apakah kau nasi dalam hati?
apakah aku lauk yang merindukan nasi?
apakah kita naratif tanpa fiksi?
atau mungkin kami narasi?
rintikan rindu ini mendebarkan diri,
derasnya mendung tak terbendung,
mengguyurkan kenangan kini,
hatiku kebanjiran kata merenung.
kini rindu membelot,
merontak pada hati,
karna cinta ini alot,
rasa ini tak pernah mati.
kita rasa tanpa tahta,
tanpa kata kita saling cinta,
ternyata persapaan kita,
hanya formalitas semata.
oh intan
jika aku, kau, dan k.u.a,
niscaya dunia bahagia,
akan sungguh mulia bila,
kita hidup bersama.
jpo jadi saksi nyata kita,
waskita dalam diam membisu,
saat detak-detik pertemuan kita,
fiksi dan mimpi berseru lalu bersatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H