Ketika jumlah prajurit semakin besar, strategi perang cepat (mobile warfare) yang digunakan oleh para jenderal zaman kuno, seperti Iskandar, Hannibal, atau Napoleon, menjadi kurang efektif untuk diterapkan. Oleh karena itu, taktik perang statis atau perang posisi (perang parit) lebih sering digunakan dalam perang modern. Maka dari itu, Tan Malaka menyimpulkan bahwa peningkatan jumlah tentara akan memaksa perubahan dalam strategi dan taktik perang.
Yang terakhir dibahas oleh Tan Malaka adalah persoalan tempo (waktu). Tempo sebagai elemen yang mungkin tampak tidak begitu penting, sebenarnya adalah elemen yang sangat krusial dalam strategi perang. Elemen tempo ini menentukan kapan dan di mana tindakan militer harus diambil.
Contoh kasus pertama menurut Tan Malaka adalah Jenderal Romawi Fabius Cunctator yang terkenal dengan taktik "maju-mundur" ketika menghadapi Jenderal Hannibal. Fabius dalam hal ini tidak berusaha menyerang langsung musuhnya, tetapi menggunakan tempo (waktu) untuk melemahkan kekuatan musuh secara bertahap. Dia bergerak maju ketika musuh berhenti, dan mundur saat musuh menyerang, berharap bahwa Hannibal yang jauh dari pangkalannya akan kelelahan, kehabisan perbekalan, dan kehilangan moral.
Elemen tempo ini juga digunakan oleh Inggris dalam menghadapi serangan dari Napoleon, Hindenburg, dan Hitler. Berada di seberang lautan, Inggris memiliki lebih banyak waktu (tempo) untuk mempersiapkan pertahanan dan menggunakan strategi defensif selama masa perang.
Menurut Tan Malaka, tempo adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pertempuran. Penggunaan waktu yang tepat memungkinkan suatu bangsa untuk memperkuat pertahanan, merencanakan serangan, atau melemahkan musuh secara perlahan.Â
Dalam pandangan Tan Malaka, keempat anasir perang---keadaan bumi (geografi), senjata, orang (prajurit), dan tempo (waktu)---adalah elemen-elemen kunci yang sangat dinamis dan terus berubah seiring waktu dengan menyesuaikan pula pada perkembangan teknologi, geografi, serta dinamika politik. Jika salah satu anasir ini berubah, maka strategi perang pun berubah. Kesuksesan militer sangat bergantung pada bagaimana ahli strategi memadukan dan menyesuaikan keempat anasir tersebut sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI