Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ekofeminisme: Solusi untuk Krisis Lingkungan dan Kesetaraan Gender

22 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   05:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Franoise d'Eaubonne (diambil dari Official Website Pribadi)

Feminisme dan lingkungan adalah dua bidang yang saling berhubungan satu sama lain, karena keduanya memiliki keterkaitan dengan kritik terhadap struktur penindasan yang lebih luas di tengah-tengah masyarakat. Teori feminisme menganggap bahwa patriarki, atau struktur sosial yang didominasi oleh laki-laki, tidak hanya menindas perempuan, tetapi juga berdampak pada berbagai aspek lain dari penindasan, termasuk terhadap orang-orang berkulit berwarna, hewan, dan lingkungan hidup (alam). Sejak pertengahan tahun 1970-an, para penulis dan peneliti feminis mulai mengamati bahwa cara berpikir patriarkal yang mendominasi, juga menyokong perusakan ekologi, serta pengeksploitasian kelas dan ras.

Pandangan ini menyarankan bahwa dominasi terhadap perempuan merupakan bentuk permulaan dari dominasi yang mendasar dari semua bentuk hierarki lainnya. Dalam konteks ini, tindakan eksploitasi alam dipandang sebagai perpanjangan dari penindasan terhadap perempuan, karena alam (lingkungan hidup) sering kali dipandang sebagai sesuatu yang inferior dan berhubungan dengan sifat-sifat feminin. 

Berbagai teori feminisme, seperti yang dikemukakan oleh Val Plumwood, juga menunjukkan bahwa struktur ideologis yang mendasari penindasan terhadap lingkungan hidup (alam), sama-sama berdasarkan pada penindasan yang menciptakan dikotomi dan hierarkis, salah satunya termasuk pada lingkungan hidup. Dengan demikian, ide feminisme telah menawarkan tantangan yang radikal terhadap pemikiran tradisional tentang etika dan politik lingkungan, yang di dalamnya mencakup keterhubungan antara isu-isu lingkungan hidup dan masalah sosial yang lebih luas.

Patriarki & Penindasan

Teori feminisme berpendapat bahwa patriarki---struktur sosial di mana laki-laki mendominasi posisi kekuasaan---tidak hanya menyebabkan penindasan terhadap perempuan, tetapi juga mempengaruhi penindasan terhadap orang-orang berkulit berwarna, hewan, dan alam. Sheila Collins, aktivis perempuan dan pemikir feminisme kontemporer asal Amerika, menyatakan bahwa struktur yang didasarkan patriarkal dapat langgeng karena didukung oleh empat pilar utama: seksisme, rasisme, eksploitasi kelas, dan perusakan ekologi. Dengan kata lain, struktur sosial patriarkis menciptakan dan memperkuat struktur yang menindas tidak hanya terhadap perempuan, tetapi juga terhadap aspek-aspek lain dari kehidupan sosial dan lingkungan.

Sheila Collins (diambil dari Situs Pribadi Sheila Collins)
Sheila Collins (diambil dari Situs Pribadi Sheila Collins)

Ynestra King, penulis buku Rocking The Ship Of State: Toward A Feminist Peace Politics, kemudian mendasari teori ini dengan konteks historis dan kultural. Ia mengemukakan bahwa dominasi laki-laki terhadap perempuan adalah bentuk dominasi yang paling awal dan yang mendasari hierarki lainnya, termasuk hierarki berdasarkan kelas dan kekuasaan politik. Pandangan ini melihat eksploitasi alam sebagai manifestasi dari penindasan terhadap perempuan, karena alam sering dipandang sebagai sesuatu yang inferior dan diasosiasikan dengan sifat-sifat feminin. Dengan demikian, penindasan terhadap alam dapat dilihat sebagai perpanjangan persoalan atas penindasan gender, di mana pandangan patriarkal telah menghubungkan alam dengan konsep-konsep yang dianggap inferior dan subordinat.

Struktur Ideologi Bersama

Val Plumwood, filsuf asal Australia yang menggeluti ekofeminisme sejak 1990-an, dan penulis lainnya berpendapat bahwa berbagai bentuk penindasan, seperti penindasan terhadap perempuan, orang-orang berkulit berwarna, hewan, dan alam, telah "berbagi" penindasan dalam pembentukan struktur ideologis yang sama. Struktur ideologi ini melibatkan pola berpikir yang mendukung hierarki dan dominasi. Dalam pandangan ini, ideologi yang sama memungkinkan penindasan yang berbeda-beda untuk saling memperkuat satu sama lain, sehingga menciptakan sistem yang kompleks dan saling terkait.

Struktur ideologi bersama ini melibatkan pemikiran yang dikotomis, di mana istilah yang berlawanan (seperti laki-laki/perempuan, rasional/emosional, manusia/hewan) ditempatkan dalam hubungan hierarkis. Dalam sistem ini, satu sisi dari dikotomi (misalnya laki-laki, rasional, dan manusia) dianggap lebih superior dan lebih berharga, sedangkan sisi lainnya (misalnya perempuan, emosional, dan hewan) dianggap ada di posisi inferior. Pemikiran ini mendukung dominasi dan eksploitasi terhadap pihak yang dianggap lebih rendah, dan memperkuat berbagai bentuk penindasan.

Struktur ideologi bersama ini mencakup apa yang disebut "logika dominasi," yaitu pola pemikiran yang menganggap bahwa pihak yang berada di posisi superior (misalnya laki-laki, rasional, dan manusia) berhak untuk menguasai dan mengeksploitasi pihak yang dianggap inferior (misalnya perempuan, emosional, dan hewan). Logika ini mendukung berbagai bentuk penindasan dan eksploitasi dengan membenarkan dominasi sebagai sesuatu yang wajar dan sah.

Ekofeminisme (Ecofeminism)

Istilah "ekofeminisme" sendiri pertama kali diciptakan oleh Franoise d'Eaubonne, aktivis perempuan yang terkenal dengan keterlibatannya di dalam anarkisme, pada tahun 1974. Ekofeminisme ini menggabungkan analisis feminisme terhadap penindasan gender dengan isu-isu lingkungan. Ia menganggap bahwa penindasan terhadap perempuan dan eksploitasi terhadap alam berasal dari struktur ideologis yang sama.

Franoise d'Eaubonne (diambil dari Official Website Pribadi)
Franoise d'Eaubonne (diambil dari Official Website Pribadi)

Ekofeminisme mencakup pandangan bahwa cara berpikir patriarkal yang mendominasi masyarakat telah berkontribusi pada kerusakan lingkungan dan penindasan sosial. Dengan demikian, ekofeminisme tidak hanya berfokus pada perlindungan lingkungan, tetapi juga pada pembebasan perempuan dan penanggulangan berbagai bentuk penindasan.

Para ekofeminis berpendapat bahwa penindasan terhadap perempuan sering kali terkait erat dengan eksploitasi dan perusakan alam. Pandangan patriarkal yang mengasosiasikan alam dengan sifat-sifat yang feminin---seperti kelemahan, ketergantungan, dan kekacauan---yang juga berperan dalam memperlakukan alam sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi tanpa batas. Dengan demikian, eksploitasi alam dipandang sebagai manifestasi dari pandangan patriarkal yang lebih luas tentang inferiority dan subordinasi, di mana alam dan perempuan dianggap sebagai pihak yang dapat dikendalikan dan dimanfaatkan.

Ekofeminisme menawarkan tantangan radikal terhadap pemikiran tradisional tentang etika lingkungan dan sosial. Pemikiran ini melibatkan kritik terhadap cara berpikir yang mendominasi, yang sering kali mengabaikan atau meremehkan hubungan antara penindasan sosial dan kerusakan lingkungan. Ekofeminis selalu berusaha untuk menghubungkan isu-isu lingkungan dengan masalah sosial yang lebih luas, seperti diskriminasi dan eksploitasi, serta menyarankan bahwa untuk mencapai keadilan lingkungan, perlu juga menangani ketidakadilan gender dan sosial secara bersamaan.

Meskipun ada konsensus tentang pentingnya menghubungkan feminisme dan lingkungan, istilah "ekofeminisme" dapat mencakup berbagai pandangan dan pendekatan. Beberapa bentuk ekofeminisme mungkin lebih menekankan pada kritik terhadap sistem patriarkal, sedangkan yang lain mungkin lebih berfokus pada praktik-praktik konkret untuk mengatasi kerusakan lingkungan sambil memperjuangkan kesetaraan gender.

Perbedaan ini mencerminkan keragaman dalam teori feminis dan advokasi lingkungan, yang dapat membuat label "ekofeminisme" terasa luas dan terkadang kurang spesifik dalam menggambarkan posisi tertentu.

Pada hakikatnya, ekofeminisme adalah pendekatan yang memadukan analisis feminis dengan advokasi lingkungan, dengan tujuan untuk mengatasi penindasan sosial dan kerusakan lingkungan sebagai bagian dari sistem yang saling terkait. Pemikiran ekofeminisme ini hadir untuk menantang cara berpikir patriarkal yang mendukung eksploitasi dan dominasi, sambil mengusulkan solusi yang lebih holistik untuk mencapai keadilan dan keberlanjutan dalam konteks gender dan lingkungan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun