Mohon tunggu...
Daffa FakhriMaulana
Daffa FakhriMaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontroversi Serangan Umum 1 Maret: Kekuatan Propaganda Orde Baru

19 Desember 2018   00:58 Diperbarui: 19 Desember 2018   02:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Serangan Umum 1 Maret, serangan yang dilaksanakan pasukan TNI yang bertujuan untuk merebut kembali ibukota Indonesia yang saat itu berada di Yogyakarta dari Belanda yang pada saat itu berhasil menguasai ibukota Yogyakarta melalui Agresi Militer Belanda II.

Serangan Umum 1 Maret 1949 masih menjadi kontroversi sampai sekarang mengenai siapa yg memprakasai serangan tersebut apakah SRI Sultan Hamengkubuwana IX yang merupakan raja Kasultanan Yogyakarta sekaligus Menteri Pertahanan pada kabinet Hatta, Jenderal Besar Soedirman yang menjabat sebagai Panglima TNI (yg saat itu masih bernama TKR),Kolonel A.H Nasution yang merupakan Panglima Tentara & Teritorium Jawa, Kolonel Bambang Sugeng yang menjabat sebagai Panglima Divisi III, atau Letkol Soeharto yang merupakan  Komandan Brigade X/Wehrkreis III (Yogyakarta).

Yang menjadi kontroversi siapa yang memprakasainya saat ini yaitu SRI Sultan Hamengkubuwana IX atau Letkol Soeharto ? Mari simak fakta-fakta berikut ini.

Seperti yang sudah kita ketahui pada saat zaman Orde Baru orang tua kita dulu di ajarkan di sekolah bahwa yang menjadi pencetus adalah Soeharto, Bahkan, dibuat juga propaganda untuk meyakinakan rakyat bahwa Soeharto lah yang memprakasainya, mulai dari buku-buku sekolah, hingga film yang berjudul Janur Kuning (1979) disutradai oleh Alam Rengga di film ini Soeharto sangat berperan penting. 2 tahun setelah film Janur Kuning mucul film baru yg berjudulSerangan Fajar (1981) sama seperti sebelumnya film ini juga menggambarkan Soeharto sebagai inisiator Serangan Umum 1 Maret. Film yang menceritakan Serangan Umum 1 Maret juga yaitu Enam Djam di Jogja (1951) karya Umar Ismail namun pada film ini Soeharto berprean biasa-biasa saja.

Dilihat dari tahun rilisnya film sangat kontras sekali peran Soeharto, pada film Janur Kuning dan Serangan fajar yang rilis pada saat Soeharto menjadi penguasa di film tersebut menggambarkan Soeharto sebagai tokoh sentral. Namun pada film Enam Djam di Jogja sebelum ia menjadi penguasa sangat berbeda sekali pernanannya. 

Hal ini menujukan seperti yang ditulis oleh Budi Irwanto dalam buku Film, Ideologi, dan Militer (1999) bahwa "film merupakan medium ideologisasi yang dilakukan oleh penguasa, sejak zaman penjajahan Jepang sampai suatu periode ketika negeri ini berada dalam genggaman rezem "kapitalistik birokratik" (baca: rezim Orde Baru) yang ditulangpunggungi oleh militer" (Irawanto, 2017: 137).

Kemudian juga yang tertulis dalam buku Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI AD yang diterbitkan oleh Dinas Sejarah Militer TNI AD, tahun 1972 dituliskan bahwa Soeharto lah inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949. 

Pada saat rezim Orde baru berkuasa pemerintah sangat gencar membuat propaganda untuk meyakinkan rakyat bahwa Soeharto merupakan inisiatornya. Tetapi, bila kita lihat sebelumnya pada saat sebelum Orde Baru berkuasa bahwa ada yang perlu diluruskan dalam sejarah Serangan Umum 1 Maret.

Sebelum berkuasanya Orde Baru, faktanya bukanlah Soeharto inisiatornya melainkan SRI Sultan Hamengkbuwana IX, seperti yg ditulis oleh K.Tino dalam bukunya Hamengkubuwana IX: Dari Serangan Umum 1 Maret sampai melawan Soeharto bahwa Sultan mendengar perdebatan PBB yang akan menyelesaikan masalah antara Indonesia dan Belanda, kemudian Sultan mengambil kesimpulan bahwa harus diadakaan serangan militer secara besar-besaran di Yogyakarta. U

ntuk melancarkan rencananya itu Sultan meminta pendapat pada kakaknya Pangeran Prabuningrat, kemudian kakaknya memberi usulan agar Sultan memanggil salah seorang Perwira TNI yang masih ada di sekitar Yogya, yg tak lain adalah Letkol Soeharto Komandan Wehrkreiss III, lalu Sultan menyuruh orang Keraton untuk memanggil Soeharto untuk datang ke Keraton menyamar menjadi Abdi Dalem. 

Dalam perbincangannya Sultan membicarakan soal rencananya kepada Letkol Soeharto kemudian Soeharto meng-iyakan rencana tersebut (Tino, 2010: 30-31). Dari pertemuan empat mata antara SRI Sultan hamengkubuwana IX dengan Letkol Soeharto pada 14 Feburari ini dapat kita ketahui bahwa Sultan lah inisiatornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun