Mohon tunggu...
Daffa Rizqi Prayudya
Daffa Rizqi Prayudya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Perkenalkan saya Daffa seorang penulis. Saya menulis untuk menjelaskan fenomena - fenomena ekonomi dan mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah. Saat ini, saya sedang menempuh studi S2 mengambil program Master of Applied Economics di The University of Adelaide, Australia

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pentingnya Mengelola Risiko Ketika Menggunakan Instrumen Keuangan

7 Agustus 2020   16:58 Diperbarui: 7 Agustus 2020   17:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal dan menggunakan produk keuangan merupakan hal yang baik bagi orang muda maupun orang dewasa. Salah satu bentuk produk keuangan adalah instrumen keuangan seperti saham, obligiasi, sukuk, dan sebagainya.

Tabungan hari tua, dana pendidikan, dan bahkan sebagai penghasilan tambahan merupakan motif - motif yang biasa digunakan oleh para pengguna instrumen keuangan. Namun dibalik manfaat yang diberikan, terdahap risiko yang melekat pada produk keuangan tersebut. Risiko tersebut berlaku baik bagi nasabah maupun pengelola dana tersebut

Akhir -- akhir ini, terdapatberita tentang permasalahan Jouska kepada kliennya. Masalah tersebut bermula dari kerugian besar yang diterima oleh nasabah saat pihak Jouska mengelola dana investasinya.

Pihak Jouska mengelola dana investasi orang lain menggunakan aset -- aset yang memiliki risiko tinggi dan tidak sesuai dengan profil risiko para investor. Sehingga, dana investasi yang dimiliki oleh investor menyusut seiring dengan jatuhnya nilai aset yang berisiko tersebut.

Peristiwa tersebut mengajarkan kita bahwa pentingnya mengelola risiko saat melakukan investasi. Selain kerugian yang dialami oleh investor, dampak kerugian tersebut juga berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan

Profil Risiko dan Keterkaitannya dengan Stabilitas Sistem Keuangan

Profil risiko merupakan tingkat toleransi seorang investor terhadap paparan risiko yang akan dihadapi. Umumnya, profil risiko dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

  • Konservatif 

Profil risiko ini biasanya memilihi instrumen -- instrumen keuangan yang relatif lebih rendah fluktuasinya, namun imbal hasil yang didapatkan juga rendah. Contoh instrumen yang biasanya digunakan adalah obligasi maupun saham bluechip

  • Moderat

Profil risiko ini biasanya memilih instrumen -- instrumen keuangan yang memiliki fluktuasi sedang, namun imbal hasil yang didapatkan lebih tinggi. Contoh instrumen yang biasa digunakan adalah saham second liner

  • Agresif

Profil risiko ini biasanya memilih instrumen -- intrumen keuangan yang memiliki fluktuasi tingi, namun imbal hasil yang didaptakan jauh lebih tinggi. Contoh instrumen yang biasa digunakan adalah saham third liner dimana kapitalisasi pasarnya masih kecil. Selain itu cryptocurrency seperti bitcoin juga cocok untuk investor profil risiko agresif

Profil risiko biasanya disesuaikan dengan tujuan investasi pengguna produk keuangan. Bagi pengguna yang menginginkan keuntungan dengan cepat, maka semakin agresif akan semakin cocok bagi mereka. Namun apabila pengguna tersebut menggunakan dana untuk jangka panjang seperti pensiunan, anak sekolah, dsb. , maka semakin konservatif akan semakin baik.

Kesalahan dalam menentukan risiko juga akan berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Contohnya seperti Jouska saat salah mengelola dana nasabahnya. Para nasabah memiliki profil risiko yang cenderung konservatif dan berniat untuk menabung.

Namun pihak Jouska menggunakan dana nasabah untuk memilih aset -- aset yang berisiko tinggi dan mengalami kerugian. Hal ini menunjukan bahwa pihak Jouska tidak profesional di dalam mengelola dana nasabahnya, selain itu Jouska juga belum mengantongi izin dari OJK untuk mengelola keuangan nasabah

Jika kerugian yang dialami hanya pada nasabah Jouska saja, maka kemungkinan untuk terganggunya stabilitas sistem keuangan masih kecil. Namun apabila sebagian besar pengelola keuangan memiliki manajemen yang buruk, maka dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Potensi terganggunya stabilitas sistem keuangan atas penurunan nilai aset seperti saham dinamakan risiko pasar.

Penurunan nilai aset secara tiba -- tiba akan merusak perencanaan keuangan masing -- masing nasabah. Risiko pasar yang cukup besar contohnya adalah krisis keuangan Subprime Mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2008.

Dana nasabah yang dikelola untuk keperluan pendidikan, pensiunan, dan sebagainya menguap karena penurunan nilai aset perumahan secara tajam. Penurunan tersebut pun juga dikarenakan terjadinya penyelewengan / fraud para institusi keuangan di dalam melakukan penilaian aset perumahan

Kesimpulan

Mengenal dan menggunakan instrumen keuangan merupakan hal yang baik, namun harus diiringi pengelolaan risiko yang baik juga. Kerugian yang ditimbulkan akibat buruknya pengelolaan tidak hanya dirasakan oleh nasabah saja, namun dapat dirasakan oleh stabilitas sistem keuangan. Sehingga pengelolaan instrumen keuangan harus disesuaikan dengan profil risiko yang tepat dan profesional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun