Presiden Assad berjanji akan "menghancurkan" pemberontak dengan bantuan sekutu-sekutunya. Rusia meningkatkan serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak, sedangkan milisi yang didukung Iran mengirimkan penguatan untuk membantu militer di dekat Hama, kota selanjutnya menuju Damaskus. Namun, Hama berhasil direbut oleh pemberontak pada hari Kamis setelah beberapa hari pertempuran sengit yang memaksa militer pemerintah mundur.
Pemberontak kemudian mengumumkan target berikutnya adalah Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, yang berhasil direbut pada Sabtu malam setelah hanya sehari bertempur. Pada saat yang sama, faksi-faksi pemberontak lainnya mencapai pinggiran Damaskus.
Pengunduran Diri Assad dan Masa Depan Suriah
Pada awal hari Minggu, pemberontak yang dipimpin HTS mengumumkan bahwa mereka telah memasuki Damaskus dan segera membebaskan tahanan di penjara militer paling terkenal di negara itu, Saydnaya. Kurang dari dua jam kemudian, mereka menyatakan, "Tiran Bashar Al-Assad telah melarikan diri." Aktivis dan perwira militer melaporkan bahwa Presiden Assad meninggalkan Damaskus dengan pesawat menuju lokasi yang tidak diungkapkan.
Perdana Menteri Mohammed Al-Jalali, dalam sebuah video, menyatakan bahwa dirinya "siap bekerja sama dengan" kepemimpinan yang "dipilih oleh rakyat Suriah". Abu Mohammed Al-Jawlani memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi, ia menyatakan bahwa institusi tersebut akan tetap berada di bawah otoritas perdana menteri hingga diserahkan secara "resmi".
Para pemberontak juga berjanji untuk membangun "tanah air untuk semua, termasuk semua sekte dan kelas sosial."
Tentang Hayat Tahrir Al-Sham (HTS)
HTS adalah kelompok militan Islam yang memimpin gerakan ofensif untuk melawan Assad. Didirikan pada 2012 dengan nama Al-Nusra Front, kelompok ini berjanji untuk setia kepada Al-Qaeda pada tahun berikutnya dan dianggap sebagai salah satu kelompok paling efektif dan mematikan dalam perlawanan terhadap Presiden Assad. Namun, ideologi jihadismenya menimbulkan ketakutan dan dianggap bertentangan dengan koalisi pemberontak utama yang lebih sekuler, yakni Tentara Suriah Bebas.
Pada 2016, Al-Nusra memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda dan berganti nama menjadi Hayat Tahrir Al-Sham setelah bergabung dengan faksi-faksi lain setahun kemudian.
Meskipun demikian, PBB, Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara lainnya masih menganggap HTS sebagai organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan masih sering merujuknya sebagai Al-Nusra Front. Amerika Serikat bahkan menamai Abu Mohammed Al-Jawlani sebagai teroris global yang secara khusus ditargetkan dan menawarkan hadiah sebesar $10 juta bagi informasi yang mengarah pada penangkapannya.
HTS telah mengonsolidasikan kekuasaannya di Provinsi Idlib dan Aleppo dengan menumpas saingannya, termasuk sel-sel Al-Qaeda dan kelompok ISIS. Mereka juga mendirikan Pemerintah Penyelamatan Suriah untuk mengatur wilayah tersebut sesuai dengan hukum Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H