Hubungan rahasia ini tidak hanya berfokus pada pertukaran teknologi militer, tetapi juga mencakup kolaborasi dalam operasi militer yang dilaksanakan di luar negeri.
Keterlibatan Israel sebagai konsultan di Angola menunjukkan tingkat integrasi dan kerja sama yang mendalam antara kedua negara. Hal ini memperkuat posisi kedua negara di panggung internasional, terutama dalam konteks Perang Dingin di mana aliansi strategis sangat penting.
Kritik dan Kontroversi
Meskipun hubungan ini memberikan keuntungan strategis bagi kedua negara, hubungan tersebut juga menuai kritik internasional. Banyak pihak mengkritik kolaborasi antara negara yang menjalankan kebijakan rasis dan penindasan, serta penggunaan teknologi militer yang dikembangkan bersama untuk mendukung rezim apartheid.
Ronnie Kasrils, seorang disiden Afrika Selatan berketurunan Yahudi yang sebelumnya memainkan peran senior dalam uMkhonto weSizwe, sayap bersenjata Kongres Nasional Afrika (ANC), serta pernah menjabat sebagai menteri intelijen dalam pemerintahan ANC antara tahun 2004 dan 2008, mengkritik hubungan ini secara tajam.
Dalam wawancaranya dengan The Guardian, Kasrils menyatakan bahwa perbandingan antara Israel dan pemerintahan apartheid Afrika Selatan tidaklah kebetulan. Ia menyoroti bahwa kedua negara sama-sama menggunakan justifikasi biblikal untuk mendukung rasisme dan eksklusivitas mereka, serta menggunakan mitos biblikal dan kekerasan untuk menaklukkan dan menguasai wilayah dengan menindas penduduk pribumi di wilayah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H