Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Akhir Kekuasaan Keluarga Assad di Suriah: Bashar Al-Assad Mengundurkan Diri Setelah Serangan Hayat Tahrir Al-Sham

10 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:31 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintahan keluarga Assad yang telah menguasai Suriah selama lebih dari lima dekade akhirnya berakhir, sebagaimana dinukil dari BBC News. Presiden Bashar Al-Assad mengumumkan pengunduran dirinya dan segera meninggalkan negara tersebut, setelah keberhasilan ibu kota Damaskus direbut dengan serangan besar-besaran yang dipimpin oleh kelompok militan Islam Hayat Tahrir Al-Sham (HTS).

Latar Belakang Pemerintahan Assad

Bashar Al-Assad menggantikan ayahnya, Hafez Al-Assad, yang wafat pada tahun 2000 setelah hampir tiga puluh tahun berkuasa. Pemerintahan Assad dikenal otoriter dan selalu menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya.

Pada tahun 2011, Assad dengan brutal menghentikan pemberontakan damai pro-demokrasi, yang kemudian memicu perang saudara yang dahsyat. Konflik ini telah menelan lebih dari setengah juta korban jiwa dan memaksa 12 juta warga Suriah mengungsi dari rumah mereka.

Serangan Terkoordinasi oleh HTS dan Sekutu

Dua belas hari yang lalu, HTS dan faksi-faksi pemberontak yang bersekutu dengannya melancarkan serangan mendadak di barat laut Suriah. Dalam waktu tiga hari, mereka berhasil merebut kota Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dengan perlawanan yang cukup minim setelah pasukan pemerintah cepat-cepat menarik diri. Melanjutkan serangan mereka ke selatan, para pemberontak menargetkan ibu kota Damaskus, yang pada akhirnya menyebabkan keruntuhan militer pemerintah.

Pada hari Minggu, Rusia mengumumkan bahwa Bashar Al-Assad telah mengundurkan diri dan meninggalkan Suriah, meskipun keberadaannya masih belum diketahui secara pasti.

Jamuan perayaan pun meletus di jalan-jalan Damaskus ketika para pemberontak memasuki kota. Pemimpin HTS, Abu Mohammed Al-Jawlani, tiba di Damaskus dan menyatakan kepada rakyat Suriah, "Masa depan adalah milik kita."

Runtuhnya Pertahanan Pemerintah dan Kecepatan Revolusi

Selama empat tahun terakhir terus berperang, perang saudara di Suriah tampaknya hampir usai. Pemerintahan Assad, dengan dukungan dari Rusia, Iran, dan milisi yang didukung Iran, seperti Hezbollah, berhasil merebut kembali kendali atas sebagian besar kota-kota di Suriah. Garis depan perang pun sebagian besar membeku, tetapi masih terdapat wilayah luas yang berada di luar kendali pemerintah.

Wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak terletak di provinsi Aleppo dan Idlib, yang berbatasan langsung dengan Turki dan dihuni lebih dari empat juta orang, banyak di antaranya adalah pengungsi. HTS mendominasi wilayah ini, tetapi di sana terdapat juga sejumlah kelompok pemberontak sekutunya dan kelompok jihad lainnya. Faksi-faksi pemberontak yang didukung Turki juga menguasai wilayah dengan dukungan pasukan Turki.

Pada tanggal 27 November, HTS dan sekutunya melancarkan serangan dadakan yang sangat mengejutkan. Setelah tiga hari bertempur, mereka pun berhasil menguasai sebagian besar Aleppo dengan sedikit perlawanan dari pihak pemerintah.

Sementara itu, faksi pemberontak yang didukung Turki segera melancarkan serangan terpisah di wilayah utara Aleppo yang dikendalikan oleh aliansi milisi pimpinan Kurdi yang didukung Amerika Serikat, yakni Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Reaksi Pemerintah dan Kekuatan Balik

Presiden Assad berjanji akan "menghancurkan" pemberontak dengan bantuan sekutu-sekutunya. Rusia meningkatkan serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak, sedangkan milisi yang didukung Iran mengirimkan penguatan untuk membantu militer di dekat Hama, kota selanjutnya menuju Damaskus. Namun, Hama berhasil direbut oleh pemberontak pada hari Kamis setelah beberapa hari pertempuran sengit yang memaksa militer pemerintah mundur.

Pemberontak kemudian mengumumkan target berikutnya adalah Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, yang berhasil direbut pada Sabtu malam setelah hanya sehari bertempur. Pada saat yang sama, faksi-faksi pemberontak lainnya mencapai pinggiran Damaskus.

Pengunduran Diri Assad dan Masa Depan Suriah

Pada awal hari Minggu, pemberontak yang dipimpin HTS mengumumkan bahwa mereka telah memasuki Damaskus dan segera membebaskan tahanan di penjara militer paling terkenal di negara itu, Saydnaya. Kurang dari dua jam kemudian, mereka menyatakan, "Tiran Bashar Al-Assad telah melarikan diri." Aktivis dan perwira militer melaporkan bahwa Presiden Assad meninggalkan Damaskus dengan pesawat menuju lokasi yang tidak diungkapkan.

Perdana Menteri Mohammed Al-Jalali, dalam sebuah video, menyatakan bahwa dirinya "siap bekerja sama dengan" kepemimpinan yang "dipilih oleh rakyat Suriah". Abu Mohammed Al-Jawlani memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi, ia menyatakan bahwa institusi tersebut akan tetap berada di bawah otoritas perdana menteri hingga diserahkan secara "resmi".
Para pemberontak juga berjanji untuk membangun "tanah air untuk semua, termasuk semua sekte dan kelas sosial."

Tentang Hayat Tahrir Al-Sham (HTS)

HTS adalah kelompok militan Islam yang memimpin gerakan ofensif untuk melawan Assad. Didirikan pada 2012 dengan nama Al-Nusra Front, kelompok ini berjanji untuk setia kepada Al-Qaeda pada tahun berikutnya dan dianggap sebagai salah satu kelompok paling efektif dan mematikan dalam perlawanan terhadap Presiden Assad. Namun, ideologi jihadismenya menimbulkan ketakutan dan dianggap bertentangan dengan koalisi pemberontak utama yang lebih sekuler, yakni Tentara Suriah Bebas.

Pada 2016, Al-Nusra memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda dan berganti nama menjadi Hayat Tahrir Al-Sham setelah bergabung dengan faksi-faksi lain setahun kemudian.

Meskipun demikian, PBB, Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara lainnya masih menganggap HTS sebagai organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan masih sering merujuknya sebagai Al-Nusra Front. Amerika Serikat bahkan menamai Abu Mohammed Al-Jawlani sebagai teroris global yang secara khusus ditargetkan dan menawarkan hadiah sebesar $10 juta bagi informasi yang mengarah pada penangkapannya.

HTS telah mengonsolidasikan kekuasaannya di Provinsi Idlib dan Aleppo dengan menumpas saingannya, termasuk sel-sel Al-Qaeda dan kelompok ISIS. Mereka juga mendirikan Pemerintah Penyelamatan Suriah untuk mengatur wilayah tersebut sesuai dengan hukum Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun