Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahmat untuk Semesta Alam: Tanggung Jawab Muslim terhadap Lingkungan Hidup

4 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   22:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lingkungan hidup yang hampir rusak. (Sumber: indonesiainside.id)

Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta, menempatkan etika lingkungan pada posisi yang sangat penting. Islam mengajarkan umat manusia untuk menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab dan menganjurkan supaya pelestarian lingkungan sebagai kewajiban ilahiah harus dilaksanakan. Bahkan, ajaran-ajaran Nabi Muhammad dan Al-Qur'an telah menekankan adanya keterkaitan semua makhluk hidup dan menegaskan pentingnya untuk menjaga alam.

Pertama, Islam menganjurkan untuk kita menghormati alam dan penciptaan. Alam dipandang sebagai tanda (Ayat) keberadaan dan kebesaran Allah . Al-Qur'an sering menyebut bahwa semua makhluk, mulai dari hewan hingga pohon, selalu memuliakan Penciptanya (Al-Hajj: 18). Ayat ini tentunya akan menumbuhkan rasa rendah hati dan tanggung jawab terhadap pelestarian alam sebagai bagian dari ciptaan Allah , serta menekankan penghargaan kepada setiap makhluk hidup.

Tidakkah engkau mengetahui bahwa bersujud kepada Allah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi, juga matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, hewan melata, dan kebanyakan manusia? Akan tetapi, banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Siapa yang dihinakan Allah tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Hajj: 18).

Kedua, adanya tanggung jawab manusia terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini berkaitan dengan konsep khalifah dalam Islam yang menyiratkan bahwa manusia ditugaskan untuk menjaga bumi. Tanggung jawab ini tidak terbatas pada kepemilikan pribadinya saja, tetapi juga mencakup sumber daya alam bersama seperti udara, air, dan tanah, yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang. Nabi Muhammad menekankan bahwa menanam pohon, merawat hewan, dan melestarikan sumber daya adalah amal yang akan diberi pahala di akhirat.

Tiada seorang yang menanam pohon, melainkan Allah akan mencatat pahala baginya sekadar buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut. (HR Ahmad No. 415).

Ketiga, Islam melarang gaya hidup pemborosan dan konsumsi berlebihan. Islam sangat melarang pemborosan dan konsumsi berlebihan, yang sejalan dengan praktik menuju ekonomi berkelanjutan. Al-Qur'an menasihati agar tidak berlebihan, dengan menyatakan, "Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS Al-An'am: 141). Bahkan dalam ibadah seperti wudhu (bersuci), Nabi memperingatkan agar tidak membuang-buang air, meskipun dilakukan di dekat sungai yang mengalir, menekankan bahwa pelestarian lingkungan harus meresap dalam setiap aspek kehidupan (HR Ibnu Majah No. 425).

 

Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-An'am: 141).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah bertemu Sa'ad pada waktu berwudhu, lalu Rasulullah bersabda:

"Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa'ad." Sa'ad berkata, "Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?" Rasulullah bersabda, "Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir." (HR Ibnu Majah).

Keempat, Islam melarang kekejaman dan pembantaian satwa liar, di mana Nabi Muhammad menciptakan zona-zona terlindungi (hima dan haram) untuk menjaga hutan, satwa liar, dan sumber daya alam dari eksploitasi berlebihan. Islam juga melarang kekejaman terhadap hewan, mengakui hak mereka untuk diperlakukan secara manusiawi. Tindakan kebaikan terhadap hewan dipandang sebagai amal yang berpahala, sedangkan menyebabkan kerugian bagi mereka disamakan dengan menyakiti manusia (Mishkat Al-Masabih, Sahih Muslim).

Nabi Muhammad pernah berkata "Perbuatan baik yang dilakukan terhadap hewan sama baiknya dengan perbuatan baik yang dilakukan terhadap manusia, sedangkan tindakan kekejaman terhadap hewan sama buruknya dengan tindakan kekejaman terhadap manusia." (Mishkat Al-Masabih; Buku 6; Bab 7, 8:178).

Kelima, Islam mengajarkan dan menganjurkan kehidupan yang berkeadilan sosial dan lingkungan. Pandangan dua dunia dalam Islam---yang berfokus pada kehidupan sekarang dan akhirat---mendorong individu untuk berperilaku selalu bertanggung jawab secara sosial, yang mencakup kepedulian terhadap lingkungan. Nabi Muhammad memperingatkan agar tidak menimbun sumber daya yang berlebihan, terutama air, dengan menyatakan bahwa mereka yang menahan sumber daya penting dari orang lain akan kehilangan rahmat Allah (Sahih Al-Bukhari, Hadis No. 557). Ini mencerminkan pentingnya berbagi dan mendistribusikan sumber daya secara adil untuk memastikan kesejahteraan semua orang, terutama dalam menangani masalah global seperti kelaparan dan kemiskinan.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

"Ada tiga golongan manusia yang pada Hari Kiamat Allah tidak akan berbicara kepada mereka, tidak akan memandang mereka, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka adalah:

  1. Seorang lelaki yang bersumpah palsu bahwa barang dagangannya telah ditawar dengan harga lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
  2. Seorang lelaki yang bersumpah palsu setelah salat 'Ashar untuk merampas harta seorang Muslim.
  3. Seorang lelaki yang menahan air lebih dari kebutuhannya. Allah akan berkata kepadanya, 'Hari ini Aku akan menahan rahmat-Ku darimu sebagaimana engkau telah menahan kelebihan sesuatu yang bukan engkau ciptakan.'"

(HR. Bukhari)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun