Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Buku Bung Karno Sahabatku: Kisah Willem Oltmans Menguak Sisi Lain Pemimpin Indonesia dan Konflik Papua Barat 1956

28 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 23 November 2024   02:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Oltmans, perjalanan ini adalah upaya Presiden Sukarno untuk memecahkan kebuntuan yang sedang terjadi di dalam negeri. Oltmans bahkan mencoba mengikuti Presiden Sukarno dalam perjalanannya ke Uni Soviet, meskipun usahanya gagal karena tidak mendapatkan visa dari otoritas Soviet.

Setelah pertemuan dengan Presiden Sukarno di Eropa, Oltmans mulai merencanakan perjalanannya ke Indonesia. Pada bulan November 1956, ia berangkat ke Jakarta menggunakan kapal "Willem Ruys". Perjalanan ini merupakan titik awal dari hubungan panjang Oltmans dengan Indonesia, yang kemudian menjadi landasan bagi banyak karya jurnalistiknya tentang negara tersebut. Oltmans mendapatkan dukungan dari sejumlah tokoh penting di industri Belanda, termasuk pamannya, direktur Maatschappij Nederland, yang memberinya tiket untuk perjalanan tersebut. Selain itu, ia juga didukung oleh K. F. Zeeman dari Nederlandse Handelsmaatschappij, yang menyediakan akomodasi dan transportasi di Jakarta.

Meskipun Oltmans menyatakan bahwa ia tidak berpihak pada Presiden Sukarno, banyak orang di Belanda yang mulai melihatnya sebagai seseorang yang terlalu dekat dengan pemimpin Indonesia tersebut. Di mata banyak tokoh politik dan media di Belanda, Oltmans mulai dianggap sebagai sosok yang mendukung Presiden Sukarno secara berlebihan, terutama terkait konflik Papua Barat. Akibatnya, selama bertahun-tahun, Oltmans sering dicap sebagai "tidak dapat diterima" dalam konteks politik Den Haag.

Namun, Oltmans tetap teguh pada pendiriannya bahwa ia hanya melaporkan apa yang ia alami dan pelajari selama perjalanannya bersama Presiden Sukarno. Pengalaman ini memberinya perspektif yang lebih luas tentang Indonesia, yang berbeda dari pandangan kebanyakan orang Belanda pada masa itu.

Perjalanan Willem Oltmans bersama Presiden Sukarno pada tahun 1956 merupakan momen penting dalam karier jurnalistiknya. Pengalamannya ini tidak hanya mengubah pandangannya tentang Presiden Sukarno dan Indonesia, tetapi juga membentuk cara ia dipersepsikan oleh orang-orang di negaranya sendiri.

Tulisan-tulisannya tentang hubungan Indonesia-Belanda, serta kritiknya terhadap kebijakan luar negeri Belanda, menjadikannya tokoh kontroversial, tetapi juga dihormati karena keberaniannya dalam mengungkap perspektif yang tidak populer. Perjalanan ini menjadi awal dari hubungan panjang antara Oltmans dan Indonesia, sebuah hubungan yang terus berlanjut selama beberapa dekade berikutnya, meskipun ia menghadapi banyak hambatan di sepanjang jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun