk dan optimalisasi lahan pekarangan. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa swadaya petani yang dibimbing dengan baik mampu menghasilkan dampak nyata bagi peningkatan produktivitas pertanian.  

Hasil dari program ini sangat menggembirakan. Lahan yang sebelumnya hanya ditanami jagung sekali setahun, kini bisa lebih dioptimalkan untuk berbagai jenis tanaman hortikultura. Hasil panen yang memuaskan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi anggota, tetapi juga meningkatkan semangat mereka untuk terus mengembangkan praktik pertanian yang berkelanjutan.  

Keberhasilan KWT Sumber Sari Indah membuktikan bahwa pembinaan yang berkelanjutan, yang menggabungkan swadaya petani dan pendampingan dari PPL, dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Selain meningkatkan ketahanan pangan, program ini juga memberdayakan perempuan untuk menjadi pelopor dalam pengelolaan sumber daya lokal. Dengan demikian, diharapkan model pembinaan ini dapat diadopsi oleh kelompok tani lainnya untuk menciptakan desa-desa yang mandiri pangan. 

DOKUMENTASI PPL
DOKUMENTASI PPL
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun