Mohon tunggu...
Da'i Bachtiar
Da'i Bachtiar Mohon Tunggu... -

Kapolri, November 2001 - Juli 2005;\r\n\r\nDubes LBBP RI untuk Kerajaan Malaysia, Mei 2008 - Juni 2011;\r\n\r\nKetua Presidium LCKI, September 2005 - saat ini\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Keamanan Guna Membangun Kembali Kepercayaan Dunia / Internasional Terhadap Indonesia (Periode Pasca Reformasi)

17 Februari 2016   16:37 Diperbarui: 17 Februari 2016   16:49 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peliputan berita luar negeri yang menyolok adalah ditayangkannya kepala manusia yang ditancapkan pada bambu. Peristiwa Ketapang di Jakarta, antar kelompok, dalam peliputan media luar negeri, terlihat seseorang yang dikejar sampai dengan dipotong lehernya. Peristiwa kerusuhan di Sampit, Kalimantan Tengah, terjadinya kerugian jiwa dan harta benda, dan pengungsian suku pendatang (Madura) yang belum tuntas.

Selanjutnya yang paling menarik tentu kasus Poso, dan Ambon, Maluku. Peristiwa ini apabila digambarkan menyita waktu yang panjang, karena kedua peristiwa itu terjadi di tahun 1999, sampai baru dapat dikendalikan tahun 2004, yang hingga kini masih menyisakan masalah.
Konflik Poso yang berkepanjangan berawal dari suatu peristiwa kriminal biasa, karena berbagai sebab seperti penanganan yang tidak tuntas oleh aparat, masuknya kelompok tertentu dalam persoalan kasus dan ketidakpuasan dari masing-masing pihak terhadap aparat, memicu terjadi konflik tersebut. Pengrusakan, pembakaran dan pembunuhan antar kelompok dan menyeret juga masalah agama.

Kehadiran orang-orang pendatang dengan berbagai alasan pun menambah panjang permasalahan. Indikasi adanya anggota kelompok jaringan teroris, masuk atau bersembunyi di wilayah inipun sangat mungkin. Poso pun menjadi bagian berita di dunia sebagai daerah konflik dan sarang teroris, sebagaimana dituduhkan bahwa di wilayah Poso dijadikan ajang latihan teroris jaringan internasional, walaupun sulit untuk dibuktikan kebenarannya.

Konflik Ambon, juga diawali dari peristiwa kriminal biasa, berupa pemalakan, karena ikut munculnya solidaritas kelompok menjadikan peristiwa kecil itu memicu konflik antar kelompok, utamanya warga setempat dan pendatang. Dengan berbagai sebab seperti diuraikan di muka, konlik Ambon dan hampir seluruh wilayah Maluku membawa kehancuran bangunan baik perkantoran, sekolah, universitas, tempat-tempat ibadah, tempat perbelanjaan dan sarana umum lainnya, termasuk tentunya korban manusia yang tidak sedikit.

Kehancuran kota Ambon sangat besar, dibandingkan Poso, karena kantor Gubernur dan Asrama Polisi terbesar Ambon pun habis dibakar. Kerugian yang luar biasa bagi kehidupan warga masyarakat di Ambon. Peristiwa disinipun menyeret masalah agama dan menjadi perhatian dunia, karena dihubungkan pula dengan adanya sinyalemen terorisme, munculnya tokoh Umar Farouk yang pernah tinggal di Ambon, juga berkembang issue separatisme dari RMS (Republik Maluku Selatan).

Hadirin yang berbahagia,

Sementara itu bangsa ini disibukkan oleh penanganan masalah Tim-Tim dalam pasca penentuan jajak pendapat tahun 1999, diperlukan konsentrasi kekuatan aparat di wilayah tersebut. Sedangkan penanganan di Aceh telah pula menguras berbagai sumberdaya, dengan menerapkan berbagai kebijakan dan strategi untuk penyelesaiannya, dari pola penanganan ‘Pemulihan Keamanan Terpadu,’ kemudian ditingkatkan menjadi ‘Darurat Sipil’ dan juga diterapkannya ‘Darurat Militer’ dan upaya dialog dengan kesepakatan COHA (Cessation of Hostility Agreement) dan barulah tahun 2005,

dengan MoU Helsinki. Di wilayah Papua, gerakan separatis OPM (Organisasi Papua Merdeka) tetap menuntut perhatian pemerintah, walaupun kekuatan bersenjata yang kecil, tapi tetap menjadi gangguan, seperti penyerangan terhadap PT Free Port, yang menjadi perhatian dunia, khususnya Amerika Serikat.

Di tengah-tengah kesibukan menghadapi konflik-konflik di daerah-daerah, di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera dan Sulawesi, terjadi peristiwa serangan teror Bom. Sasaran serangan teror Bom terhadap pusat perbelanjaan, tempat umum, tempat peribadatan (gereja, mesjid), Kantor, Gedung DPR-RI, Gedung Kejaksaan Agung, Mabes Polri, Bandara Soekarno-Hatta, Rumah Dinas Dubes Philipina di Jakarta, Gedung BEJ Jakarta, di beberapa tempat di Medan, Bandung dan Makassar. Peristiwa tersebut di atas terjadi pada periode tahun 1999 sampai dengan peristiwa Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002. 

Sangatlah sulit waktu itu untuk mengatakan Indonesia aman. Sekalipun dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya, POLRI dapat menemukan pelakunya, tapi belum mampu menghentikan serangan tersebut, karena memang belum ditemukan kelompok jaringannya. Sehingga pada waktu panitia dari PBB untuk menyelenggarakan “Preparatory Summit for Sustainable Development” yang dilaksanakan di Jakarta, terpaksa harus dialihkan ke Denpasar Bali. Pertemuan itu sukses, tanpa gangguan, panitia PBB berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia.

Terjadilah peristiwa 11 September 2001, yaitu serangan teroris terhadap Gedung Kembar WTC, New York, Gedung Pentagon, Washington dan di Pensylvania, Amerika Serikat, tentu mengagetkan Amerika Serikat dan menarik perhatian dunia, akan ancaman terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun