Dongeng sangat penting untuk diketahui oleh semua orang walaupun kehadirannya dianggap tidak benar-benar terjadi. Selain karena berisikan pesan moral, dongeng juga termasuk budaya dalam suatu negara.Â
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pesan moral, atau bahkan sindiran (Danandjaja, 1997: 83).Â
Dongeng lazim dianggap sebagai hiburan semata karena kehadirannya atau kejadian yang terdapat dalam dongeng tersebut dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng hanya dianggap sebagai pengantar tidur bagi anak-anak.
Selain memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, dongeng juga berfungsi untuk mendidik karakter anak. Nilai-nilai moral atau pelajaran dalam dongeng dianggap lebih mudah dicerna dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Hal tersebut karena nilai-nilai moral yang terkandung dalam dongeng biasanya merupakan hal-hal yang dapat dengan mudah dicerna oleh anak-anak khususnya, seperti berbakti kepada orangtua, berbuat baik kepada sesama, berperilaku jujur, dan lain-lain.Â
Maka, pengajaran mengenai nilai-nilai kehidupan akan sangat mudah diajarkan melalui dongeng daripada jenis karya sastra lain. Salah satu dongeng yang memiliki nila moral yang tinggi adalah Dongeng Momotaro yang berasal dari Jepang.
Momotaro merupakan dongeng Jepang, tepatnya di Prefektur Okayama, yang mengisahkan tentang anak lak-laki yang super kuat. Anak laki-laki tersebut bernama Momotaro. Ia diberi nama Momotaro karena dilahirkan dari buah persik. Ia kemudian menjadi seorang pahlawan karena berhasil mengalahkan Oni (setan) yang mengganggu dan merampas harta manusia.Â
Di Indonesia sendiri terdapat salah satu dongeng yang tokoh utamanya terlahir dari sebuah buah, yaitu Timun Mas. Timun Mas adalah sebuah cerita rakyat Jawa yang berkisah tentang seorang anak perempuan pemberani yang bertahan dari kejaran raksasa jahat yang ingin menangkap dan memakannya. Berikut adalah isi dari Dongeng Momotaro.
Dahulu kala ada sepasang suami istri yang sudah kakek-nenek hidup sederhana di pinggiran desa. Mereka sudah hidup sekian lama namun belum juga memiliki keturunan. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana. Walaupun berkehidupan sederhana dan belum memiliki keturunan, mereka tidak merasa menyesal dengan kehidupan mereka saat ini dan menerima segala pemberian Tuhan kepada mereka.Â
Suatu waktu, kakek meninggalkan rumah untuk mencari kayu bakar seperti yang biasa ia lakukan di hutan. Sementara nenek juga pergi ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya untuk mencuci pakaian.Â
Ketika nenek sedang mencuci pakaian di sungai, ia melihat buah yang berukuran sangat besar hanyut dibawa air sungai yang deras melewati pinggiran sungai. Ia langsung menyelamatkan buah tersebut. Buah tersebut merupakan buah peach, atau dalam bahasa Jepang disebut buah Momo. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, nenek tersebut bergegas untuk pulang dengan membawa buah Momo yang sudah diselamatkannya tadi.
Ketika sudah sampai di rumah, nenek tersebut menunjukkan apa yang ia temukan di sungai kepada kakek. Kakek berniat membelah buah tersebut karena yakin rasa buahnya akan manis. Ketika hendak dibelah, buah tersebut terbelah dengan sendirinya. Di tengah buah tersebut nampak seorang bayi laki-laki yang sedang menangis dan membuat kakek dan nenek kebingungan. Akhirnya, bayi laki-laki tersebut diberi nama Momotaro dan dibesarkan oleh kakek-nenek.
