Pemuda hijrah adalah sebutan untuk anak-anak muda masa kini yang telah hijrah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan yang lebih baik. Mereka mengklaim dirinya sendiri sebagai pemuda hijrah. Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak muda berhijrah. Salah satu penyebabnya; banyak bermunculan ustaz-ustaz muda yang berdakwah menggunakan tuturan yang biasa dilakukan oleh anak muda sehingga mereka dapat menerima keberadaan ustaz tersebut. Bahasanya yang gaul, penampilan yang trendi, dan penyampaian yang romantis adalah senjata para ustaz untuk bisa dekat dengan anak-anak muda.
Ustaz Hanan Attaki adalah salah satu dari beberapa ustaz yang berhasil masuk ke dalam lingkungan anak muda. Dengan kupluk dan pakaian yang sekilas tidak seperti ustaz, ia dapat mengamuflasekan diri dengan banyaknya anak muda yang datang ingin mendengarkan dakwahnya. Tema-tema dakwah yang menyinggung masalah-masalah yang dihadapi oleh anak muda pun menjadi salah satu faktor mereka mau mendengarkannya.Â
Seakan diberi solusi permasalahan hidup, anak-anak muda menghayati setiap kata demi kata yang ia sampaikan. Bahasa yang sederhana dan pemilihan diksi yang tepat membuat ia dapat mengomunikasikan hal-hal yang ingin ia sampaikan dengan baik sehingga tak jarang membuat anak-anak muda terenyuh ketika mendengarkan dakwahnya.
Saat ini, dakwah sudah mengalami kemajuan dibandingkan sebelumnya. Kemajuan tersebut beriringan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kehadirannya dapat membuat para jemaah dapat mendengarkan dakwah tanpa perlu menghadiri atau tatap muka langsung dengan ustaz yang sedang berdakwah. Begitu pun dengan ustaz-ustaz yang dapat memanfaatkan teknologi sebagai media untuk berdakwah.Â
Banyak acara televisi yang saat ini menayangkan acara-acara dakwah. Selain dari televisi, kini dakwah-dakwah tersedia di YouTube. Di YouTube, banyak channel yang berisi konten-konten dakwah yang dapat diakses. Menjamurnya channel dakwah tersebut memungkinkan pendengar untuk leluasa memilih dakwah yang ia inginkan
Dalam pragmatik, tuturan atau ucapan seseorang dapat dibagi menjadi beberapa jenis dan memiliki fungsinya masing-masing. Menurut Syaifullah (2018), tindak tutur terbagi menjadi tiga, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tuturan yang memiliki makna atau arti sesuai berdasarkan isi tuturan tersebut.Â
Tindak tutur ilokusi adalah tuturan yang memiliki makna khusus yang ingin disampaikan ketika dalam pembicaraan. Singkatnya, tindak tutur ilokusi mempunyai makna tersembunyi yang harus bisa dipahami oleh lawan bicara. Sementara tindak tutur perlokusi merupakan tuturan yang memiliki dampak dari tuturan yang disampaikan. Tuturan jenis ini memang jarang sekali digunakan dalam kegiatan pidato atau dakwah.
Tindak tutur lokusi digunakan oleh Ustaz Hanan Attaki dalam salah satu segmen video One Minute Booster di channel YouTube Shift Media berjudul "Balikan Lagi, Jangan?". Kira-kira tuturannya seperti ini.
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturahim. Pertanyaannya, apakah kita tetap harus menyambung silaturahim dengan mantan? Perlu gak nyambung silaturahim? Gak perlu. Jangan balikan lagi. Jangan tiba-tiba ngelike lagi postingan dia. Jangan tiba-tiba komunikasi lagi diem-diem. Kenapa? Karena walaupun niat pengen silaturahim, tapi niat baik kita itu ditunggangi oleh syaitan. Dengan wasawisu syaiton. Dia ingin memunculkan lagi fitnah dalam urusan hidup kita. Bisa jadi fitnahnya munculin lagi perasaan yang gak boleh ada di hati kita untuk orang itu. Bisa jadi memunculkan konflik di dalam rumah tangga kita. Udah aja lupain, bukan karena kita memutuskan silaturahim tapi karena kita ingin menghindar dari dosa besar"
Tuturan di atas termasuk ke dalam tuturan lokusi yang digunakan Ustaz Hanan Attaki. Tuturan di atas dilakukan Ustaz Hanan Attaki sebagai bentuk penyampaian salah satu hadis tentang silaturahim yang membuat Ustaz Hanan Attaki harus mengungkapkannya dengan ujaran yang mengandung makna yang jelas agar pendengar bisa mendapat pengetahuan tentang hadis tersebut. Tuturan di atas sangat jelas meminta pendengar untuk melakukan sesuatu.Â
Permintaan itu tergambar pada kalimat, "Pertanyaannya, apakah kita tetap harus menyambung silaturahim dengan mantan? Perlu gak nyambung silaturahim? Gak perlu. Jangan balikan lagi.". Kalimat tersebut menandakan permintaan agar pendengar tidak melakukan silaturahim dengan mantan. Selain itu, pendengar juga disarankan agar melupakan mantan mereka. Â