Isu lingkungan merupakan isu yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas, dimana tiap harinya banyak sekali konflik konflik mengenai lingkungan. Beberapa tahun ini banyak organisasi lingkungan dan aktivis lingkungan mencanangkan mengenai Reforma Agraria.
Pada tanggal 5 April 2021, saya berkesempatan mewawancarai abah Atang selaku tokoh masyarakat di kampung nyalindung punclut dimana saya dan abah Atang berbagi cerita mengenai lingkungan di Kota Bandung, kota kelahiran saya dan abah atang. Dalam hal ini saya memberi beberapa pertanyaan kepada abah atang mengenai lingkungan di Kawasan Bandung Utara khususnya di kampung nyalindung mengenai bencana ekologis dan revitalisasi seke yang ada di kampung nyalindung.
Apa sih yang menjadi penyebab banjir di daerah kota Bandung pada tahun 2018?
Menurut abah atang "Banjir terjadi bukan karena alih fungsi lahan hijau menjadi lahan pertanian, namun banjir terjadi karena peralihan fungsi lahan hijau menjadi hutan beton atau dalam hal ini perumahan. Justru pertanian yang ada di kawasan punclut ini merupakan pertanian yang ramah lingkungan.Â
Lalu, pecegahan apa yang perlu dilakukan untuk menanggulangi terjadinya bencana ekologis seperti banjir ini?
"Penanggulangan yang perlu dilakukan yaitu penghijauan kembali kawasan Bandung Utara, dimana proses revitalisasi lahan hijau di kawasan Bandung Utara harus dilakukan. Di kampung nyalindung sendiri abah sedang melakukan revitalisasi lahan hijau yang dimana pada zaman dahulu disana terdapat seke (Mata Air) yang sekarang seke tersebut sedang di revitalisasi, hasil dari revitalisasi yang sedang dilakukan oleh abah yaitu dengan kembali fungsinya 5 seke . Disamping keberadaan seke itu abah menanam pohon-pohon seperti pohon mahoni dan abah pun menanam puluhan bambu." Ujar Abah Atang.
Mengenai revitalisasi seke, apakah ada bantuan dari pemerintah atau hanya abah yang sendiri yang melakukan revitalisasi seke di kampung nyalindung ini?
"Kalau bantuan dari pemerintah untuk proses revitalisasinya ngga ada sih, paling bantuan pembuatan depot air minum dari pdam." Abah Atang
Bukannya pemkot mengadakan program revitalisasi seke yah bah, dimana pemkot sedang gencar-gencarnya mengidentifikasi keberadaan seke zaman dahulu lali merevitalisasi ?
"Syukur alhamdulillah kalau pemkot bikin program kaya gitu, tapi proses revitalisasi  seke di kampung nyalindung sendiri belum ada bantuan dari pemerintah. Ya itu yang disebut abah tadi, bantuan cuman dari pdam ,itu juga buat depot dan dananya dari CSR."
Berarti, secara tidak langsung hasil dari revitalisasi seke di kampung nyalindung ini memberi banyak manfaat bagi warga sendiri bah?
"Muhun,dari seke teh ada pipa pipa paralon yang nyalurken air dari seke ke depot abah sama rumah-rumah warga. Ya, alhamdulillah dengan adanya seke ini warga di nyalindung tidak perlu lagi membeli air dan ngebor tanah buat bikin sumur yang dapat merusak lingkungan." Abah Atang
Kalau di musim kemarau sendiri, apakah seke ini masih mampu mencukupi kebutuhan air warga nyalindung bah? Â
 "Ya, kalau kemarau mah debit air berkurang. Dari 5 seke yang ada, paling hanya ada 2 atau 3 yang debit air nya masih mampu mencukupi kebutuhan warga. Dari  7 pipa misalnya, paling yang ngeluarin air cuman 2 atau 3 pipa ke warga 1 laginya ke depot abah." Abah Atang
Harapan abah sendiri mengenai isu lingkungan di kampung nyalindung apa?
"Ya abah mah berharap pemerintah melakukan penghentian alih fungsi lahan yang dilakukan pengembang di kampung nyalindung, karena kan yang memberikan ijin untuk melakukan peralihan fungsi lahan kepada pengembang ya pemerintah. Lalu abah juga berharap semakin sadarnya masyarakat kota Bandung mengenai perusakan lingkungan khususnya kota Bandung, dengan semakin banyak yang sadar mudah-mudahan lingkungan di kawasan Bandung utara khususnya nyalindung bisa menjadi lebih baik terlebih dengan adanya generasi muda yang sadar akan bahayanya peralihan fungsi lahan dapat meneruskan perjuangan abah untuk mempertahankan yang ada pada saat ini sehingga kedepannya lahan hijau di kawasan Bandung Utara khususnya nyalindung tidak beralih fungsi lagi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H