Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tan Malaka dan Kritiknya terhadap Diplomasi Revolusi: Re-Ra, Perpecahan, dan Menata Kembali Semangat Gerilya

21 November 2024   10:15 Diperbarui: 21 November 2024   11:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Perjanjian Linggarjati (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Tan Malaka menuliskan bekal dari kelanjutan Revolusi ini, memang tidaklah sempurna, sebab Tan menulisnya dalam penjara—yang mana ia tak bisa memenuhi karyanya dengan teori-teori kepustakaan tentang kemiliteran. Tidak ada buku dan majalah up to date di dalam penjara. Namun demikian, ia mengakui,

“…. Tetapi kami berharap dan percaya sungguh, bahwa para ahli dan pahlawan akan mengambil yang baiknya saja dan akan membuang yang buruk, dan juga seterusnya akan menambah yang kurang dan mengurangi yang lebih. Kami berharap dan percaya pula, bahwa para ahli dan pahlawan akan memaafkan semua kekurangan dan kesalahan kami.…”

Ketulusan dan kesucian perjuangan Tan Malaka tersebut juga terlukiskan dalam semangatnya untuk semata-mata menyukseskan Revolusi, bukan untuk sekadar mendapatkan kekuasaan. Oleh karena, bangsa yang diproklamasikan oleh Sukarno-Hatta, dan Republik yang berdiri hingga sekarang, adalah cita-citanya sejak tahun 1920-an. Tak ada tendensi dari dirinya untuk mendongkel kekuasaan, semata-mata Tan Malaka hanyalah menginginkan Republik tetap berdiri tegak, tetap kokoh, dan yang terpenting, berdaulat. Oleh karena itu, perihal kemiliteran dan bekal Revolusi ditulisnya sebagai poin utama perjuangan. Ia menulis,

“… dalam keadaan terpaksa terpisah dari masyarakat ini, yang utama bukanlah menyelesaikan soal militer sebagai bagian terpenting dari Revolusi ini, tetapi untuk memajukan soal ini.”

Tan Malaka tidak menulis mengenai teknik fisik dan peperangan dalam konteks militer, sebab menurutnya latihan fisik yang dilalukan oleh para pemuda pada masa Jepang dan pengalaman perang sesungguhnya saat melawan Sekutu dan Belanda, sudah menjadi pelajaran yang amat baik bagi para pemuda dan prajurit Indonesia. Akan tetapi, hal yang dibahas Tan adalah Hukum Kemiliteran, dengan diperkuat juga oleh pengetahuan ekonomi dan politik.

Hal tersebut dipaparkan Tan, sebab betapapun seorang Sang Gerilya—sebutan Tan untuk prajurit/militer—canggih dalam alutsista dan teknik peperangan, tetapi bila tidak memahami kemiliteran, ekonomi, dan politik, semuanya akan sia-sia.  Oleh karena itulah, pelajaran Tan Malaka yang dikenal sebagai taktik Revolusi ini sebagai Gerpolek (Gerilya, Politik, dan Ekonomi). Ketiganya adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.

Tan kemudian memberikan contoh beberapa taktik perang gerilya yang pernah dilakukan di dunia. Ia menulis,

“Sebut saja taktik gerilya yang mengacaubalaukan tentara Napoleon di Spanyol pada abad lalu; taktik gerilya sekapal Laskar Boor yang mengocarngacirkan tentara Inggris yang kuat dan modern pada abad permulaan abad ini di Afrika Selatan; taktik gerilya yang memusingkan tentara bermesinnya pemerintahan fasis-Jerman di Rusia pada Perang Dunia Kedua.”

Tan Malaka menegaskan kembali, bahwa taktik gerilya dalam peperangan dan Revolusi adalah teramat-amat penting, mahapenting, dan mahatajam. Gerilya sebagai senjata yang dipergunakan oleh Rakyat miskin adalah untuk melawan musuh yang mahakaya dengan senjata serbamodern.

Kesemuanya yang dipaparkan di atas, baik kritiknya maupun pelajaran kemiliterannya, menggambarkan nasionalisme dan patriotisme yang ada dalam diri Tan Malaka. Nasionalisme dan patriotisme tersebut diiringi dengan kecintaan Tan Malaka terhadap Rakyat, Republik, dan Bangsanya, sebagaimana Tan Malaka menegaskan dalam tulisannya,

“Mudah-mudahan risalah yang ditulis secara tergesa-gesa dan dalam keadaan serbasulit ini akan memberikan manfaat kepada pemuda dan pemudi, pahlawan dan perwira, pembela bangsa, dan Masyarakat Murba Indonesia Raya!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun