Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keunggulan Strategi Hukum Menyerang Tan Malaka dalam Perang Bergerak Cepat

11 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 22 November 2024   11:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat jet tempur Stuka di Perang Dunia pada 29 Mei 1940 (Sumber gambar: Voices of WW2) 

A. Kesempurnaan dalam Teknologi Perang

1. Kecepatan dan Perputaran: Saling Melengkapi

Kecepatan saja tidak cukup untuk memenangkan pertempuran jika tidak didukung oleh kemampuan berputar (mobilitas) yang cepat. Dalam konteks perang modern:

  • a) Tank dan Pesawat Tempur: Sebuah tank atau pesawat tempur yang bergerak cepat harus mampu bermanuver dengan cekatan untuk melindungi sisi lemah dari serangan musuh. Kecepatan tanpa kemampuan perputaran membuatnya rentan terhadap serangan balik.
  • b) Kapal Perang: Contoh penting diberikan oleh perbandingan antara kapal penjelajah dan kapal penggempur. Kapal penjelajah lebih cepat dan mampu bermanuver dengan lincah, tetapi kapal penggempur, meskipun lebih lambat, memiliki daya tembak yang jauh lebih besar karena mampu mengangkut meriam dan amunisi dalam jumlah besar.

Tan Malaka menekankan bahwa kombinasi ideal dari kecepatan, mobilitas, dan daya tembak harus dirancang secara seimbang agar mesin perang dapat berfungsi secara maksimal.

2. Transformasi Alat dan Taktik Perang

Seiring perkembangan teknologi, alat perang mengalami transformasi yang signifikan:

  • a) Pasukan Berkuda ke Pasukan Bermotor: Pada masa lalu, pasukan berkuda menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan strategi menyerang, dari era Iskandar hingga Napoleon. Namun, pada abad ke-20, mereka digantikan oleh tank, pasukan bermotor, dan pasukan udara.
  • b) Penyelidikan dan Pengintaian: Tugas pengintaian yang dahulu dilakukan oleh pasukan berkuda kini digantikan oleh pasukan bermotor atau pesawat udara, yang mampu melakukan pengamatan dengan kecepatan dan cakupan yang jauh lebih luas.
  • c) Mekanisasi Pasukan Infanteri dan Artileri: Untuk mendukung kecepatan tank dan pasukan bermotor, infanteri dan artileri juga dimodernisasi. Infanteri diangkut dengan truk, kendaraan lapis baja, atau bahkan pesawat udara, sedangkan artileri diangkut menggunakan truk mekanis untuk meningkatkan mobilitasnya.

3. Taktik Baru untuk Alat Perang Modern

Dengan perubahan alat perang, taktik dan pelatihan juga berubah. Namun, meskipun alat dan strategi terus berkembang, Hukum Menyerang tetap relevan sebagai inti dari semua taktik militer. Dari Iskandar hingga Zukov, Rommel, dan Eisenhower, prinsip-prinsip dasar ini terus diterapkan.

B. Penerapan Hukum Menyerang dalam Perang Kilat

1. Invasi Polandia: Hancurnya "Otak", "Mata", dan "Tinju"

Pada invasi Polandia oleh Jerman, hukum menyerang diterapkan dengan sempurna dalam bentuk Blitzkrieg (perang kilat). Strategi ini melibatkan tiga langkah utama:

  • a) Menghancurkan Komando (Otak): Dengan serangan mendadak menggunakan pesawat tempur Stuka, Jerman menghancurkan markas besar tentara Polandia, memotong kemampuan komando mereka.
  • b) Menghancurkan Alat Penyelidikan dan Serangan (Mata dan Tinju): Pesawat-pesawat udara Polandia dihancurkan di darat sebelum sempat digunakan, sehingga melumpuhkan kemampuan intelijen dan serangan udara mereka.
  • c) Memutus Jalur Komunikasi: Jembatan-jembatan penting yang menghubungkan wilayah Polandia dihancurkan, sehingga memecah-belah tentara Polandia menjadi kelompok-kelompok kecil yang sulit untuk dipusatkan kembali.

Dalam waktu kurang dari dua minggu, Jerman berhasil menaklukkan Polandia. Pasukan kecil dengan mobilitas tinggi, didukung oleh pasukan udara, mampu meruntuhkan struktur militer Polandia yang lebih besar.

2. Keberhasilan Blitzkrieg di Eropa Barat

Setelah Polandia, strategi perang kilat juga diterapkan di Norwegia, Belanda, Belgia, dan Prancis. Dalam setiap kasus, kecepatan serangan dan koordinasi antara pasukan darat, udara, dan laut memungkinkan Jerman untuk menguasai wilayah-wilayah ini dalam waktu yang sangat singkat. Contoh penting meliputi:

  • a) Norwegia: Pasukan bermotor dan udara Jerman menduduki Norwegia dengan cepat, sehingga menggunakan pelabuhan sebagai titik serangan.
  • b) Prancis dan Garis Maginot: Jerman menghindari serangan frontal terhadap garis pertahanan Maginot yang kokoh dan memusatkan serangan melalui celah di utara. Dalam waktu singkat, pesawat Stuka sudah menjatuhkan ancaman di Paris, memaksa pemerintah Prancis menyerah.

3.  Kombinasi Teknologi dan Hukum Menyerang

Kemajuan teknologi dalam perang modern tidak hanya mengubah alat perang, tetapi juga mempertegas pentingnya hukum menyerang sebagai inti strategi militer. Dalam perang kilat, keberhasilan tidak hanya bergantung pada kekuatan atau jumlah pasukan, tetapi pada:

  • a) Kecepatan Eksekusi: Serangan mendadak yang cepat dan terkoordinasi dapat menghancurkan musuh sebelum mereka sempat merespons.
  • b) Efisiensi Mobilitas: Pasukan bermotor dan mekanisasi memungkinkan pasukan menyerang dari berbagai arah, sehingga menciptakan kekacauan di pihak musuh.
  • c) Kodrat Tembakan yang Superior: Penggunaan tank, pesawat tempur, dan artileri dengan daya tembak yang besar memberikan keuntungan taktis yang signifikan.

C. Kesimpulan

Hukum menyerang adalah prinsip strategis yang sangat efektif dalam perang bergerak cepat. Namun, penerapannya memerlukan kondisi tertentu, seperti medan perang terbuka dan pasukan yang terlatih. Dalam situasi perang statis, hukum ini menjadi kurang relevan, dan strategi lain, seperti pengepungan atau pertahanan, harus diterapkan.

Tan Malaka dengan jeli menunjukkan bahwa strategi militer bukanlah pendekatan tunggal, melainkan kombinasi dari berbagai taktik yang disesuaikan dengan kondisi. Pembelajaran dari sejarah tokoh-tokoh seperti Iskandar Zulkarnaen, Hannibal, Julius Caesar, dan Napoleon Bonaparte memberikan wawasan tentang bagaimana hukum menyerang dapat menjadi alat yang ampuh atau terbatas, tergantung pada konteksnya.

Hukum Menyerang tetap menjadi dasar strategi militer modern, meskipun alat dan taktik terus berkembang. Dalam perang modern, keberhasilan bergantung pada kemampuan menggabungkan kecepatan, mobilitas, dan kodrat tembakan secara efisien. 

Transformasi dari pasukan berkuda ke tank, dari penyelidikan manual ke intelijen udara, dan dari perang statis ke perang kilat menunjukkan betapa teknologi dan ilmu militer terus membentuk ulang wajah perang. Namun, esensi dari Hukum Menyerang yang dirumuskan sejak zaman Iskandar hingga era Perang Dunia tetap relevan: serangan cepat, kejutan, dan pemusatan kekuatan pada titik lemah musuh adalah kunci kemenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun