Mohon tunggu...
Dafin Delian
Dafin Delian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Hanya orang yang ingin belajar untuk disebarkan kembali. Menyukai topik tentang lingkup budaya Asia Timur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tanah Yomi: Gelap dan Mengerikannya Kematian bagi Mereka yang Sudah Meninggal

31 Agustus 2021   19:26 Diperbarui: 4 September 2021   16:49 1979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh lagi, dalam artikel yang berjudul The Genealogy of Sorrow, Ō. Akira dan kawan-kawan juga mengungkapkan tulisan Motoori mengenai tanah Yomi yang bertuliskan, "The faith of Shinto is that when people, good or evil, die, they all go to the land of Yomi... thus when one dies, one can only grieve that one must go to the land of Yomi. No one doubt this, and no one thinks of the reason for this." 

Jadi, menurut Motoori Norinaga, tanah Yomi adalah alam yang tidak bersih dan tempat itu kotor. Semengerikannya tanah Yomi itu sampai-sampai Izanagi juga harus mensucikan dirinya setibanya di alam orang yang masih hidup. 

Itulah kegelapan yang ada di dalam tanah Yomi. Hal yang disayangkan adalah bahwa seseorang yang meninggal, mau tidak mau dan suka atau tidak suka harus pergi ke tanah Yomi. Tidak peduli apakah mereka orang yang baik atau orang yang buruk, mereka sama-sama masuk ke tanah Yomi.

Pada intinya adalah masyarakat Jepang percaya bahwa tanah Yomi adalah perpanjangan dari kehidupan kita di dunia saat ini. Kematian secara sederhananya hanyalah tidak dapat terlihat oleh mereka yang masih hidup. Namun yang pasti, alam orang yang sudah meninggal menurut Izanagi dan Motoori Norinaga adalah alam yang tidak bersih dan tempat yang busuk, tapi kita tidak bisa menghindarinya. Maka dari itu, tidak ada hal di alam ini untuk lebih dikasihani selain kematian itu sendiri. 

Kematian terasa sangat menyedihkan karena merupakan cerminan dari manusia yang selalu bersedih apabila suatu hari kita atau orang yang kita kasihi meninggal sehingga kita tidak dapat bertemu dengan orang tersebut. Kesedihan itu pada akhirnya menuntun pandangan bahwa alam orang meninggal adalah alam yang tidak baik dan alam yang buruk.

Air mata yang dikeluarkan oleh Izanagi saat menangisi Izanami adalah wujud di mana kematian adalah hal yang menyedihkan yang bahkan dewa sekalipun menangis. Namun, menurut Norinaga, kesedihan itu sendiri adalah inti dari kehidupan manusia, manusia yang telah meninggal menghilang ke dalam kabut kesedihan. Manusia adalah seutuhnya manusia apabila ia dapat bersedih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun