Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Strategi Perang Tan Malaka: Rahasia Menguasai Empat Elemen Penting di Medan Tempur

16 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 19 November 2024   05:44 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika jumlah prajurit semakin besar, strategi perang cepat (mobile warfare) yang digunakan oleh para jenderal zaman kuno, seperti Iskandar, Hannibal, atau Napoleon, menjadi kurang efektif untuk diterapkan. Oleh karena itu, taktik perang statis atau perang posisi (perang parit) lebih sering digunakan dalam perang modern. Maka dari itu, Tan Malaka menyimpulkan bahwa peningkatan jumlah tentara akan memaksa perubahan dalam strategi dan taktik perang.

Yang terakhir dibahas oleh Tan Malaka adalah persoalan tempo (waktu). Tempo sebagai elemen yang mungkin tampak tidak begitu penting, sebenarnya adalah elemen yang sangat krusial dalam strategi perang. Elemen tempo ini menentukan kapan dan di mana tindakan militer harus diambil.

Contoh kasus pertama menurut Tan Malaka adalah Jenderal Romawi Fabius Cunctator yang terkenal dengan taktik "maju-mundur" ketika menghadapi Jenderal Hannibal. Fabius dalam hal ini tidak berusaha menyerang langsung musuhnya, tetapi menggunakan tempo (waktu) untuk melemahkan kekuatan musuh secara bertahap. Dia bergerak maju ketika musuh berhenti, dan mundur saat musuh menyerang, berharap bahwa Hannibal yang jauh dari pangkalannya akan kelelahan, kehabisan perbekalan, dan kehilangan moral.

Elemen tempo ini juga digunakan oleh Inggris dalam menghadapi serangan dari Napoleon, Hindenburg, dan Hitler. Berada di seberang lautan, Inggris memiliki lebih banyak waktu (tempo) untuk mempersiapkan pertahanan dan menggunakan strategi defensif selama masa perang.

Menurut Tan Malaka, tempo adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pertempuran. Penggunaan waktu yang tepat memungkinkan suatu bangsa untuk memperkuat pertahanan, merencanakan serangan, atau melemahkan musuh secara perlahan. 

Dalam pandangan Tan Malaka, keempat anasir perang---keadaan bumi (geografi), senjata, orang (prajurit), dan tempo (waktu)---adalah elemen-elemen kunci yang sangat dinamis dan terus berubah seiring waktu dengan menyesuaikan pula pada perkembangan teknologi, geografi, serta dinamika politik. Jika salah satu anasir ini berubah, maka strategi perang pun berubah. Kesuksesan militer sangat bergantung pada bagaimana ahli strategi memadukan dan menyesuaikan keempat anasir tersebut sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun