Mohon tunggu...
Daffa Imam
Daffa Imam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Baca-Nulis-Tidur-Repeat

Rakyat biasa yang coba kritis, sedikit narsis, berkumis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mazhab Realisme dalam Cerpen "Kamboja di Atas Nisan" Karya Herman R. N.

23 Desember 2022   19:30 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:29 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Realisme merupakan sebuah gerakan (realis) yang pertama kali berkembang di Perancis pada pertengahan abad 19. Aliran realisme memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain menarasikan sebuah karya secara objektif tanpa bias, penggambaran psikologis karakter dibuat secara apa adanya, mendeskripsikan kehidupan sehari-hari, dan memiliki dialog yang merupakan sebuah ucapan alami yang ditemui di masyarakat.

Selain itu, penulis aliran realisme ini dalam penciptaan karya-karyanya berusaha merepresentasikan budaya kontemporer secara akurat dan menggambarkan orang-orang dari semua lapisan masyarakat.

Penulis beraliran realisme kerap membahas tema-tema yang berkaitan dengan konflik sosial ekonomi dengan membandingkan kondisi kehidupan orang miskin dengan orang kaya di masyarakat perkotaan dan pedesaan. Beberapa penulis beraliran realisme ini adalah Honore de' Balzac, Gustave Flaubert, Leo Tolstoy, dan lain-lain.

Mazhab realisme ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, mulai dari Inggris, Amerika, sampai Indonesia. Beberapa karya penyair Indonesia tergolong ke dalam mazhab ini. Karya-karya tersebut antara lain cerpen Senyum Karyamin, Penipu yang Keempat karya Ahmad Tohari, cerpen Kue Gemblong Mak Saniah karya Aba Mardjani, dan lain-lain.

Salah satu cerpen yang tampak beraliran realis adalah cerpen berjudul Kamboja di Atas Nisan karya Herman R. N. yang dipublikasikan Kompas, 5 Januari 2014.

Ciri-ciri sastra aliran realis yang akan dilihat dari cerpen ini adalah ciri bahwa aliran realis berusaha menarasikan sebuah karya secara objektif tanpa bias.

Cerpen Kamboja di Atas Nisan ini berusaha mengangkat sebuah tema yang secara objektif dibahas dalam karya ini. Cerpen ini berkisah tentang Kamboja, seorang anak perempuan yang ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya akibat konflik yang dulu pernah terjadi di daerahnya. Sebagai seorang perempuan, ia tidak dapat melakukan apa-apa ketika terjadi konflik antara pemberontak dan pemerintah. Ibunya meninggal dan ayahnya pun meninggal akibat peluru nyasar.

Beberapa tahun kemudian, daerah pemakaman ibu Kamboja beserta korban konflik lain akan digusur demi pembangunan sebuah hotel mewah.

Penulis cerpen tersebut berupaya menarasikan karyanya secara objektif, sebagaimana lazimnya kondisi seorang anak perempuan yang menghadapi masalah penggusuran makam ibunya dan berusaha melawan.

Cerpen ini tidak bias dalam hal penggambaran tokoh maupun alur yang membangunnya. Semua diupayakan digambarkan oleh penulis seobjektif mungkin.

"Aku tak bisa menyalahkan ayah, Ibu. Ayah memang meninggalkan ibu, meninggalkan kita. Tapi, ayah terpaksa. Kaum laki tak boleh hidup di kampung waktu itu. Semua lelaki lari dan bersembunyi. Makanya banyak yang memilih bergabung dengan kelompok pemberontak. Perempuan diminta untuk di rumah, jika tak mau mengungsi ke hutan. Aku tahu itu, Ibu. Hanya saja, mengapa kita tidak boleh ikut melawan, Ibu? Apa karena kita perempuan?" 

Penggalan cerpen di atas menunjukkan bahwa hal-hal yang diceritakan dalam cerpen itu berusaha dihadirkan secara objektif oleh penulis tanpa ada bias. Seorang perempuan memang digambarkan sebagai sosok yang dianggap lemah, tidak bisa melakukan apa-apa.

Ciri kedua adalah penggambaran psikologi tokoh yang dibuat seperti kebanyakan orang normal. Artinya, apabila tokoh sedang berada dalam suasana duka, tentu psikologi yang akan ditampilkan adalah tokoh tersebut sedih, menangis, terpukul, dan lain-lain. Psikologi tokoh tidak dibuat melawan hukum psikologis manusia. Contohnya terdapat pada penggalan cerpen berikut.

"Tubuhnya gemetar. Perlahan tangan perempuan itu bergerak, menyusuri lekuk-lekuk batu tanah gundukan di hadapannya. Tangannya yang sebelah lagi meremas-remas tanah. Badannya kian bergetar hebat tatkala ia berusaha menahan air yang nyaris melabrak kelopak matanya."

Kondisi psikologis tokoh Kamboja di atas digambarkan penuh kegetiran dan kesedihan yang melingkupi. Ia berusaha menahan tangis ketika mengusap-usap makam ibunya. Kondisi psikologis tersebut memang relevan dengan kondisi psikologis seseorang yang tengah berada di depan makam orang yang sangat disayanginya---terlebih lagi keluarga.

Ciri ketiga adalah tema yang dominan dibahas adalah konflik sosial ekonomi. Konflik sosial ekonomi yang dialami oleh orang miskin kerap menjadi tema yang dominan dalam karya beraliran realis. Tema ini dipilih karena biasanya mudah teramati oleh penulis, sehingga penulis dapat menggambarkan sesuatu secara riil atau apa adanya.

Selain itu, tema ini dipilih sebagai bentuk perlawanan kepada mazhab sebelumnya, bahwa kehidupan bukan sebatas mengenai cinta dan kasih sayang, tetapi terdapat permasalahan sosial ekonomi yang jauh lebih kompleks. Berikut penggalan cerpennya.

"Ibu, bagaimana caranya aku mempertahankanmu? Besok pagi, tempat peristirahatanmu ini akan diratakan. Kau ingat dulu waktu kampung kita berkecamuk? Orang-orang kampung berperang dengan tentara pemerintah. Kini, tentara pemerintah pula yang akan menjarah rumahmu ini, Ibu."

Penggalan cerpen di atas menunjukkan konflik sosial yang dialami oleh Kamboja beserta makam ibu dan warga yang menjadi korban konflik. Kondisi sosial sebagai seseorang yang lemah dan miskin menjadikan Kamboja harus terlibat konflik dengan pemerintah yang akan menjadikan daerah pemakaman ibunya sebagai hotel yang mewah. Kondisi orang miskin yang tidak memiliki apa-apa menjadi sasaran empuk bagi orang yang berkuasa untuk berlaku semena-mena terhadapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun