Sebagai anak yang tumbuh besar di kampung, hidup saya dahulu terasa menyenangkan. Jauh dari hiruk-pikuk polusi kota, jauh dari kemodernan, dan jauh dari gaya hidup yang kebarat-baratan. Setiap hari saya habiskan dengan bersekolah dan bermain---walaupun lebih banyak bermainnya, sih. Ya, maklumlah, namanya juga anak-anak.
Rentang waktu 2005-2013, saya tak mengenal istilah handphone atau internet sekalipun. Saya hanya kenal istilah lodong, oray-orayan, boy-boyan, dan permainan lainnya. Hidup di masa tersebut terasa indah, seakan dunia tidak akan berubah menjadi kekinian---seperti sekarang.
Menginjak masa SMA, di mana merantau ke Kota Bandung menjadi rutinitas setiap hari, saya jadi tersadar bahwa kehidupan di kota lebih terbuka daripada kehidupan di kampung. Modernitas di kota terlihat dari infrastruktur, sarana dan prasarana, dan gaya hidup masyarakat. Modernitas itu juga berimbas pada kebutuhan saya di kota.
Saat itu, bagi saya kebutuhan kuota internet lebih utama ketimbang pulsa. Pulsa hanya bisa digunakan untuk menelepon atau mengirim SMS---yang pada saat itu sudah dimiliki oleh beberapa aplikasi pengirim pesan seperti Line dan WhatsApp. Sementara kuota internet bisa saya gunakan untuk berkirim pesan, menelepon seseorang, atau mencari informasi seputar pelajaran dan kehidupan dunia.
Saya termasuk orang yang setiap terhadap provider internet, begitupula dalam urusan membeli kuota. Kebutuhan yang tidak terbendung---baik itu kebutuhan mencari referensi pelajaran atau hiburan---membuat perilaku konsumtif dalam membeli paket internet tidak dapat dihindarkan. Setelah dua tahun bertahan dengan menyisihkan uang jajan untuk membeli kuota internet salah satu provider, saya pun menyerah.
Saya pun melakukan negosiasi dengan orang tua untuk memasang layanan internet di rumah, demi kemaslahatan semua anggota keluarga a.k.a. agar tak perlu membeli kuota internet setiap waktu.
Pilihan pun jatuh kepada IndiHome, anak perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom). Pemilihan ini tentu tidak sembarang. Sebelumnya, saya melakukan research and development alias survei terhadap tetangga dan teman-teman yang menggunakan layanan IndiHome di rumahnya. Dan survei yang dilakukan membuktikan itu semua. Selain kecepatan internet yang cepat dan stabil, IndiHome juga memiliki tarif berlangganan yang sangat murah dibanding dengan pembelian kuota internet setiap waktu.
Keuntungan menggunakan IndiHome ketimbang membeli kuota internet adalah tidak terbatasnya penggunaan internet. Bayangkan, paket paling murah IndiHome adalah Rp 275.000/bulan dengan kecepatan 20 Mbps dan kuota tak terbatas! Sementara jikalau berlangganan kuota internet, rata-rata harganya kisaran Rp. 50.000 untuk kuota 2GB. Lumayan, bisa ngirit berapa ratus ribu, tuh!
Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Paket IndiHome 2P Internet + TV (Dengan Disney+ Hotstar). Paket ini memberikan keuntungan berupa kecepatan internet sebesar 30 Mbps, paket entry TV, ekstra 57 channel TV selama 3 bulan, dan lain-lain. Proses pemasangannya pun terhitung cepat, satu hari selesai.
Sejak saat itu, saya merasakan banyak sekali manfaat internet yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, mulai dari pendidikan, sosial, hiburan, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah; saya tak perlu dipusingkan lagi dengan biaya membeli kuota setiap waktu. Itu keuntungan yang patut disyukuri.
Di masa pandemi covid-19 yang muncul beberapa tahun yang lalu, manfaat menggunakan IndiHome saya rasakan betul. Pandemi menuntut segala aktivitas dilakukan secara daring (dalam jaringan) atau bahkan dihentikan. Sejak itu, mulai merebak platform telekonferensi yang dapat mendukung segala kebutuhan manusia. Zoom Meetings dan Google Meet menjadi platform telekonferensi yang kini akrab bagi setiap orang.
Ketika pandemi covid-19, saya masih duduk di bangku kuliah semester 4. Perkuliahan yang semula dilakukan di kampus, berpindah ke ruang maya menggunakan Zoom Meetings. Setiap hari, perkuliahan memakan waktu kurang lebih 6 jam. Selain membutuhkan fisik yang prima, perkuliahan online juga memerlukan kuota yang tak sedikit. Banyak teman-teman mahasiswa yang mengeluh karena perkuliahan selalu diselenggarakan melalui platform telekonferensi---yang pastinya sangat menguras kuota internet. Imbasnya, banyak mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan karena masalah kuota. Kalaupun mahasiswa mengikuti perkuliahan online, mereka sangat menghindari untuk menyalakan kamera saat perkuliahan berlangsung karena khawatir akan kehabisan kuota. Di sinilah saya merasa beruntung menggunakan layanan IndiHome.
Selama perkuliahan online, hampir tidak ditemui kendala berarti. Saya dapat merasakan ketenangan selama perkuliahan online tanpa perlu takut kehabisan kuota, jaringan yang lag, atau koneksi yang tidak stabil. Kondisi itu menyebabkan saya dapat fokus mengikuti perkuliahan sambil menyalakan kamera di Zoom Meetings tanpa khawatir akan kuota internet. Saya pun pede berbicara dalam perkuliahan tanpa takut suara saya berubah seperti robot karena masalah koneksi internet.
Kini, kehidupan saya di kampung tidak lagi setradisional dulu. Dan itu bagus. Saya jadi melek terhadap perkembangan teknologi dan informasi dari seluruh dunia. Segala keperluan kehidupan sehari-hari, wabilkhusus pendidikan, sudah terjamin berkat adanya koneksi internet dari IndiHome. IndiHome, internetnya Indonesia!
Referensi:
https://www.indihome.co.id/landingpage/regional3/dualplay-tv-disney
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H