Perjalanan menuju Jatiluhur Purwakarta saat cuaca kelabu membuahkan hasil cukup memuaskan. Kami berangkat dari Karawang sekitar pukul setengah dua siang dan tiba di Waduk Jatiluhur sekitar jam empat sore. Memasuki gerbang waduk, setiap pengunjung dikenakan biaya sebesar dua puluh lima ribu rupiah saat tanggal merah.
Kami melewati pintu gerbang kawasan waduk seperti menaiki gunung dengan jalan berkelok-kelok. Suasana dingin terasa di tubuh. Terlihat kawasan villa resort Jatiluhur dan hutan samping kanan kiri. Papan penunjuk arah cukup membantu pengunjung waduk Jatiluhur.
Kami mengambil jalan lurus hingga tiba di pelabuhan biru Jatiluhur untuk beristirahat sejenak. Pemandangan keramba dengan hamparan eceng gondok subur. Tersedia tempat duduk memandang waduk Jatiluhur dengan pulau Jodoh.
Kami ingin sekali berkeliling waduk hanya harga perahu yang disewakan termasuk mahal sebesar seratus lima puluh ribu rupiah. Harga satu perahu mengelilingi waduk Jatiluhur dari dekat. Semenjak kejadian teroris Bali, masyarakat awam tidak diizinkan masuk ke kawasan bendungan Jatiluhur. Penjagaan berlapis di depan gerbang bendungan Jatiluhur. Jadi, kami harus cukup puas memandang tembok waduk Jatiluhur dari luar.
Perum tirtayasa dua di dalam kompleks waduk Jatiluhur ada kawasan penangkaran rusa totol . Ada lima rusa totol satu keluarga yang dipelihara. Rusa, hewan jinak memamah biak yang senang hidup berkelompok.
Demikianlah perjalanan berliburku hari ini mengunjungi bendungan Jatiluhur. Waduk Jatiluhur objek vital negara yang wajib dijaga bersama demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Bendungan Jatiluhur, penyokong pengairan sawah dan listrik. Teruslah menghidupi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H