Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tan Malaka dan Kritiknya terhadap Diplomasi Revolusi: Re-Ra, Perpecahan, dan Menata Kembali Semangat Gerilya

21 November 2024   10:15 Diperbarui: 21 November 2024   11:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal Revolusi, Rakyat Indonesia benar-benar bersatu untuk memberikan pembelaan dan penyerbuan kepada lawan di depan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan Republik pascadiplomasi telah jauh berubah, oleh karena pemerintah lebih menekankan pada pendekatan diplomasi dan harus menyesuaikannya dalam kebijakan politiknya. Misalnya, yang sebelumnya disebutkan, Re-Ra.

Tan Malaka kemudian mempertanyakan satu pertanyaan retoris,

“Dapatkah semangat 17 Agustus dikembalikan?”

Pertanyaan tersebut adalah cerminan atas kekecewaannya terhadap kondisi Republik pascadiplomasi. Alinea selanjutnya, ia langsung menuliskan jawabannya, “Sejarah sajalah kelak yang bisa memberikan jawaban.”

Supaya Mahkamah Histori dapat memberikan jawaban yang sesuai pandangannya, Tan Malaka pun tetap bergerak, setidaknya dalam tulisan dan pikirannya yang tersebar di antara para kader Murbaisnya. Tan Malaka pun menyerukan untuk Rakyat dan pemuda harus berbuat sesuatu, supaya kapal Republik yang hampir karam ini dapat terus berlayar di samudranya kehidupan.

Menurut Tan Malaka, guna memenuhi perjuangan Revolusi ini, maka yang perlu dilakukan adalah pembentukan laskar-laskar gerilya di mana-mana, baik di darat maupun di laut. Baik di kota maupun di desa. Baik di pantai maupun di lereng gunung. Perjuangan rakyat semesta, yang menjadi doktrin pertahanan negara Republik hari ini, adalah hasil dari pemikiran Tan Malaka untuk membela Republik dan menjaga kedaulatannya.

Memang, Tan Malaka bukan seorang ahli kemiliteran, Tan bukan pejuang bersenjata seperti para gerilyawan, melainkan Tan adalah seorang revolusioner-pengembara. Ia mengetahui ilmu-ilmu kegerilyaan—yang berkaitan dengan kemiliteran—dari hasil-hasil percakapannya pada masa pengembaraannya di dalam wilayah Indonesia ataupun di luar negeri. Tan menulis,

“… penulis ini [Tan Malaka] bukanlah seorang ahli ilmu kemiliteran, walau saya sering juga bergaul dengan prajurit di dalam ataupun di luar negeri. Dan saya memang selalu tertarik oleh ilmu kemiliteran.”

Selain itu, Tan Malaka juga memperkaya pengetahuan kemiliterannya dengan literatur-literatur yang ia lahap selama hidupnya. Baik dalam bentuk buku-buku maupun majalah-majalah berkenaan dengan kemiliteran.

Tan Malaka mengakui bahwa dirinya memang pernah berkeinginan menjadi seorang opsir, tetapi keinginannya ini terhalang oleh suatu keadaan. Oleh karena itu, Tan Malaka pun beralih dengan membaca segala pengetahuan tentang kemiliteran. Hal ini diperkuat juga dengan situasi masa mudanya yang bersamaan dengan berlangsungnya Perang Dunia Pertama.

Pengetahuan yang ia miliki memanglah sudah sangat lama—kira-kira 30 tahun yang lalu sebelum dirinya berkecimpung dalam deru-deram Revolusi. Luar biasanya lagi adalah Tan Malaka memaparkan pikiran kemiliterannya tersebut—sebagai bekal Revolusi—dalam masa pemenjaraannya. Jangan salah sangka ya, Tan bukan seorang kriminal, ia dipenjara akibat gejolak politik yang saat itu terjadi di tubuh Republik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun