Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revitalisasi Yerusalem oleh Khalifah Umar bin Khattab: Dari "Tempat Sampah" ke Situs Suci Tiga Agama

7 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 23 November 2024   09:55 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Aqsa (Sumber: GettyImages)

A. Upaya Khalifah Umar bin Khattab dalam Merevitalisasi Bukit Bait Suci (Temple Mount)

Setelah penaklukan Yerusalem, Umar bin Khattab segera memulai proses revitalisasi kota untuk menjadikannya salah satu landmark penting bagi umat Islam. Salah satu langkah signifikan yang dilakukan Khalifah Umar adalah membersihkan area Temple Mount atau Bukit Bait Suci (Al-Haram Asy-Syarif), tempat yang diyakini sebagai lokasi Nabi Muhammad untuk naik ke langit dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Pada masa itu, area tersebut telah digunakan oleh umat Kristen sebagai tempat pembuangan sampah sebagai bentuk penghinaan terhadap komunitas Yahudi yang menolak ketuhanan Nabi Isa (Yesus) a.s.

Khalifah Umar, dengan bantuan pasukannya dan beberapa anggota komunitas Yahudi, dengan segera melakukan "bersih-bersih" area tersebut. Di lokasi itu, Khalifah Umar kemudian mendirikan sebuah masjid sederhana, yang dikenal sebagai Masjidil Aqsa. Tindakan ini tidak hanya mengembalikan kehormatan wilayah tersebut sebagai situs suci sebagaimana namanya (Bukit Bait Suci), tetapi juga memperkuat hubungan spiritualitas antara umat Islam dengan Yerusalem.

B. Yerusalem sebagai Pusat Keagamaan dan Perdagangan di Bawah Kekhalifahan Islam

Pada masa pemerintahan Umar dan dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah, Yerusalem berkembang menjadi pusat keagamaan dan perdagangan yang penting. Keberadaan Masjidil Aqsa menarik peziarah Muslim dari berbagai wilayah, sehingga menjadikan kota ini sebagai salah satu destinasi utama dalam tradisi Islam. Umat Islam dari seluruh dunia berbondong-bondong berziarah ke sana untuk menghormati Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ishaq a.s., Nabi Daud a.s. (King David), dan terutama menghormati Isra' dan Mi'raj Sayyidina Nabi Muhammad .

Pada tahun 691 M, selama masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah, Kubah Batu (Dome of the Rock) dibangun untuk melengkapi keberadaan Masjidil Aqsa dan tentunya memperindahnya. Kubah Batu, dengan arsitekturnya yang megah, menjadi simbol kejayaan peradaban Islam sekaligus mengokohkan posisi Yerusalem sebagai kota suci bagi umat Islam. Selain itu, berbagai masjid dan institusi publik lainnya juga didirikan di seluruh penjuru kota. Upaya Khalifah Abdul Malik ini kemudian membuahkan hasil baik, di mana telah menjadi pemasukan dan meningkatkan kemakmuran sosial dan ekonomi Yerusalem.

C. Perlindungan Hak-Hak Minoritas di Yerusalem

Di bawah kekuasaan Islam selama 462 tahun berikutnya, Yerusalem dikenal sebagai kota yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak minoritas. Sesuai dengan Perjanjian Umar, kebebasan beragama tetap dijamin untuk komunitas Kristen dan Yahudi. Keberadaan kebijakan ini menjadikan Yerusalem sebagai salah satu kota dengan keberagaman agama yang harmonis, sebuah pencapaian yang jarang terjadi pada masa itu bahkan masa kini.

D. Relevansi Perjanjian Umar untuk Yerusalem Masa Kini

Sampai saat ini, Perjanjian Umar telah dinilai oleh banyak pihak sebagai suri teladan bagaimana hukum dan perjanjian dapat digunakan untuk menciptakan perdamaian di tengah konflik. Meskipun Yerusalem telah menjadi pusat perselisihan politik dan agama selama berabad-abad, banyak pihak dari kalangan Muslim, Kristen, dan Yahudi yang menganggap bahwa semangat toleransi dalam Perjanjian Umar dapat menjadi landasan bagi solusi konflik modern.

E. Warisan Sejarah Revitalisasi Yerusalem

Revitalisasi yang dilakukan Umar bin Khattab dan diteruskan oleh Dinasti Umayyah tidak hanya membangun infrastruktur fisik dari kota Yerusalem, tetapi juga membentuk identitas spiritual Yerusalem dalam tradisi Islam. Masjidil Aqsa dan Kubah Batu dalam hal ini menjadi simbol dari hubungan erat umat Islam dengan kota ini, sedangkan kebijakan perlindungan terhadap minoritas agama yang dilakukan oleh pemerintahan Muslim mencerminkan prinsip-prinsip keadilan yang menjadi inti pemerintahan Islam.

F. Kesimpulan: Transformasi dan Warisan Yerusalem

Penaklukan dan revitalisasi Yerusalem oleh umat Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab menjadi titik balik dalam sejarah kota tersebut. Tidak hanya mengangkat status Yerusalem sebagai pusat keagamaan dan peradaban Islam, tetapi juga membangun dasar bagi hubungan harmonis antaragama yang diatur melalui Perjanjian Umar.

Warisan ini menunjukkan bahwa toleransi, keadilan, dan penghormatan terhadap keberagaman dapat menciptakan kota yang makmur dan damai. Dengan mempertimbangkan sejarah ini, Yerusalem tetap menjadi simbol dari potensi perdamaian yang dapat dicapai melalui kerjasama dan penghormatan terhadap nilai-nilai universal.

Dalam hal ini, artikel yang kami tulis menggarisbawahi bahwa masa lalu Yerusalem tidak hanya berisi konflik, tetapi juga kisah-kisah inspiratif tentang persatuan dan kesatuan dalam keberagaman yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat terbaiknya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun