Kesalahan dalam menentukan risiko juga akan berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Contohnya seperti Jouska saat salah mengelola dana nasabahnya. Para nasabah memiliki profil risiko yang cenderung konservatif dan berniat untuk menabung.
Namun pihak Jouska menggunakan dana nasabah untuk memilih aset -- aset yang berisiko tinggi dan mengalami kerugian. Hal ini menunjukan bahwa pihak Jouska tidak profesional di dalam mengelola dana nasabahnya, selain itu Jouska juga belum mengantongi izin dari OJK untuk mengelola keuangan nasabah
Jika kerugian yang dialami hanya pada nasabah Jouska saja, maka kemungkinan untuk terganggunya stabilitas sistem keuangan masih kecil. Namun apabila sebagian besar pengelola keuangan memiliki manajemen yang buruk, maka dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Potensi terganggunya stabilitas sistem keuangan atas penurunan nilai aset seperti saham dinamakan risiko pasar.
Penurunan nilai aset secara tiba -- tiba akan merusak perencanaan keuangan masing -- masing nasabah. Risiko pasar yang cukup besar contohnya adalah krisis keuangan Subprime Mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2008.
Dana nasabah yang dikelola untuk keperluan pendidikan, pensiunan, dan sebagainya menguap karena penurunan nilai aset perumahan secara tajam. Penurunan tersebut pun juga dikarenakan terjadinya penyelewengan / fraud para institusi keuangan di dalam melakukan penilaian aset perumahan
Kesimpulan
Mengenal dan menggunakan instrumen keuangan merupakan hal yang baik, namun harus diiringi pengelolaan risiko yang baik juga. Kerugian yang ditimbulkan akibat buruknya pengelolaan tidak hanya dirasakan oleh nasabah saja, namun dapat dirasakan oleh stabilitas sistem keuangan. Sehingga pengelolaan instrumen keuangan harus disesuaikan dengan profil risiko yang tepat dan profesional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H