Mohon tunggu...
Dahlia Silitonga
Dahlia Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Senang belajar dan menulis

Anak pertama dari 4 bersaudara, sayang keluarga, senang jalan jalan, menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Peminta-Minta dan Sedekah

18 Maret 2024   22:00 Diperbarui: 18 Maret 2024   22:04 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari minggu siang, aku tiba di stasiun Karawang tepatnya jm 13.44 Wib. Aku melihat cahaya matahari menyambutku. Kemudian aku mencari suami yang menjemputku. Mataku menjelajah ke segala arah dan tak ku temukan. Aku menarik nafas panjang.

Aku berjalan keluar stasiun. Perutku terasa lapar. Wah, ada tukang mie ayam, kaki terburu-buru melangkah dan ku dapati rasa kecewa. Tak ada penjual mie ayam. Aku pun terduduk lesu di depan toko yang sedang tutup.

Tiba-tiba cuaca berubah ekstrem, hujan angin menyerbu hebat dan mengenai pakaianku. Aku beranjak berdiri pindah ke toko empek-empek. Aku menumpang berteduh dengan terlebih dahulu meminta izin kepada penjualnya.

Ketika hujan angin mulai reda, datanglah seorang gadis berjilbab dan meminta sedekah. Aku mengajak berdialog gadis kecil itu, usia masa sekolah.

"Bu, minta sedekahnya"? kata gadis kecil ini.

Aku membalasnya, "buat apa sedekahnya, dek?"

Lalu dia menjawab, "buat makan, bu."

Aku meresponnya dengan cepat dan santai, nah bukannya kamu lagi puasa ya, dek?"

Gadis kecil ini pun terdiam, tak menjawab pertanyaanku.

Aku melihat isi tasku, ada satu buah coklat beng-beng, tanpa berpikir panjang, aku memberikannya kepada gadis peminta.

"Dek, buat buka puasa, ya" kataku.

Gadis peminta-minta ini tersenyum lebar.

Tak lama kemudian datanglah seorang pria bermobil. Tepat parkir di toko empek-empek dihadapanku. Tampaknya pria ini ingin membeli empek-empek. 

Aku memperhatikan gadis kecil peminta-minta ini kembali lagi berlari ke toko yang sama.

Tak lama kemudian, dia berkata, "Pak, minta sedekahnya!"

Namun, pria ini mengacuhkan permintaan gadis peminta-minta ini. Dia sibuk memesan pempek-pempek untuk berbuka puasa.

Akhirnya, gadis peminta-minta pergi karena menyadari pria bermobil tak mempedulikannya padahal masih hujan.

Lalu aku memandang ujung jalan raya, terlihat sekumpulan gadis peminta-minta yang berjalan beriringan meninggalkan stasiun Karawang.

Aku mulai mengerti sekarang. 

Mungkinkah mereka sekelompok anak yang dipekerjakan mengemis meminta sedekah?

Apakah dengan mengemis menjadi jalan untuk mendapatkan sedekah tepat saat momen bulan Ramadhan?

Bagaimana tindakan bijaksana menjawab gadis peminta-minta? Apakah cukup mengacuhkannya seperti pria bermobil yang membeli empek-empek?

Dan paling terpenting bagaimana sikap hati kita berbagi kepada sesama manusia?

Biarlah ini menjadi perenungan bagi para pembaca semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun