Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Peran Ulama Syiah dalam Dinasti Safawi: Politik, Agama, dan Kekuasaan

25 Desember 2024   13:15 Diperbarui: 26 November 2024   02:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan dinding Paviliun Chehel Sotun di Isfahan, Iran, menggambarkan peperangan Persia pada masa Dinasti Safawi. (Sumber: Dave Bartruff via NPR)

A. Pendahuluan

Ulama Syiah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Dinasti Safawi, tidak hanya dalam hal keagamaan, tetapi juga dalam politik dan sosial. Sejak berdirinya dinasti ini pada awal abad ke-16, ulama Syiah diberikan kekuasaan yang signifikan oleh para penguasa Safawi untuk mengatur urusan agama dan hukum, yang pada gilirannya memperkuat kedudukan mereka dalam struktur pemerintahan dan masyarakat. Peran ulama Syiah ini terus berkembang hingga menjadi kekuatan yang menentukan dalam sejarah politik Iran dan identitas keagamaan Syiah.

B. Latar Belakang Sejarah Peran Ulama Syiah

1. Sebelum Era Safawi

Sebelum berdirinya Dinasti Safawi, ulama Syiah di Iran hidup di bawah bayang-bayang pemerintahan Sunni yang dominan. Mereka seringkali dipinggirkan dan tidak memiliki peran signifikan dalam politik. Namun, mereka tetap mempertahankan jaringan intelektual dan sosial yang kuat melalui lembaga-lembaga pendidikan dan jaringan ziarah ke makam para Imam Syiah. Ulama-ulama ini memainkan peran penting dalam mempertahankan dan menyebarkan ajaran Syiah di wilayah Iran, Irak, dan tempat-tempat lain yang memiliki komunitas Syiah.

2. Pengaruh Dinasti Safawi

Ketika Shah Ismail I mendirikan Dinasti Safawi dan menjadikan Syiah sebagai agama resmi negara pada tahun 1501, posisi ulama Syiah mengalami perubahan drastis. Mereka tidak lagi hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga mendapatkan kekuasaan politik dan sosial yang signifikan. Safawi memberikan mereka otoritas atas urusan hukum dan agama, yang sebelumnya dipegang oleh ulama Sunni.

C. Peran Ulama dalam Struktur Pemerintahan Safawi

1. Penerapan Hukum Syariah dan Hukum Negara

Ulama Syiah diberi tanggung jawab besar dalam penerapan hukum syariah. Mereka berperan sebagai hakim (qadhi) dan mufti yang mengeluarkan fatwa dalam berbagai masalah keagamaan dan hukum. Hal ini memungkinkan mereka untuk memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

  • Posisi sebagai Qadhi: Para ulama diangkat menjadi qadhi di berbagai wilayah, yang membuat mereka memiliki wewenang dalam memutuskan masalah-masalah perdata dan pidana. Mereka menerapkan hukum berdasarkan interpretasi Syiah terhadap syariah, yang berbeda dari interpretasi Sunni.
  • Peran sebagai Mufti: Mufti adalah ulama yang memberikan fatwa atau nasihat hukum. Dalam konteks Safawi, fatwa-fatwa ini sering kali digunakan untuk melegitimasi kebijakan pemerintah atau untuk mengatur perilaku masyarakat, seperti dalam hal ritual keagamaan dan hukum keluarga.

2. Pengembangan Sistem Pendidikan dan Keagamaan

Ulama Syiah di era Safawi juga memainkan peran penting dalam pengembangan sistem pendidikan agama. Mereka mendirikan madrasah-madrasah yang menjadi pusat studi teologi Syiah dan hukum Islam. Madrasah ini menjadi tempat pelatihan bagi generasi baru ulama dan intelektual yang kemudian berperan dalam mengembangkan ajaran Syiah dan menyebarkannya ke seluruh dunia Islam.

  • Pendirian Madrasah: Shah Ismail I dan penerusnya memberikan dukungan finansial yang signifikan untuk pendirian madrasah. Madrasah ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat intelektual di mana para ulama membahas isu-isu teologis, hukum, dan politik.
  • Pendidikan dan Kurikulum: Kurikulum di madrasah-madrasah Safawi berfokus pada ajaran Syiah, termasuk studi tentang Imam-imam Syiah, hukum Islam (fiqh), teologi (kalam), dan tafsir Al-Qur'an. Pendidikan ini memperkuat pemahaman teologis yang mendalam dan identitas keagamaan Syiah di Iran.

D. Hierarki Ulama dan Konsep Marja'iyyah

1. Pembentukan Hierarki Ulama

Selama era Safawi, struktur hierarkis ulama Syiah mulai terbentuk dengan lebih jelas. Ulama-ulama senior, yang dikenal sebagai marja' taqlid (otoritas hukum yang harus diikuti), memiliki otoritas besar dalam hal interpretasi hukum dan agama. Hierarki ini memungkinkan adanya stabilitas dan otoritas terpusat dalam komunitas Syiah.

  • Posisi Marja' Taqlid: Marja' taqlid adalah ulama yang memiliki otoritas tertinggi dalam hal hukum dan agama bagi para pengikutnya. Pengikut Syiah wajib mengikuti fatwa dan panduan dari marja' taqlid mereka. Konsep ini menjadi dasar dari otoritas ulama dalam komunitas Syiah, memberikan mereka peran yang sangat besar dalam menentukan arah politik dan sosial komunitas.
  • Pengaruh terhadap Penguasa: Marja' taqlid sering kali memiliki pengaruh yang besar terhadap penguasa Safawi. Mereka dapat memberikan dukungan atau penolakan terhadap kebijakan pemerintah, dan penguasa Safawi sering kali mencari dukungan mereka untuk melegitimasi kebijakan-kebijakan tertentu.

2. Evolusi Konsep Marja'iyyah

Konsep marja'iyyah, yang merupakan otoritas tertinggi ulama dalam interpretasi hukum dan agama, berkembang lebih lanjut selama era Safawi. Ini memberikan dasar bagi struktur otoritas yang lebih formal di kalangan ulama Syiah dan memperkuat peran mereka dalam masyarakat.

  • Pengakuan Resmi oleh Pemerintah: Pemerintah Safawi secara resmi mengakui dan mendukung posisi marja' taqlid. Ini memungkinkan ulama-ulama tersebut untuk memiliki kekuatan politik dan sosial yang signifikan, dan mereka sering kali berfungsi sebagai perantara antara pemerintah dan rakyat.
  • Penciptaan Ketaatan Religius: Konsep marja'iyyah juga memperkuat ikatan ketaatan religius antara ulama dan pengikut Syiah. Ini menciptakan struktur sosial yang stabil di mana ulama memiliki otoritas besar dalam mengarahkan kehidupan religius dan sosial komunitas.

E. Peran Ulama dalam Politik dan Kebijakan Negara

1. Pemberdayaan Ulama dalam Pemerintahan

Ulama Syiah tidak hanya berperan dalam masalah keagamaan, tetapi juga dalam kebijakan politik. Mereka sering kali menjadi penasihat bagi penguasa Safawi dan terlibat dalam pengambilan keputusan penting negara. Mereka juga memainkan peran penting dalam mengelola wakaf (endowment), yang memberikan mereka kekuatan finansial yang signifikan.

  • Pengaruh terhadap Kebijakan Pemerintah: Ulama Syiah memiliki pengaruh besar dalam kebijakan negara, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan hukum syariah dan pendidikan. Mereka sering kali dilibatkan dalam proses legislasi dan implementasi hukum, yang memberikan mereka kekuasaan yang signifikan dalam pemerintahan.
  • Manajemen Wakaf: Ulama Syiah mengelola banyak wakaf yang digunakan untuk mendanai madrasah, masjid, dan lembaga-lembaga sosial. Pengelolaan wakaf ini memberikan mereka kontrol atas sumber daya ekonomi yang signifikan, yang mereka gunakan untuk memperkuat posisi mereka dalam masyarakat dan politik.

2. Peran dalam Konflik Internal dan Eksternal

Ulama Syiah juga terlibat dalam konflik internal di dalam negeri dan dalam hubungan dengan kekuatan eksternal seperti Kekaisaran Ottoman. Mereka berperan sebagai mediator dalam konflik-konflik internal di antara berbagai kelompok politik dan suku, dan juga sebagai juru bicara untuk kepentingan Syiah dalam hubungan dengan kekuatan Sunni.

  • Mediasi dalam Konflik Internal: Ulama sering kali diminta untuk menjadi mediator dalam konflik di antara berbagai faksi politik dan militer di dalam negeri. Mereka menggunakan otoritas moral dan keagamaan mereka untuk menengahi perselisihan dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
  • Hubungan dengan Kekaisaran Ottoman: Ulama Syiah juga memainkan peran penting dalam hubungan dengan Kekaisaran Ottoman, yang merupakan musuh politik dan ideologis utama Safawi. Mereka sering kali menjadi juru bicara dalam perundingan dan juga dalam menyebarkan propaganda melawan Ottoman.

F. Transformasi Peran Ulama Setelah Jatuhnya Dinasti Safawi

1. Peran Ulama dalam Masa Transisi

Setelah jatuhnya Dinasti Safawi pada awal abad ke-18, peran ulama Syiah tetap penting dalam menjaga stabilitas sosial dan agama di Iran. Mereka menjadi penjaga identitas Syiah di tengah ketidakpastian politik yang melanda negeri ini.

  • Penjaga Identitas Syiah: Ulama Syiah berperan sebagai penjaga tradisi dan ajaran Syiah di tengah periode ketidakstabilan politik. Mereka melanjutkan peran mereka dalam pendidikan dan hukum, meskipun tanpa dukungan resmi dari pemerintah yang stabil.
  • Adaptasi terhadap Pemerintahan Baru: Meskipun menghadapi tantangan dari penguasa baru yang bukan Syiah, ulama Syiah tetap mampu mempertahankan pengaruh mereka dengan menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Mereka tetap memainkan peran penting dalam masyarakat, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan hukum agama dan pendidikan.

2. Kebangkitan Peran Ulama dalam Politik Modern

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun