Mohon tunggu...
Dahan
Dahan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Science, Environmental Study, Social Science, Defence Science

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Upaya Sia-Sia Bersihkan Sungai Setahun Sekali

27 April 2017   13:17 Diperbarui: 27 April 2017   22:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada lingkungan sungai misalnya, dengan merubah kebiasaan masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai sudah pasti akan berdampak besar dan lebih dapat dirasakan manfaatnya. Ketimbang tindakan ceremonial setahun sekali yang lebih banyak memakan banyak anggaran dan tenaga. Tentunya peran pemerintah juga diperlukan dalam merubah sikap masyarakat. Mengingat pemerintah juga bagian dari masyarakat.

 Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara untuk merubah sikap masyarakat?. Jika dilihat dari alasan mengapa masyarakat tidak membuat septiktankuntuk rumahnya selain efesiensi adalah faktor ekonomi. Memang tidaklah murah untuk membuat sebuah septiktank, apalagi bagi warga dengan ekonomi menengah kebawah penghuni bantaran sungai. Namun dengan adanya kekurangan dari masyarakat inilah yang menjadi kelebihan guna mendorong simpati masyarakat untuk berbenah.

Dapat dikatakan bahwa semua sampah bernilai ekonomis. Seperti yang belakangan ini ngetrend, yakni bank sampah. Bank sampah menerapkan sistem seperti loak sampah pada umumnya namun ditambah dengan sarana investasi menggunakan sampah yang dapat memajukan ekonomi masyarakat. Dengan adanya motifasi mengumpulkan sampah untuk ditukar menjadi rupiah  bisa menjadi dorongan masyarakat untuk tidak membuang sampah dan malah mengumpulkannya. 

 Akan tetapi bank sampah saat ini masih memiliki target sebatas sampah kering yang dapat didaur ulang saja. Sedangkan sampah basah tidak bernilai rupiah, maka dari itu sebaiknya terdapat pula konsep bank sampah menerima semua jenis sampah. Apabila sampah kering didaur ulang berbeda halnya dengan sampah basah yang harus melalui pengolahan untuk dapat digunakan. Yakni dengan memfermentasinya menjadi kompos, sehingga sampah basah memiliki nilai jual juga namun tentunya dengan harga yang lebih murah ketimbang sampah kering mengingat jumlahnya yang banyak dan mudah ditemukan.

 Meskipun sampah basah bernilai ekonomi lebih rendah, akan tetapi hasil pengolahan sampah basah tak bisa di bilang murah. Harga pupuk yang kian naik karena jumlahnya yang sedikit dan permintaan pupuk dari petani amat besar jumlahnya untuk dipenuhi, bahkan pupuk terkadang merupakan menjadi komoditi impor yang terpaksa harus dibeli Indonesia untuk menetupi kebutuhannya, sangat disayangkan bukan. Maka dari itu dengan pengolahan pupuk dari sampah basah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan tentunya tujuan utamanya yakni merubah pola budaya buruk masyarakat terhadap lingkungan.

Kemudian bagaimana dengan peran pemerintah?, peran pemerintah disini adalah sebagai pendukung terlaksananya program. Dengan memberikan fasilitas berupa septiktank umum yang terhubung dengan bebrapa rumah warga sekaligus guna menghidari pembuangan limbah rumah tangga ke sungai. Juga pemfasilitasan bank sampah yang tercover oleh pemerintah sehingga terdapat modal dan nama yang dapat dipercaya oleh masyarakat sehingga kelangsungan bank sampah dapat terjamin.

Dengan terlaksananya program-program tersebut dapat dipastikan terjadi perubahan sikap masyarakat dalam memandang limbah. Tak lagi membuang dan malah mengumpulkan apabila sampah telah memiliki nilai ekonomi. Sehingga bermodal motifasi tersebut dapat dipastikan perubahan sikap masyarakat akan terjadi. Juga kegiatan ini tidaklah bersifat sementara saja namun berkelanjutan sehingga keberlangsungan lingkungan dapat terjamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun