Semua berawal dari hasil perenungan. Bahwa manusia harus menjadi manusia yang manusia. Apa yang menjadikan manusia itu manusia? Sebuah pertanyaan yang terbesit beigtu saja seperti angin berhembus.Â
Di tengah sunyi hanya terdapat suara sejati. Sebuah suara yang menghantarkan pada suara "perbuatan yang menjelaskan siapa manusia, manusia memiliki nilai yang unik dan berbeda di tengah sesamanya". Nilai yang bermanfaat bagi orang lain. Mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani membuat manusia menjadi dirinya sendiri.
Sosial, manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bersama-sama. Manusia cenderung ingin bersama dalam menjalankan aktifitas hidupnya. Membutuhkan ruang berkumpul untuk menjadikan manusia untuk beraktifitas berswama. Di saat berkumpul dan bercengkerama terjadi pertukaran aliran perasaan.Â
Ada relung emosi yang terisi saat bertukar cerita. Setiap cerita memiliki pergulatan batin dalam perjalanan mengenal diri. Dalam ruang berkumpul orang lain menjadi cermin bagi diri sendiri. Karena menanggapi, menilai dan saling melengkapi pada diri manusia.Â
Ruang sosial, manusia selain hidup di dalam waktu yang membatasi masa dirinya. Manusia hidup di dalam ruang yang diisi oleh manusia-manusia lain bersama semua persoalannya.Â
Dalam ruang sosial terdiri dari persoalan manis hingga pahit. Semua hadir mengisi ruangnya masing-masing. Semua manusia punya persoalan yang tergambarkan oleh raut wajah dan bahasa yang paling sederhana yang megetuk pintu hati. Dari persoalan-persoalan yang ada.Â
Ruang sosial menyediakan ruang untuk manusia berkumpul menghadapi dan mengatur persoalan secara bahu membahu. Menumpahkan  dan memilah mana persoalan bersama dan mana persalan pribadi. Persoalan bersama meliputi dampak yang dirasakan bersama. Persoalan pribadi meliputi dampak yang dirasakan seorang diri. Persoalan yang beragam dihadapi dengan beragam cara.
Dalam mencapai tingkat memahami persoalan yang dialami manusia pertama ia menceburkan dirinya ke dalam kolam persoalanm manusia. Ketika menyelaminya tabrakan lidah pada langit-langit di dalam mulut. Dan biarkan telinga menerima suara yang masuk ke dalam dirinya. Biarkan semua rasa masuk tanpa dijustifikasi agar rasa tetap murni tanpa prasangka. Cukup rasakan!
Manusia yang tidak merasakan persoalan sesama manusia dengan menceburkan dirinya ke dalam kolam yang sama. Dipastikan tidak mengerti apa yang sebenarnya menjadi persoalan. Dan dipastikan tidak mengerti perasaan manusia yang memiliki persoalan yang dihadapinya.Â
Sangat kering relung jiwa manusia jika hanya berbicara persoalan manusia tanpa menceburi dirinya ke dalam kolam persoalan yang sama. Dikarenakan mengumpulkan fakta tertulis menumpuk beban dalam pikiran. Sementara mengumpulkan fakta lapangan memupuk hati nurani dalam perasaan yang menuntun pikiran berjalan lurus.
Â