Mohon tunggu...
Razan Cahyohartoto
Razan Cahyohartoto Mohon Tunggu... Security - ITS

razan cahyohartoto 5020221074

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Implementasi Prinsip ESG dalam Industri Ekstraktif Kelautan

12 Desember 2024   12:08 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam industri ekstraktif kelautan menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Sektor ini, yang mencakup aktivitas seperti perikanan, penambangan, dan eksploitasi sumber daya laut lainnya, memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, penerapan prinsip ESG tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tuntutan regulasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa kegiatan industri dapat dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Konsep ESG dalam Industri Ekstraktif

1. Environmental (Lingkungan)

Aspek lingkungan dari ESG menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam konteks industri ekstraktif kelautan, ini mencakup:

  • Pengelolaan Sumber Daya: Praktik pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Misalnya, dalam sektor perikanan, penerapan metode penangkapan ikan yang berkelanjutan dapat membantu mencegah overfishing dan menjaga populasi ikan tetap stabil.

  • Mitigasi Perubahan Iklim: Industri ekstraktif harus berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Ini dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi ramah lingkungan dan pengurangan emisi karbon dalam proses produksi.

  • Pelestarian Keanekaragaman Hayati: Aktivitas industri seringkali mengancam keanekaragaman hayati laut. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah perlindungan terhadap spesies yang terancam punah dan habitat mereka.

2. Social (Sosial)

Aspek sosial dari ESG berfokus pada dampak kegiatan industri terhadap masyarakat lokal. Ini mencakup:

  • Pemberdayaan Masyarakat: Program pemberdayaan bagi nelayan dan komunitas pesisir sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Misalnya, akses terhadap pelatihan keterampilan dan modal dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

  • Kesetaraan Gender: Mendorong partisipasi perempuan dalam sektor perikanan adalah langkah krusial untuk pembangunan sosial yang berkelanjutan. Inisiatif yang mendukung perempuan dalam rantai nilai perikanan dapat membuka peluang ekonomi baru.

  • Keterlibatan Masyarakat: Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya laut sangat penting untuk memastikan bahwa kepentingan mereka diperhatikan.

3. Governance (Tata Kelola)

Aspek tata kelola dalam ESG menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan industri ekstraktif. Ini mencakup:

  • Regulasi yang Kuat: Pemerintah perlu memperkuat kerangka regulasi yang mendukung implementasi ESG di sektor kelautan, termasuk insentif untuk praktik berkelanjutan.

  • Kemitraan Multipihak: Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.

  • Monitoring dan Evaluasi: Sistem monitoring yang efektif diperlukan untuk mengukur dampak implementasi ESG dan melakukan penyesuaian kebijakan jika diperlukan.

Tantangan dalam Implementasi ESG

Meskipun penerapan prinsip ESG menawarkan banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi:

  • Kurangnya Kesadaran: Banyak perusahaan di sektor ekstraktif masih kurang memahami pentingnya prinsip ESG, sehingga implementasinya sering kali terabaikan.

  • Regulasi yang Lemah: Di beberapa daerah, regulasi terkait lingkungan dan sosial masih lemah atau kurang ditegakkan, sehingga praktik-praktik tidak berkelanjutan masih terjadi.

  • Konflik Kepentingan: Terdapat potensi konflik antara kepentingan ekonomi jangka pendek dengan tujuan keberlanjutan jangka panjang. Hal ini sering kali menyebabkan perusahaan lebih memilih keuntungan cepat daripada investasi dalam praktik berkelanjutan.

Studi Kasus: PT Vale Indonesia

PT Vale Indonesia merupakan salah satu contoh perusahaan yang telah mengadopsi prinsip ESG dalam operasionalnya. Perusahaan ini telah berkomitmen untuk mencapai target Net Zero Emissions pada tahun 2050 dan melibatkan generasi muda dalam berbagai inisiatif lingkungan. Beberapa langkah yang diambil oleh PT Vale meliputi:

  • Rehabilitasi Lahan: Perusahaan ini telah merehabilitasi lahan lebih dari 2,5 kali luas lahan yang dibuka untuk kegiatan penambangan, sebagai bagian dari upaya menjaga ekosistem lokal.

  • Program Edukasi Lingkungan: PT Vale juga aktif melibatkan pelajar dalam kegiatan penanaman mangrove dan kampanye kesadaran lingkungan lainnya.

Rekomendasi untuk Peningkatan Implementasi ESG

Untuk meningkatkan implementasi prinsip ESG di sektor industri ekstraktif kelautan, beberapa rekomendasi berikut dapat dipertimbangkan:

  1. Penguatan Regulasi: Pemerintah perlu memperkuat regulasi terkait lingkungan dan sosial serta memberikan insentif bagi perusahaan yang menerapkan praktik berkelanjutan.

  2. Pendidikan dan Pelatihan: Program pendidikan dan pelatihan bagi pekerja di sektor ekstraktif harus ditingkatkan agar mereka memahami pentingnya prinsip ESG.

  3. Inovasi Teknologi: Mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

  4. Kolaborasi Multipihak: Memperkuat kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi yang lebih efektif dan inklusif.

  5. Monitoring Berkelanjutan: Mengembangkan sistem monitoring yang robust untuk mengevaluasi dampak implementasi prinsip ESG secara berkala.

Implementasi prinsip ESG dalam industri ekstraktif kelautan adalah langkah krusial menuju pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola secara holistik, sektor ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat luas dan ekosistem laut. Melalui upaya kolaboratif antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil, diharapkan praktik-praktik berkelanjutan dapat diterapkan secara lebih luas demi masa depan yang lebih hijau dan sejahtera.

Cara Industri Ekstraktif Kelautan dapat Mengurangi Dampak Lingkungan dengan ESG

Industri ekstraktif kelautan dapat mengurangi dampak lingkungan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) secara efektif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:

1. Penerapan Energi Bersih

Penggunaan energi bersih dalam operasional industri ekstraktif sangat penting. Misalnya, mengganti smelter yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dengan sumber energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan komitmen untuk transisi menuju energi bersih dan mengurangi jejak karbon.

2. Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan

Implementasi konsep ekonomi biru dapat membantu dalam pengelolaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Ini termasuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan memastikan bahwa aktivitas industri tidak merusak lingkungan. Dengan pendekatan ini, sektor-sektor seperti perikanan dan energi terbarukan dapat berkembang tanpa mengorbankan ekosistem.

3. Transparansi dan Akuntabilitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun