MALANG – Pandemi Covid-19 telah menuntut masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan diri, yaitu dengan rajin membersihkan tangan menggunakan sabun maupun cairan pembersih seperti hand sanitizer. Hand sanitizer telah menjadi alternatif utama masyarakat ketika berada di luar rumah maupun dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun.
Akan tetapi, penggunaan hand sanitizer dalam jangka waktu lama diketahui dapat menyebabkan reaksi kulit berupa kulit kering dan iritasi. Efek samping tersebut tentunya perlu diminimalisasi. Masyarakat membutuhkan hand sanitizer dari bahan alami yang aman dan tidak menimbulkan iritasi, namun tetap efektif membunuh kuman.
Kondisi yang demikian mendorong Daffa’ Rizal Dzulfaqaar Alauddin beserta Tiara Novia Sangrawati, Eka Nurkhayati, Thoriq Aziz, dan Aulia Qisti untuk menciptakan sebuah inovasi yang menjawab permasalahan serta kebutuhan masyarakat di era pandemi. Mereka berhasil memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi sebuah produk hand sanitizer yang ramah lingkungan.
Lima mahasiswa yang tergabung dalam Tim PKM-K Universitas Negeri Malang ini melihat peluang bisnis dari limbah ampas tebu yang tidak dimanfaatkan secara optimal.
Tiap tahunnya, limbah ampas tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula tebu mencapai puluhan juta ton. Sekitar 50% ampas tebu yang dihasilkan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pabrik gula dan sisanya ditimbun sebagai buangan dengan nilai ekonomi yang rendah. Hal ini membuat ampas tebu menjadi pilihan terbaik sebagai bahan baku bioethanol karena biayanya yang murah dan ketersediaan yang melimpah.
“Kami melihat Malang sebagai kota dengan dua pabrik gula besar, yaitu PG Kebonagung dan PG Krebet Baru. Tiap tahunnya, dua pabrik ini menghasilkan limbah ampas tebu yang tidak sedikit.
Peluang ini tentunya harus kami gunakan untuk menghasilkan suatu inovasi berupa produk yang bukan hanya sebagai pengelolaan limbah, namun sekaligus menjawab tantangan atau kebutuhan pasar di era pandemi seperti ini,” ujar Daffa sebagai ketua tim.
Daffa bersama tim yang dibimbing oleh Ibu Daratu Eviana Kusuma Putri, S.Si., M.Sc. ini telah melakukan proses produksi mulai bulan Juni 2021 bertempat di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang. Selain produksi menggunakan bahan dasar alami yaitu ampas tebu, Daffa juga menjelaskan bahwa ada banyak keunggulan lain dari produk yang dinamai “Hydroma” ini.
“Bahan dasar yang kami pakai alami, sehingga dapat mengurangi resiko iritasi maupun efek samping lain pada kulit akibat pemakaian hand sanitizer. Hydroma dapat digunakan oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kemasan Hydroma juga kami disain semenarik mungkin, dengan variasi kemasan yang beragam. Tentu saja dengan biaya produksi yang rendah, harganya cukup ekonomis,” jelasnya.
Produk Hydroma memiliki fitur “Create Your Reminders!” dan “Refill My Hydroma” pada laman resmi hydroma yaitu hydroma.id. Daffa bersama tim juga telah membuat akun sosial media berupa instagram yaitu @hydroma.organic dan beberapa market place untuk pemasaran produk. Ke depannya, mereka berharap bahwa produk ini dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H