Momotaro tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pemberani. Ia dikenal sebagai anak yang memiliki tenaga kuat dan tak punya rasa takut. Suatu hari, ia meminta izin kepada kakek dan nenek untuk pergi ke suatu tempat Pulau Hantu untuk membasmi hantu-hantu yang kerap mengganggu manusia. Namun, kakek dan nenek melarangnya karena Momotaro dianggap masih kecil. Momotaro tetap teguh pada pendiriannya dan berusaha meyakinkan kakek dan nenek.Â
Setelah berhasil meyakinkan kakek dan nenek, akhirnya Momotaro diizinkan untuk pergi ke tempat yang jauh tersebut. Sebelumnya, ia meminta dibuatkan Kibi Dango kepada nenek untuk bekal di perjalanan. Keesokan paginya, setelah pamit kepada kakek dan nenek, Momotaro pergi meninggalkan rumah untuk membasmi hantu di Pulau Hantu.Â
Di perjalanan menuju Pulau Hantu, Momotaro mendapatkan bala bantuan berupa anak buah yang terdiri dari seekor anjing, gagak, dan monyet. Mereka semua menjadi anak buah Momotaro setelah diberi Kibi Dango. Sesampainya di Pulau Hantu, terdapat sebuah kerajaan yang diisi oleh hantu-hantu tersebut. Ketika sang monyet mengetuk pintu kerajaan, keluarlah setan merah yang berwajah seram dan menakutkan. Ia bertanya siapa yang berani mengetuk pintu kerajaan ini.Â
Momotaro memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud kedatangannya ke Pulau Hantu. Hantu-hantu dalam istana tak terima dengan kedatangan Momotaro. Mereka mulai menyerang Momotaro. Momotaro tidak merasa gentar diserang oleh hantu-hantu tersebut. Ia menghunuskan pedangnya kepada siapapun musuh yang mendekat.Â
Hantu-hantu tersebut mulai terdesak dengan serangan Momotaro dan anak buahnya. Mereka masuk ke dalam istana hantu yang besar di mana hantu-hantu sedang pesta minuman yang memabukkan. Hantu-hantu tersebut marah akan kekacauan yang dibuat oleh Momotaro dan mencoba melawan Momotaro.Â
Hantu-hantu tersebut berniat untuk melawan Momotaro. Namun, hantu-hantu tersebut tidak mendapat kesempatan untuk menyerang Momotaro. Ia melawan dan melempar-lempar hantu-hantu tersebut. Setelah merasa dikalahkan, sang jenderal hantu hitam yang terkenal perkasa memohon ampun kepada Momotaro dan berjanji tidak akan berbuat jahat lagi terhadap manusia.
Momotaro berhasil menyelesaikan tugasnya yaitu membasmi hantu-hantu yang selalu membuat resah setiap manusia. Hati yang bersih dan selalu berbaik hati merupakan sifat yang selalu melekat pada diri Momotaro. Ia memberikan ampunan kepada jenderal hantu tersebut.Â
Kakek dan nenek sangat senang ketika Momotaro kembali dengan selamat serta membawa harta yang banyak. Ia mengadakan pesta perayaan yang meriah. Semua orang diundang dan dijamu dengan sangat baik. Dalam pesta perayaan tersebut ia menceritakan tentang hal-hal yang dilakukannya dalam membasmi hantu tersebut di Pulau Hantu.
Dalam Dongeng Momotaro, terdapat nilai moral yang patut diteladani oleh setiap orang. Nilai moral tersebut adalah tidak mudah putus asa dan saling melindungi sesama.Â
Sikap tidak mudah putus asa terlihat dari bagaimana sepasang suami istri yang sudah menjadi kakek nenek tetapi belum juga dikaruniai seorang anak.Â
Namun, pasangan suami istri ini tidak putus asa. Mereka terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan agar segera diberi keturunan. Akhirnya, pasangan suami istri ini mendapatkan seorang anak yang terlahir dari buah Momo.Â
Makna tidak mudah berputus asa dalam dongeng ini mengajarkan bahwa apapun yang terjadi di dalam kehidupan tidak boleh menghalangi atau usaha untuk mendapatkan sesuatu. Kuncinya adalah berusaha dan berdoa.
Sikap saling melindungi sesama terluhat ketika Momotaro meminta izin kepada orangtuanya untuk pergi ke Pulau Hantu. Tujuan perginya Momotaro ke Pulau Hantu adalah untuk membasmi hantu-hantu yang telah meresahkan masyarakat sekitar. Hantu-hantu itu gemar mengganggu masyarakat dan juga sering mencuri harta-harta masyarakat.Â
Untuk itu, Momotaro berkeinginan untuk membasmi hantu-hantu tersebut agar tidak lagi mengganggu masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H