Hari ini langkahku begitu berat memasuki sekolah. Hingga bel masuk berbunyi, aku melangkahkan kakiku menuju kelas 2C. Aku menarik nafas sebelum membuka pintu.
Sapaan hangat murid-muridku. Senyuman mereka. Tawa tak terlupakan. Hari terakhirku menatap kepolosan anak-anakku.
Aku harus kuat, tidak boleh menangis di depan anak-anakku. Jam literasi dimulai. Aku menawarkan anak-anakku yang bersedia membacakan buku di depan kelas.Â
Keanu bersedia membacakan bukunya. Kami tertawa karena Keanu membacakan bukunya dengan cara jenaka. Cerita tentang seorang anak yang sakit perut akibat terlalu banyak memakan gulali. Akhirnya selesailah jam literasi kelas.
Lalu aku mulai mengajar dengan melanjutkan pembahasan latihan ulangan Bahasa Indonesia bagian B dan C. Dengan sabar, aku membahas pertanyaan-pertanyaan dan memberikan pemahaman kepada murid-muridku. Akhirnya aku berhasil melalui jam pertama hingga bel istirahat berbunyi.
Menjelang jam pulang sekolah, kami berdoa. Aku mengucapkan kata-kata perpisahan. Air mata ketiga muridku berderai. Mereka merasakan amat kehilangan sosok seorang guru yang amat mereka sayangi.
Aku berusaha menghibur hati anak-anakku dan mengatakan bahwa aku menyayangi mereka. Sebelumnya ada orangtua muridku yang memberikan sebuah bingkai foto kenang-kenangan. Aku amat terharu menerimanya betapa besar cintanya pada gurunya.
Terima kasih Tuhan atas pertemuan yang begitu singkat dan bermakna. Biarlah aku kuat melewatinya dan berpengharapan memperoleh ladang pekerjaan yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H