Permasalahan lingkungan hidup kerap kali dianggap sebagai isu teknis semata, tetapi beberapa pemikir radikal seperti Murray Bookchin melalui konsep ekologi sosial-nya menegaskan bahwa masalah ini sejatinya berakar dari hubungan sosial manusia. Dalam pandangan Bookchin, alam fisik yang disebut sebagai "alam pertama" menjadi dasar evolusi budaya manusia, atau "alam kedua". Pendekatan ekologi sosial menekankan bahwa manusia harus menggunakan kemampuan sosial, komunikasi, dan intelektual mereka untuk melestarikan alam, bukan mengeksploitasinya.
Dengan demikian, eksploitasi alam harus digantikan dengan kehidupan yang lebih kaya dan berkelanjutan, di mana manusia bertindak sebagai alam yang telah menjadi sadar. Pemikiran ini tidak hanya mempengaruhi teori lingkungan hidup, tetapi juga menimbulkan diskusi tentang tanggung jawab sosial dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Sementara itu, pendekatan bioregionalisme memberikan perspektif lingkungan yang lebih lokal dengan menekankan pentingnya komunitas-komunitas yang didasarkan pada ciri-ciri alami suatu wilayah, seperti geografi, ekologi, dan iklim. Bioregionalisme berargumen bahwa kehidupan yang sejahtera dapat dicapai dengan memahami dan menyesuaikan diri terhadap potensi serta batas-batas ekologi lokal. Namun, meski konsep ini menawarkan solusi lingkungan yang terdesentralisasi, para kritikus mempertanyakan apakah pendekatan ini realistis untuk diterapkan di dunia yang semakin padat dan kompleks.Â
Terlepas dari tantangan yang ada, ekologi sosial dan bioregionalisme tetap memainkan peran penting dalam diskusi mengenai alternatif-alternatif radikal untuk menghadapi krisis lingkungan global.
Ekologi Sosial (Social Ecology)
Ekologi Sosial, menurut Murray Bookchin, adalah pendekatan yang menggabungkan pemikiran tentang hubungan antara manusia dan lingkungan dengan pemahaman tentang struktur sosial dan masalah-masalah sosial. Bookchin mengemukakan bahwa masalah lingkungan adalah cerminan dari masalah sosial, dan karenanya harus diatasi melalui perubahan sosial, bukan hanya teknik lingkungan.
Dalam pandangan Bookchin, alam dapat dibedakan menjadi dua kategori: "alam pertama" yang merujuk pada dunia fisik dan alami, dan "alam kedua" yang mencakup budaya dan masyarakat manusia. Ekologi Sosial melihat bahwa "alam pertama" adalah sumber dari "alam kedua" dan bahwa interaksi antara keduanya harus bersifat harmonis.
Bookchin menyarankan bahwa, meskipun alam pertama itu merupakan keajaiban estetika dan sensual, manusia harus melakukan intervensi yang mendukung evolusi alami. Hal ini bertujuan untuk menjaga kompleksitas dan keragaman hayati serta mengurangi penderitaan dan polusi.
Bookchin mengkritik pemikiran bahwa eksploitasi alam adalah sesuatu yang wajar dan menganggap bahwa seharusnya manusia menggunakan kemampuan mereka---sosial, komunikatif, dan intelektual---untuk melayani proses alami. Ia menekankan perlunya mengubah pendekatan manusia terhadap alam, dari eksploitasi menuju pelestarian. Dalam hal ini, ekologi sosial menyarankan bahwa manusia harus bertindak seolah-olah mereka adalah "alam yang sadar," sehingga seharusnya dapat memanfaatkan kecerdasan dan kemampuan sosial mereka untuk melindungi dan mempertahankan lingkungan yang mendukung kehidupan.Â
Selain itu, Bookchin juga berakar pada tradisi pemikiran komunal dan historis yang mencakup tokoh-tokoh, seperti Peter Kropotkin, Elise Reclus, dan Lewis Mumford. Mumford, khususnya, mengajukan pandangan bahwa komunitas yang kuat harus berakar pada pusat-pusat regional yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan lokal. Bookchin mengambil inspirasi dari pandangan ini, tetapi ia lebih optimis terhadap teknologi dan percaya bahwa teknologi dapat digunakan untuk mendukung tujuan ekologis jika dikendalikan dengan baik.
Secara keseluruhan, Ekologi Sosial menekankan pentingnya reformasi sosial untuk menyelesaikan krisis lingkungan, dengan fokus pada bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan alam secara lebih harmonis dan berkelanjutan.
Bioregionalisme
Bioregionalisme adalah pendekatan yang mengusulkan bahwa komunitas harus dibangun berdasarkan ciri-ciri alami dari suatu wilayah, seperti geologi, ekologi, iklim, dan sumber daya alam. Konsep ini berfokus pada bagaimana kehidupan lokal dapat disesuaikan dengan karakteristik ekologis suatu daerah, sehingga menciptakan komunitas yang berkelanjutan dan harmonis dengan lingkungan mereka.
Bioregionalisme kemudian berkembang dari pemikiran regional yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh, seperti Lewis Mumford. Mumford, yang sering dianggap sebagai pelopor dalam pemikiran sosial-ekologis Amerika, berpendapat bahwa kehidupan yang kuat dan bermakna harus berakar pada pusat-pusat regional yang berhubungan dengan kondisi lingkungan lokal. Ia memperingatkan bahwa di bawah kapitalisme industri, muncul "megamachine" yang mengancam kebebasan dan kreativitas manusia dengan cara yang menindas dan tidak dapat dikendalikan.
Bioregionalisme berargumen bahwa pemahaman mendalam tentang fitur alami suatu daerah---seperti fitur geologis, ekologis, dan iklim---harus membentuk dasar bagi pembentukan komunitas. Dengan cara ini, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan gaya hidup yang selaras dengan batas-batas ekologis wilayah mereka. Ide dasarnya adalah bahwa kehidupan yang penuh dan memuaskan dapat dicapai jika orang-orang memahami dan menyesuaikan diri dengan potensi serta batasan ekologis daerah tempat mereka tinggal. Dalam pandangan bioregionalis, kehidupan yang terhubung dengan dan memahami karakter lokal akan memfasilitasi kebebasan dan pengembangan diri.
Namun, ada kritik terhadap bioregionalisme yang mengajukan beberapa pertanyaan penting. Kritikus bertanya-tanya mengapa fitur-fitur alami harus menjadi dasar penentuan komunitas dan apa saja fitur yang paling relevan---apakah geologis, ekologis, iklim, atau yang lainnya. Mereka juga meragukan apakah komunitas-komunitas kecil dan mandiri ini dapat berfungsi dengan baik di planet yang semakin padat. Ada kekhawatiran bahwa, meskipun bioregionalisme menawarkan visi lingkungan yang terdesentralisasi, itu bisa menjadi terlalu optimis secara politik dan dapat mengarah pada pembentukan komunitas yang tidak demokratis dan membatasi kebebasan individu.
Beberapa proposal bioregionalisme terbaru mencoba menjawab tantangan ini dengan menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip bioregionalisme dapat diterapkan dalam konteks urban, dengan merawat infrastruktur hijau dalam kota sebagai cara untuk terhubung dengan alam. Ini menunjukkan adaptasi bioregionalisme terhadap realitas dunia yang semakin urban dan padat penduduk.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI