Mohon tunggu...
Daffi Harmawan
Daffi Harmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Inlander

Seorang mahasiswa yang sedang belajar berdikari dan merdeka untuk dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Merawat Seke Terakhir di Kampung Nyalindung Punclut

22 Maret 2021   16:11 Diperbarui: 22 Maret 2021   16:20 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 22 Maret 2021 diperingati sebagai hari air sedunia. Dengan memperingati hari air ini kita perlu merasa bersyukur atas air yang masih kita bisa gunakan dan sekaligus ironi dengan kondisi lingkungan sekarang dimana konflik lingkungan masih terjadi. Di kampung Nyalindung Punclut sendiri terdapat seke atau mata air, dari beberapa seke yang ada pada tahun 90 an kini hanya tersisa 5 seke saja. Keberadaan seke  ini pun terancam dengan maraknya peralihan fungsi lahan yang terjadi di kampung Nyalindung.

Usut punya usut maraknya pembangunan di daerah kampung Nyalindung mengakibatkan seke  yang dahulu banyak kini tinggal tersisa beberapa saja. Abah Atang selaku sepuh kampung nyalindung sekaligus tokoh yang masih mempertahankan dan merawat seke yang ada bercerita bahwasanya pada 2012 masyarakat kampung Nyalindung mulai berkonflik agraria dengan salah satu perusahaan yaitu PT. DAM. 

Menurut abah Atang pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut merusak ekologis di kawasan Punclut khususnya kampung Nyalindung. Bahkan pada tahun 2020 abah Atang di kriminalisasi kan oleh perusahaan tersebut dan saat ini abah Atang penggiat lingkungan kampung ditetapkan sebagai tersangka. Ketua Bidang Pendidikan dan kaderisasi Walhi Jawa Barat, Inas mengatakan bahwasanya yang dilakukan oleh PT. DAM sudah melanggar HAM Masyarakat Nyalindung karena perusakan ekologis yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut berdampak langsung pada masyarakat. 

Dengan peralihan fungsi lahan non pertanian di kawasan punclut dapat mempengaruhi kondisi seke yang masih ada pada saat ini, karena semakin berkurangnya lahan resapan air di kawasan punclut yang beralih menjadi perumahan.

"Jangan sampai kawasan Punclut khususnya kampung Nyalindung ini berubah menjadi hutan beton, maka kejadian banjir bandang pada tahun 2018 akan terulang kembali" kata Abah Atang di Kampung Nyalindung, Kelurahan Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, Jumat 19 Maret 2021. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun