Gaji yang mereka rasakan masih belum bisa dikatakan dapat mencukupi kebutuhan mereka dan keluarga sehari-harinya.
Fakta guru honorer masih ada dan masih mudah didapat disekitar kita, mereka bekerja dengan dedikasi mencerdaskan anak bangsa demi masa depan, akan tetapi mereka masih bisa dikatakan terlupakan oleh pandangan pemerintah.Masih didapati kebanyakan guru ini melakukan kegiatan yang dinamakan "Gali Lobang Tutup Lobang", yaitu mereka berhutang kepada saudara dan atau toko terdekat untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan akan dibayarkan dibulan berikutnya setelah mereka menerima gaji yang akan habis untuk membayar tanggungan yang ada.
Permintaan terhadap kerja sebagai guru pun mengalami penurunan dari tahun ketahun, apalagi impian anak muda yang bisa menjadi pegawai negeri sipil (PNS) lewat jalur tenaga pengajar pupuh karena kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menganti para tenaga pengajar yang tadinya dapat menjadi PNS dan sekarang hanya bisa mengambil P3K yang disampaikan sama akan tetapi banyak perbedaan yang ada di antara PNS dan P3K tersebut. Dalam hal ini pemerintah masih belum terlihat memperhatikan sepenuhnya kesejahteraan guru sebagai sosok figur yang menjadi pengasah tombak bangsa dimasa depan nantinya.
Hal ini sama dengan yang dirasakan oleh para petani di negeri ini, Â mereka sering mengalami kegagal panen karena cuaca, hama, dan lain sebagainya.Â
Mereka berharap akan kemurahan hati pemerintah untuk membantu para petani, akan tetapi program yang sampai kepada para petani malah dianggap menyengsarakan karena jumlah pupuk yang boleh didapatkan lebih sedikit serta harga yang mereka dapatkan dari hasil panen jauh dari kata modal awal sampai kita bisa dapat beberapa kasus para petani membuang hasil panen mereka ke jalanan, ke sungai, dan tempat lainya sebagai protes kepada pemerintah yang seperti kalah terhadap para mafia yang mengatur harga para petani yang mengakibatkan mereka mengalami kerugian.
Didapati juga orang yang menerima semacam kartu petani dari pemerintah agar mendapatkan jatah pupuk malah mendapat lebih sedikit jatah dari orang yang tidak menerima dan menggunakan kartu tersebut saat melakukan pembelian, sampai kepada orang-orang yang memiliki kartu tersebut tidak mau menggunakannya lagi agar mendapatkan jumlah lebih banyak daripada jatah yang diberikan oleh pemerintah.
Pekerjaan Kesehatan yang digadang gadang menjadi pekerjaan impian juga tidak terlepas dari mahalnya biaya pendidikan diploma, sarjana, apalagi sampai kepada spesialis, padahal pekerjaan mereka termasuk kepada pekarjaan kemanusaiaan yang bermanfaat kepada manusia yang lain.Â
Gaji yang mereka dapat pada masa awal berkarir setelah mendapat gelar diploma maupun sarjana masih belum dapat dikatakan cukup hal ini seperti disampaikan oleh dr. Tirta di kanal youtube, hal ini sungguh mengejutkan bagi masyarakat yang tidak tahu tentang gaji mereka sesungguhnya, karena masyarakat hanya tahu akan biaya kesehatan mahal dan berfikir bahwa gaji mereka juga besar. Nyatanya para tenaga kesehatan sering bekerja pada beberapa tempat agar dapat dikatakan uang kembali dari biaya pendidikan mereka.
Mereka yang bekerja pada negara dibidang bidang kemanusiaan lainnya juga mengalami kondisi yang sama, seperti halnya pegawai harian lepas (PHL) BPBD yang mereka bekerja hampir cukup lama dan bisa saja tidak pulang ketika ada panggilan tetapi mereka mendapatkan gaji yang masih belum dikategorikan cukup bila dibandingkan dengan para pegawai yang dikategorikan orang pusat akan tetapi mereka mendapatkan gaji dan tunjangan diluar nalar seperti halnya langit dan bumi jaraknya.
Banyak dari kalangan anak muda saat ini mereka mencoba berwirausaha ketimbang mengejar PNS karena aturan, pekerjaan, dan kegiatan mereka tidak sebanding dengan gaji serta tunjangan yang mereka dapatkan apabila mereka masih berada di kalangan bawah, dan tentunya apabila mereka yang ingin naik harus berjuang keras karena pastinya masih banyak tantangan yang harus dilalui.
Pemerintah sebagai kepala perekonomian harus memperhatikan masyarakat sebagai penopang perekonomian negara, karena pekerjaan mereka tentunya berefek kepada masyarakat banyak. Sebagai contoh petani, apabila panen mereka terganggu apakah masyarakat harus berharap ke negara terus menerus impor dari negara lain yang sudah jelas harga pasti akan lebih mahal daripada produk dalam negeri dan tentunya harga yang mahal akan berpengaruh kepada pendapatan rutin masyarakat yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H