Mohon tunggu...
muhamnmad dahlani
muhamnmad dahlani Mohon Tunggu... -

perumahan taman aster, bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Quo Vadis Permen No.65/2013 tentang Standar Proses Pendidikan

20 April 2014   16:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Standar proses pendidikan yang telah ditetapkan dengan Permen No. 65 tahun 2013 bila dikaji lebih mendalam, lebih banyak merefleksikan prinsip pendidikan yang lebih komprehensif. Sebagai contoh, pada point-point yang diberikan adalah guru sebagai fasilitator sehingga pembelajaran berbasis aneka sumber belajar, dari verbalisme menjadi ketrampilan aplikatif, dan pemanfaatan TI untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran.

Sebagai pengajar yang memberikan pelajaran produktif di SMK, penulis melihat ini adalah sebuah aturan dengan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Sebagai contoh, di sekolah SMK Jurusan Akuntansi siswa dapat memanfaatkan sarana internet untuk lebih banyak mengakses tentang teori akuntansi, persamaan dasar akuntansi, serta kasus-kasus yang terkait dengan akuntansi lanjutan. Peran guru adalah sebagai mediator apabila terdapat sumber-sumber yang didapat oleh siswa berbeda-beda. Sebagai pemberi judgment tentu saja diperlukan untuk memastikan informasi mana yang valid. Proses semacam ini sebaiknya dicatat dan didokumentasikan oleh guru dan dibawa ke forum ilmiah MGMP ataupun forum ilmiah lainnya.

Yang kedua, dari verbalisme menjadi ketrampilan aplikatif. Penulis pernah berdiskusi dengan sesama guru akuntansi yang mengajar di swasta yang menanyakan tentang skill siswa dalam mengerjakan soal uji kompetensi. Hasil diskusi kami menyimpulkan bahwa skill siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal uji kompetensi bukan pada hafalan atau verbalisme semata, melainkan juga peningkatan ketrampilan aplikatif yang diberikan feedback. Pemberian soal yang terus-menerus tanpa feedback tak akan ada gunanya. Seperti teori pavlov tentang "stimulus-respon", maka pemberian latihan yang diberikan koreksi atas pengerjaannya membuat pekerjaan makin lama makin sempurna. Tantangannya ada pada waktu dan kesempatan guru untuk mengoreksi hasil belajar siswa, memberikan feedback, dan memberi soal yang serupa. Ini akan dibahas pada cara cepat mengoreksi hasil belajar siswa di lain waktu.

Yang ketiga, pemanfaatan TI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar. Penulis pernah berdiskusi dengan dosen Universitas Terbuka tentang penjaminan mutu mahasiswanya. Dijelaskan oleh beliau bahwa dengan IT maka mahasiswa di seluruh nusantara punya standar kemampuan yang sama. Bahkan, ada kecenderungan IT mahasiswa di daerah pelosok lebih maju. Banyak penelitian-penelitian lain juga yang menyebutkan tentang pentingnya peran IT untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran. Yang terpenting adalah, hal itu sudah diatur dan didukung oleh permen.

Dengan contoh ketiga permen tersebut, sebetulnya standar proses yang ditetapkan sudah fleksibel dan future oriented. Permasalahannya pada saat aplikasi di lapangan adalah terkait dengan format. Secara garis besar, perencanaan pembelajaran yang dimulai dari desain pembelajaran berupa silabus dan RPP penulis amati masih belum tuntas. Silabus yang telah beredar kurang begitu banyak dimengerti oleh para pengajar. Oleh karena itu, sangat disayangkan sekali, konsep yang bagus, namun aplikasinya masih tidak maksimal di lapangan. Alhasil, banyak guru-guru yang memberikan komentar tetap ingin pada staus quo atau zona nyaman KTSP yang lama. "Yang tahu materi kan kita-kita yang di bawah", begitu banyak komentar mereka.

Mungkin bimtek atau pelatihan tentang kurikulum 2013 sudah banyak digelontorkan oleh pemerintah. Namun, menurut hemat saya, mengapa tidak pakai media internet yang dapat menjangkau seluruh pelosok nusantara. Yang banyak muncul di internet adalah pengajar-pengajar yang telah melek IT dan berbagi dengan yang lain. Pertanyaannya, apakah government tidak punya web yang resmi yang dapat diakses oleh jutaan guru. Kedua, apakah government tidak punya staf ahli yang khusus menangani bidang ini.

Berikan web resmi, munculkan semua informasi yang terkait dengan aturan main sampai dengan aplikasi di lapangan. Munculkan juga forum dan video conference dengan tanggal-tanggal tertentu. Penulis yakin, hal ini akan lebih banyak memberikan manfaat, terutama bagi seluruh guru di pelosok tanah air. Amin.

Cikarang, 20 April 2014

Penulis alumni S2 UNJ dan staf pengajar di SMKN2 Cikarang Barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun