Â
Agama Islam seharusnya mengajarkan perdamaian dan persatuan, tetapi sekarang sulit untuk menghindari konflik atau permusuhan. Setiap perbedaan pendapat Muslim, baik itu tentang budaya, hukum, atau norma syari'at, dapat memicu permusuhan. Sebenarnya, apa yang mungkin terdengar sebagai masalah keagamaan menyembunyikan masalah sosial yang sangat personal melalui pandangan sosiologis.Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengidentifikasi komponen sosiologis yang menyebabkan konflik dari berbagai perspektif dan untuk menemukan cara untuk menyelesaikannya dengan bantuan percakapan dan pendidikan multicultural.
Islam tersebar di berbagai negara, dengan berbagai budaya, suku, dan bahasa. Oleh karena itu, umat Islam pasti tidak terlepas dari perbedaan pendapat, meskipun perbedaan pendapat ini adalah hal yang wajar dan tidak mengarah pada perpecahan atau permusuhan. Dalam era the golden age of Islam, perbedaan pendapat dan perdebatan ini jauh lebih ekstrem daripada di era kita sekarang, Ini ada sejak awal Islam.Sosiologi menemukan bahwa upaya manusia untuk memahami dan menjalankan agama dipengaruhi oleh berbagai latar belakang sosial, politik, dan budaya. konflik yang sering muncul dari perbedaan ini adalah kelompok atau keinginan untuk membenarkan diri sendiri.
1. Pengaruh Sosial dalam Perbedaan Pandangan
Sifat-sifat budaya dan sosial yang ada di setiap masyarakat pasti berdampak pada cara mereka berperilaku terhadap agama Islam, yang disebut dalam sosiologi sebagai "relativisme sosial". Kondisi sosial sangat memengaruhi cara seseorang berperilaku terhadap agama mereka
2. Konflik Akibat Perbedaan Pendapat Dalam Islam
Dalam Islam, perbedaan pendapat adalah normal dan umum. Namun, perbedaan ini dapat berkembang menjadi perselisihan, bahkan konflik serius, yang menyebabkan perpecahan di kalangan Muslim Indonesia.Perselisihan semacam ini kerap kali berawal dari pemahaman agama yang berbeda-beda, baik dalam cara belajar maupun kedalaman ilmunya.Sebagian konflik muncul ketika individu atau kelompok tertentu yang tidak memiliki latar belakang pendidikan agama Islam yang memadai mulai menyampaikan pendapat yang kontroversial. Lebih parah lagi, ada orang-orang yang belajar agama dari guru yang tidak jelas atau bahkan tanpa guru sama sekali.
Akibatnya, mereka bisa salah memahami ajaran-ajaran penting dan cenderung merasa benar sendiri, hingga pada titik menyalahkan, menghina, atau bahkan menuding pendapat ulama, ustaz, dan kiai sebagai sesuatu yang salah, sesat, atau penuh kekeliruan.
Ironisnya, para ulama dan pemuka agama yang sering disalahkan ini umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang jelas dan sudah menghabiskan puluhan tahun mempelajari ajaran Islam. Sementara itu, kelompok yang melakukan kritik berlebihan ini justru memiliki pemahaman yang mungkin tidak utuh atau kurang mendalam, atau bahkan  tidak mempunyai latar pendidikan agama Islam.Situasi ini menjadi salah satu penyebab utama perselisihan di antara umat Islam di Indonesia.
 Dalam masyarakat Muslim, konflik sering terjadi antara kelompok yang memiliki pandangan berbeda dan ingin mempertahankan pandangannya. Dalam beberapa kasus, satu kelompok merasa terancam oleh perbedaan tersebut, karena memiliki keyakinan kuat bahwa pandangan merekalah yang benar.
Akhirnya, ketegangan pun semakin meningkat. Satu kelompok yang merasa memiliki pendapat yang lebih kuat berusaha mempertahankan pendapat mereka, yang pada akhirnya membuat konflik semakin buruk. Perbedaan yang seharusnya bisa menjadi ruang dialog dan diskusi sehat malah berubah menjadi perpecahan yang merugikan umat secara keseluruhan.
Umat Islam di Indonesia harus melihat perbedaan pendapat sebagai bagian dari dinamika yang dapat meningkatkan pengetahuan dan memperkuat persaudaraan. Hanya dengan cara ini, perbedaan dapat diatasi dengan baik tanpa menyebabkan konflik.
3. Peran Pendidikan dan Media dalam Menciptakan Polarisasi
Media sosial modern tidak hanya menyebarkan informasi tetapi juga menciptakan polarisasi. Perdebatan di media sosial sering berubah menjadi ajang saling serang karena orang cenderung mencari informasi yang mendukung pendapat mereka sendiri dan menolak pendapat orang lain. Media malah meningkatkan kecemasan kelompok ketika berkonsentrasi pada konflik daripada melakukan percakapan.
Namun, pendekatan pendidikan agama yang terlalu ketat dan hanya menekankan satu cara memperburuk situasi. Pendidikan agama sering menghilangkan keanekaragaman perspektif, yang membuat orang melihat perbedaan sebagai ancaman daripada peluang untuk saling belajar.
4. Menghadapi Permusuhan dengan Dialog
Sosiolog Jrgen Habermas menciptakan pendekatan dialog, yang menekankan betapa pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur untuk menyelesaikan konflik. Ini berarti bahwa orang Muslim harus mendorong diskusi antara kelompok dengan menghormati dan toleransi satu sama lain. Dialog menghindari kritik negatif satu sama lain dan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang menyebabkan perbedaan.
5. Pendidikan Multikultural sebagai Solusi Menghargai Perbedaan
Sosiologi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan multikultural membantu masyarakat memahami bahwa perbedaan adalah wajar dan dapat diterima.Institusi pendidikan Islam, baik formal maupun informal, dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai ikhtilaf, atau perbedaan pendapat, yang sejalan dengan prinsip kebhinekaan.Â
Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk menunjukkan bahwa Islam menerima pandangan yang berbeda, sehingga perbedaan pendapat dapat memperkaya pemahaman kita tentang Islam.Dengan mengadakan wacana lintas mazhab atau studi lintas perspektif, organisasi sosial seperti masjid, pesantren, dan organisasi Islam dapat mendorong penerimaan perbedaan sebagai rahmat.
Kesimpulan
Dengan memahami latar belakang sosial dari perbedaan pandangan dan konflik yang terjadi di kalangan Muslim, kita dapat memperkuat persatuan. Dari perspektif sosiologi, perbedaan pandangan ini adalah hasil dari berbagai keadaan sosial yang ada di setiap masyarakat muslim.
Daffa Rabbani Surya, Mahasiswa Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H