Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ekologi Sosial dan Bioregionalisme: Jawaban Radikal Atas Krisis Lingkungan Global

25 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   06:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman kota Tebet Eco Park (Sumber: Terasplus.id)

Bioregionalisme adalah pendekatan yang mengusulkan bahwa komunitas harus dibangun berdasarkan ciri-ciri alami dari suatu wilayah, seperti geologi, ekologi, iklim, dan sumber daya alam. Konsep ini berfokus pada bagaimana kehidupan lokal dapat disesuaikan dengan karakteristik ekologis suatu daerah, sehingga menciptakan komunitas yang berkelanjutan dan harmonis dengan lingkungan mereka.

Bioregionalisme kemudian berkembang dari pemikiran regional yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh, seperti Lewis Mumford. Mumford, yang sering dianggap sebagai pelopor dalam pemikiran sosial-ekologis Amerika, berpendapat bahwa kehidupan yang kuat dan bermakna harus berakar pada pusat-pusat regional yang berhubungan dengan kondisi lingkungan lokal. Ia memperingatkan bahwa di bawah kapitalisme industri, muncul "megamachine" yang mengancam kebebasan dan kreativitas manusia dengan cara yang menindas dan tidak dapat dikendalikan.

Bioregionalisme berargumen bahwa pemahaman mendalam tentang fitur alami suatu daerah---seperti fitur geologis, ekologis, dan iklim---harus membentuk dasar bagi pembentukan komunitas. Dengan cara ini, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan gaya hidup yang selaras dengan batas-batas ekologis wilayah mereka. Ide dasarnya adalah bahwa kehidupan yang penuh dan memuaskan dapat dicapai jika orang-orang memahami dan menyesuaikan diri dengan potensi serta batasan ekologis daerah tempat mereka tinggal. Dalam pandangan bioregionalis, kehidupan yang terhubung dengan dan memahami karakter lokal akan memfasilitasi kebebasan dan pengembangan diri.

Namun, ada kritik terhadap bioregionalisme yang mengajukan beberapa pertanyaan penting. Kritikus bertanya-tanya mengapa fitur-fitur alami harus menjadi dasar penentuan komunitas dan apa saja fitur yang paling relevan---apakah geologis, ekologis, iklim, atau yang lainnya. Mereka juga meragukan apakah komunitas-komunitas kecil dan mandiri ini dapat berfungsi dengan baik di planet yang semakin padat. Ada kekhawatiran bahwa, meskipun bioregionalisme menawarkan visi lingkungan yang terdesentralisasi, itu bisa menjadi terlalu optimis secara politik dan dapat mengarah pada pembentukan komunitas yang tidak demokratis dan membatasi kebebasan individu.

Beberapa proposal bioregionalisme terbaru mencoba menjawab tantangan ini dengan menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip bioregionalisme dapat diterapkan dalam konteks urban, dengan merawat infrastruktur hijau dalam kota sebagai cara untuk terhubung dengan alam. Ini menunjukkan adaptasi bioregionalisme terhadap realitas dunia yang semakin urban dan padat penduduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun