Kritik-kritik pandangan Marx terhadap agama pun bermunculannya. Pertama, agama juga pernah digunakan oleh kelompok tertindas untuk menjadi landasan perubahan sosial (misalnya, Teologi Pembebasan di Amerika Latin). Hal ini menjadi bukti bahwa agama ternyata tidak selalu mendukung status quo. Kedua, meskipun terdapat upaya untuk merepresifkan agama di Uni Soviet, keyakinan agama di sana tetap bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa agama sangatlah mungkin mengisi kekosongan untuk memenuhi kebutuhan manusia lain, selain kendali sosial. Ketiga, Durkheim dan Malinowski---dua tokoh aliran fungsionalis---menyatakan sisi positifnya terhadap agama.
Durkheim berpendapat bahwa agama berperan penting dalam menciptakan terwujudnya kohesi sosial. Menurutnya, agama dapat membantu menyatukan individu dalam sebuah masyarakat dengan memperkuat solidaritas dan nilai-nilai kolektif. Dalam hal ini, agama berfungsi untuk menjaga keteraturan dan stabilitas sosial di wilayah atau negara tertentu.
Malinowski menekankan bahwa agama memainkan peran yang sangat signifikan dalam memenuhi kebutuhan psikologis individu, terutama ketika mereka menghadapi situasi krisis atau ketidakpastian. Agama menjadi fasilitator untuk memberikan rasa aman dan ketenangan dalam menghadapi tantangan hidup, seperti kematian atau penderitaan, yang tidak dapat diatasi hanya dengan rasionalitas atau ilmu pengetahuan.
Singkatnya, perspektif fungsionalis, seperti Durkheim dan Malinowski, memandang agama sebagai elemen penting dan fundamental dalam upaya untuk menjaga integrasi sosial dan memenuhi kebutuhan psikologis manusia. Menurut penganut fungsionalis, agama bukanlah hanya menjadi sekadar alat untuk mengendalikan kelas pekerja atau mendukung ketidakadilan, seperti yang diyakini oleh penganut Marxis.
Seperti kata Bung Karno, Marx tidak pernah bermaksud agar ide-idenya diterima sebagai doktrin yang kaku dan tidak berkembang. Marx percaya bahwa sosialisme harus beradaptasi dengan kondisi dan tantangan zaman. Oleh karena itu, jika dalam masyarakat modern, agama memainkan peran penting bagi banyak kelompok yang tertindas, maka Sosialisme harus lebih membuka diri untuk mengakomodasi agama sebagai bagian dari perjuangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H