Mohon tunggu...
Dahlia SyahbudinKasim
Dahlia SyahbudinKasim Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengunjungi Desa Pulau Buaya di Kabupaten Alor

5 Juli 2019   12:50 Diperbarui: 5 Juli 2019   13:03 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Saya berasal dari pulau Buaya maka saya akan menceritakan  artikel saya tentang pulau Buaya. Pulau Buaya adalah desa yang terdapat di Alor, yang termasuk salah satu desa yang terdapat di kecamatan Alor Barat Laut, kabupaten Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pulau Buaya adalah pulau yang berbentuk unik sehingga para wisatawan sering mengunjungi pulau Buaya. Tidak ada binatang buas ataupun buaya yang terdapat di kampung saya, seluruh penduduk mayoritas beragama Islam (muslim). 

Pulau yang mendapat namanya karena konturnya yang mirip buaya, jika di lihat dari perairan jauh. Konon ,bentuk buaya itu tetap terlihat dari segala penjuru mata angin. Seperti halnya di pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia, pulau Buaya juga mengalami keterbatasan pasokan air dan listrik. Khusus listrik, penduduk pulau Buaya mengandalkan panel surya. 

Listrik hanya hidup sejak petang hingga tengah malam. Akan tetapi, sinyal seluler dari operator telekomunikasi plat merah sudah menjangkau pulau ini. Gapura utama desa pulau Buaya, kecamatan Alor Barat Laut, yang berdekatan dengan mesjid satu-satunya di pulau yang di huni oleh sekitar 300 kepala keluarga. Selain mesjid, fasilitas publik lainnya adalah dua sekolah madrasah hingga jenjang MTS (madrasa tsanawiyah). 

Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, anak-anak harus menyebrang ke pulau Alor atau merantau ke pondok pesantren di pulau Jawa. Bagian dalam rumah besar keturunan suku umat Ukang dan 7 suku lainnya beralaskan semen. Penghuninya lebih nyaman tanpa menggunakan alas kaki. Di ujung barat kampung, terdapat bangunan yang berusia 14 tahun yang sejak awal di peruntukkan sebagai tempat penyulingan air laut menjadi air tawar. 

Namun karena tidak ada pemeliharaan, peralatan di dalamnya berkarat dan tidak bisa di pakai lagi. Karena rusaknya penyulingan, sampai saat ini warga pulau Buaya masih mengandalkan air tawar dari pesisir darmaga Baolang. 

Jaraknya sekitar 10-15 menit dengan perahu, caranya unik yaitu dengan mengeruk pasir dan kelikir lalu membuat gundukan agar tidak tercampur air laut. Akan di temukan genangan air yang bening dan tentu saja tawar.warga pulau buaya menampugnya dalam jerigen dan tong yang berukuran besar, selain itu,warga juga berharap pada hujan.

Pulau Buaya termasuk penghasil kain tenun terbaik di Alor, selain pulau tetangganya, pulau Pura dan pulau Ternate mereka menenun sejak pagi di depan rumah dengan alat tenun tradisional. 

Sebagian penenun masih mempertahankan bahan baku dan pewarna alami, sebagian sudah menggunakan benang jadi dan pewarnaan sintetis. Harganya beragam, tergantung motif, bahan baku, dan kerumitan proses pembuatannya. Selendang di jual dengan harga mulai Rp.30-60 ribu, sedangkan sarung harganya mulai dari Rp.150-500 ribu. Kambing adalah hewan ternak paling dominan selain ayam di kampung saya ini.saat musing kemarau, kambing sering di lepasliarkanpemiliknya untuk merumput din lading atau di kebun.

Saat musim penghujan, kambing akan di ikat kembali atau di ambil kembali dan dilepas kan ke kandang. Selain ternak kambing, penduduk pulau juga bercocok tanam berupa jagung, kacang hijau, dan kacang merah. Umumnya, pekerjaan beternak dan bertani di lakukan perempuan dan para ibu ibu selain menenun.sebagian besar penduduk pria, mulai dari remaja hingga orang tua berprofesi sebagai nelayan dan pencari teripang. 

Tetapi tidak seluruhnya dan sepenuhnya mencari penghidupan dari laut. Jamman Iskandar, dan ayah saya sendiri Syahbudin adalah keahlian dalam tukang kayu dan bangunan. Sisi selatan pulau Buaya adalah pesisir dengan kondisi perairan yang lebih tenang, karena terlindung oleh pulau Ternate. Karena itulah permukiman dan perahu-perahu bersandar di sana. 

Musim gelombang biasanya datang di awal tahun hingga tahun baru imlek. Selain itu terdapat fenomena arus dingin sekitar dua kali dalam setahun, biasanya pada periode Mei-Oktober. Arus dingin di tandai dengan datangnya gerombolan ikan ke tepi pantai dan pergerakan lumba-lumba. Arus dingin ini pula yang bisa menyebabkan ikan-ikan mabuk atau mati kedinginan. 

Hiburan seru di pualu Buaya tak jauh-jauh dari aktivitas di laut. Selain memancing,aktivitas seru lainnya adalah menyelam atau sekedar berenang. Mandi laut sudah jdi kebiasan, dan sudah jadi kegiatan sehari-hari warga pulau Buaya. 

Dan, jangan lupa lewatkan cuaca cerah usai subuh dengan tidur. Menikmati pemandangan pagi dengan siluet pulau Alor dari tepi kampung akan meneduhkan dan membuat betah berlama-lama di pulau buaya dengan segala keterbatasannya.

Kini masyarakat pulau buaya nikmati listrik tenaga surya. Mulai Oktober 2017, PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) telah beroperasi dan sambungan listrik ke rumah-rumah mayoritas di gunakan untuk lampu penerang dan kebutuhan sehari-hari. Iuran warga untuk kegiatan pemeliharaan PLTA  di sepakati bersama oleh warga pualu Buaya yaitu sebesar 10.000 per rumah. 

PLTS yang di bangun mampu melistriki 287 kepala keluarga dan sangat membantu proses belajar anak-anak di malam hari. Tak hanya anak-anak, ibu-ibu pun rata-rata penenun kain ikat yang dapat bekerja lebih lama dengan adanya penerangan di malam hari ini,hal ini tentu sangat membantu kehidupan keluarganya. Kain tenun ikat yang di hasilkan kurang lebih 5 lembar perbulan. 

Jadi, kedala yamg dirasakan warga pualu buaya adalah kekurangan air di bersih dan susah untuk mendapatkannya sehingga dalam kesulitan ini di ungkapkan oleh perwakilan warga pulau Buaya yaitu Samsah Wahid yang berprofesi sebagai kepala desa pulau Buaya "Pernah sampai ada warga kami yang meninggal karena kepalanya tenggelam hanya karena untuk mengambil air tawar atau air bersih di pulau seberang, dan ini adalah kesulitan kami sekarang" ungkapnya. 

Hal ini juga di utarakan warga pulau Buaya secara langsung kepada menteri ESDM, Ignasius Jonan, secara teleconference pada Sabtu(24/2)lalu. Menteri ESDM Ignasius Jonan hadir di desa Welai Timur, kabupaten Alor, bersama gubernur Frans Leburaya dan bupati Alor Benyamin Lola untuk meresmikan 12 sumur bor air bersih, 21 unit pembangkit listrik energi terbarukan,termasuk PLTS di desa pulau Buaya.

Warga sangat antusias dapat berkomunikasi dengan menteri ESDM  dan gubernur NTT melalui layar televisi. Warga pulau Buaya sangat berterimakasih atas pembangunan PLTS dan tak lupa menyampaikan aspirasinya. 

Gubernur NTT  pun meminta warga pulau buaya yang berjumlah 1.695 jiwa atau sebanyak 378 kepala keluarga untuk dapat menjaga dan merawat bersama pembangkit listrik yang telah di bangun."Tahun ini akan di bangun 1 sumur bor air bersih untuk warga pulau Buaya, saya rasa cukup untuk semua warga" tegas Jonan, yang di sambut tepuk tangan meriah oleh warga yang hadir. 

Masyarakat sangat bergembira dan dan bersemangat, sebuah harapan untuk hidup lebih baik yag di rasakan warga pulau Buaya saat itu. Energi dan air merupakan bagian terpenting dalam nenunjang aktivitas kehidupan sehari hari masyarakat. Menyediakan energi dan air secara merata  di berbagai daerah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, anggaran dari rakyat kembali lagi ke rakyat.

Di pulau Buaya yang saya ketahui terdapat 8 suku yang berada di sana, yaitu; suku Uma Leingpapa, suku Uma Kakang, suku Uma Wilwalu Folang, suku Wilwalu Kanna Being, suku Uma Aring, suku Uma Sebanjar Jawa, suku Uma Sebanjar Barfahing, dan suku Uma Tukang.

Suku Uma Kakang adalah dianggap sebagi suku tertua di pulau Buaya sehingga para tokoh-tokoh adat menafsirkan  setiap suku dari ke 7 suku itu menganggap suku ini sebagai kakak dalam kegiatan apapun, seperti menyambut  kampanye, kegiatan lego-lego adat atau biasa disebut beku adat, dan kegiatan di saat anak MTS ujian sekolah hingga UN di laksanakan di rumah suku adat ini. 

Suku Uma Leing Papa artinya kaki sebelah, yaitu awal mulanya suku ini di bentuk dengan menggunakan porokan arau tiang sebelah. Suku Uma Wilwalu Folang merupakan suku keturnan dari suku Uma Kakang yang di bagi dalam 2 suku yaitu suku Uma Wilwalu Folang dan suku Wilwalu Kanna Being. Suku ini merupakan kakak ke 2 dari 8 suku tersebut. 

Suku Wilwalu Kanna Being adalah suku pembagian dari uma kakang yang di angga sebagai kaka ke 3 atau paman dari ke 8  suku. Suku Uma Aring di antara 7 suku di pulau Buaya ini , suku ini di anggap sebagi suku terakhir atau adik bungsu dari ke 7 suku tersebut. Suku ini terbentuk karena para tokoh-tokoh adat di pulau Buaya mengemukakan bahwa adik terkecil dari suku tertua ini di beri nama aring artinya adik.

Dan suku selanjutnya yaitu suku Uma Tukang, yaitu suku ini di artikan sebagai yang berdiri sendiri di atas perut pulau Buaya, sehingga nenek moyang kami menafsirkan bahwa rumah ini sebagai tempat pertama kumpulnya masyarakat pulau buaya. 

Suku Sebanjar Jawa dan Sebanjar Barfahing merupakan dua suku yang di tempati oleh  pendatang dan di dalam suku Barfahing terdapat pendatang yang sama sama bergabung dengan warga asli pulau Buaya, sedangkan suku Jawa adalah  pendatang  yang berasal dari Jawa sehingga menempati pulau Buaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun