- Pemilihan Lokasi: Penilaian risiko bencana harus menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan permukiman warga.
- Desain dan Konstruksi Tahan Bencana: Pembangunan infrastruktur seperti bangunan tinggi, jembatan, dan jalan raya dapat menjadi lebih rentan terhadap kerusakan akibat gempa bumi jika tidak dirancang dengan memperhitungkan faktor-faktor geologi dan struktural. Â Jadi, Infrastruktur harus dirancang untuk mengatasi guncangan gempa dan tekanan tsunami dengan baik.
 3. Pelestarian Lingkungan:
- Konservasi Keanekaragaman Hayati: Perlindungan habitat alami dan spesies endemik yang terancam oleh aktivitas lempeng tektonik.
- Pengelolaan Sumber Daya Alam: Pengelolaan yang berkelanjutan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan dan mitigasi terhadap dampak ekstraksi sumber daya alam.
 4. Pengembangan Sistem Peringatan Dini:
- Monitoring Aktifitas Vulkanik: Investasi dalam teknologi pemantauan yang canggih dan jaringan sensor untuk mendeteksi perubahan dalam aktivitas vulkanik dan geologi.
- Pengembangan Sistem Peringatan Tsunami: Peningkatan jaringan peringatan dini yang efektif, termasuk sistem peringatan dini lewat SMS, social media, sistem sirine, dan penggunaan teknologi terkini.
 5. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat:
- Kesadaran Risiko Bencana: Banyak masyarakat Indonesia tinggal di daerah yang rentan terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami tanpa menyadari risiko yang terkait. Kurangnya kesadaran ini dapat mengakibatkan ketidaksiapan dalam menghadapi bencana alam dan meningkatkan tingkat kerentanan.
- Pelatihan Bencana pada komunitas: Program pelatihan dalam skala komunitas untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tentang tindakan darurat bencana. Ini bisa melibatkan simulasi evakuasi, pelatihan pertolongan pertama, dan pembentukan tim tanggap darurat lokal.