Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

3 Transformasi Slank hingga Menjadi Legenda Musik Indonesia, yang Terakhir Bikin Gempar!

31 Januari 2025   15:34 Diperbarui: 31 Januari 2025   15:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1) Awal Mula: Dari Cikini Stones Complex ke Red Evil

Slank resmi berdiri pada tahun 1983 di Jakarta, meski kisah mereka sebenarnya bermula lebih awal, ketika King Bimbim (Bimo Setiawan Almachzum)---sang drummer sekaligus leader---membentuk sebuah band yang dinamakan Cikini Stones Complex (CSC). Band ini terdiri dari teman-teman SMA saat King Bimbim bersekolah di Perguruan Cikini, Jakarta, dan kerap membawakan lagu-lagu The Rolling Stones.

Namun, setelah CSC bubar, King Bimbim tidak menyerah dalam bermusik. Ia mengajak sepupunya, Denny BDN (bass), serta dua rekannya, Erwan (vokal) dan Kiki (gitar), untuk membentuk band baru yang diberi nama Red Evil. 

Tidak seperti CSC yang lebih sering membawakan lagu-lagu The Rolling Stones, Red Evil mulai lebih berani utnuk memainkan lagu-lagu sendiri serta lagu-lagu dari berbagai band Barat beraliran rock, terutama Van Halen. Vokal Erwan yang mirip David Lee Roth menjadikan lagu-lagu Van Halen sebagai salah satu andalan band ini.

2) Transformasi: Dari Red Evil Menjadi Slank

Agar semakin matang dalam bermusik, Red Evil merasa perlu untuk memperkuat formasi band-nya. King Bimbim kemudian mengajak Bongky Marcel, gitaris dari "Rese Band" yang saat itu menjadi pesaing mereka.

Dengan kehadiran Bongky, Red Evil semakin sering tampil di berbagai panggung dan membawakan lagu-lagu Van Halen serta The Rolling Stones.

Akan tetapi, ada satu hal yang sering diperhatikan oleh teman-teman mereka di Potlot: gaya bermusik dan aksi panggung Red Evil cenderung slenge'an---gaya yang tidak terlalu mengikuti pakem dalam bermusik dan lebih sering bergaya bebas dalam berekspresi.

Musik yang di-cover oleh Red Evil pun tidak pernah mirip dengan aslinya. Meski begitu, justru itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya.

Akhir tahun 1983, saat acara perayaan ulang tahun Denny BDN yang diadakan di arena bowling Hotel Kartika Chandra, Jakarta, para personel band bersepakat untuk mengganti nama Red Evil dengan sesuatu yang lebih mencerminkan karakter mereka yang sejati.

Awalnya, King Bimbim mengusulkan nama Red Eyes, tetapi setelah diskusi panjang dan berkompromi satu sama lain, mereka akhirnya memilih nama Slank---yang merupakan kependekan dari "slenge'an" dengan tambahan huruf "K" agar terlihat lebih keren.

King Bimbim berada di atas bangku drum sedang menyapa para Slankers. (Sumber: Tagar.id)
King Bimbim berada di atas bangku drum sedang menyapa para Slankers. (Sumber: Tagar.id)

3) Slank: Dari Band Slenge'an Menjadi Legenda Musik Indonesia

Nama "Slank" kini tidak hanya menggambarkan gaya bermusik mereka yang slenge'an saja, tetapi juga menjadi identitas kuat band ini yang terus melekat sampai sekarang. Sejak saat itu, Slank mulai menapaki tangga kesuksesannya di dunia musik Indonesia dengan semangat "kebebasan dalam berekspresi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun