Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kekayaan Alam Indonesia Dikuasai Asing Setelah Presiden Sukarno Dijatuhkan, Fakta Menyakitkan yang Tak Banyak Diketahui

26 November 2024   10:59 Diperbarui: 26 November 2024   10:59 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biarkan kekayaan itu tertanam dalam perut Ibu Pertiwi, sampai anak-anaknya sendiri mampu menggalinya."

Untuk meyakinkan Sukarno, Wilson harus berdiplomasi dengannya. Namun demikian, di mata Wilson dengan visi eksploitasinya, Sukarno adalah orang yang sangatlah berbahaya. Ditambah lagi, Sukarno dekat dengan gerakan kiri dan perlawanan terhadap kapitalisme. Wilson pun semakin mendapatkan kesulitan ketika hubungan antara Indonesia dan Belanda sedang memanas.

Oleh karena itu, untuk memudahkan urusannya, Wilson meminta Presiden John F. Kennedy supaya mendinginkan suhu ketegangan di antara Indonesia dan Belanda. Sayang sekali, nasib tak mujur bagi Wilson, Presiden Kennedy ternyata sangat mendukung politik Sukarno. Presiden Kennedy justru mengecam Belanda atas tindakan-tindakannya terhadap Irian. Kennedy kemudian mengancam akan memberhentikan bantuan ekonomi kepada Belanda apabila Belanda masih campur-tangan urusan Indonesia di Irian Barat. Dengan demikian, kondisi ini semakin memupuk kekecewaan bagi Wilson dan terbayang keruntuhan Freeport.

Akan tetapi, kekecewaan itu hanya sebentar saja dirasakan Wilson. Beberapa bulan kemudian, Wilson menerima pesan dari dua orang pejabat Indonesia. Pesan misterius itu mempertanyakan, "Apakah Anda siap untuk mengelola Gunung Ertsberg?" Wilson yang amat terkejut menjawab pesan itu dengan menerima langsung tawarannya.

Peter A. Rohi mengutip Lisa Pease dalam bukunya:

"Para petinggi Freeport ternyata sudah punya kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elite Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija, mantan perwira KNIL. ...."

"Soeharto sendiri adalah mantan Sersan KNIL. Tahija  berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri  sangat berpengaruh di dalam Angkatan Darat, karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka...."

Beberapa selang waktu kemudian, tiba-tiba terjadilah tragedi---yang kemungkinan besar memiliki relasi kausalitas yang kuat dengan pengondisian Freeport---di mana Presiden Kennedy tewas tertembak kepalanya, sehingga wakil presidennya, Lyndon B. Johnson, menjadi penggantinya. 

Kausalitas ini dibuktikan dengan dokumen deklasifikasi CIA yang menyatakan keterlibatan Amerika terhadap penggulingan Sukarno, yang berkaitan dengan alasan Freeport dan pertambangan emasnya.

Pergantian Kennedy ke Lyndon, berdampak buruk. Dampaknya mudah sekali ditebak, kebijakan Lyndon nyata-nyata bertolak belakang dengan Kennedy. Lyndon malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali untuk militernya, sehingga memberikan landasan terbentuknya rezim militer Angkatan Darat Orde Baru dan inflasi tinggi yang menyebabkan krisis ekonomi. 

Dinamika selanjutnya yang terjadi di Indonesia adalah lengsernya Sukarno akibat kudeta merangkak, yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto. Soeharto mengambil pendekatan berbeda terhadap perekonomian Indonesia, dan tentu saja berbeda pula terhadap Freeport.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun